Bab 2

9.7K 488 4
                                        

Assalamualaikum, readers...

Aku balik lagi nih bawa cerita harian Akira, hehe...





Jangan lupa vote dan komen yaaaaa.....


sepi banget nggak ada koment,  hhh

Kalo nggak komen aku nggak update sering deh, niatku tadinya mau update dua kali seminggu. Tp ternyata sepi, yaudah seminggu sekali aja...




selamat membaca...

-

Jam empat sore, jadwal Akira mandi. Selepas memberi Akira makan, Dinda menghampiri Akira yang sedang bermain sendirian, anak kecil itu sedang asik mengacak mainan pancing ikan muter-muter mengeluarkan nada, seminggu lalu dibelikan ayahnya.

"Akira mandi yuk, sayang," ucap Dinda menghampiri Akira yang asik bermain sendiri.

"Ndaa." Akira menggeleng pelan, tidak mau mandi.

Dinda duduk di samping Akira, mengelus rambut putrinya yang mulai panjang sebahu, "Sebentar lagi Ayah pulang, yuk mandi," bujuk Dinda.

Akira kembali menggeleng dan menjauhi Dinda sambil membawa mainannya.

Dinda menghembuskan napas pelan sebelum akhirnya terpaksa mendengar tangisan Akira, karena membawanya dengan paksa menuju kamar mandi.

"Hap, anak Bunda mandi dulu. Mainnya lanjut nanti ya," ucap Dinda membawa tubuh Akira ke dalam gendongannya.

Akira menangis, menolak Dinda yang membawanya menuju kamar mandi, "Huaaaaa nanan huaaaa ndaa nanan," ceremet Akira dengan bahasa bayinya.

"Jangan...jangan, badan kamu udah lengket es krim gini. Pinter banget bilang jangan," ucap Dinda menanggapi Akira yang masih menangis minta di lepaskan.

"Eh coba sini angkat tangannya ke atas," bujuk Dinda dengan nada lembut, tanpa disadari tangisan Akira berhenti dan anak itu menuruti ucapan Bundanya.

"Ih pinter, coba lagi ini kaosnya di buka. Hap pinter ya Akira ya."

"Nter..." Akira mengikuti ucapan Dinda sambil menepuk dasar air di dalam ember yang akibatnya pantulan air mengenai dirinya sendiri.

Dinda mengambil segayung air hangat yang sudah dia siapkan sebelum membawa Akira ke dalam kamar mandi, menyiram kepala Akira dengan pelan.

"Siap ya, mandi hujaaaaan. Wiiii."

"Njaaan iiii hahaha," sahut Akira.

Membujuk Akira memang tidak susah, anak kecil itu masih mudah untuk Dinda alihkan konsentrasinya. Namun, yang tidak bisa Dinda alihkan adalah ketika Akira meminta susu. Tidak bisa dibilang apa-apa lagi, harus dibuatkan.

---

Dinda dipusingkan dengan Akira yang sedari tadi merengek meminta sesuatu yang Dinda sendiri tidak mengerti.

Anak kecil itu menunjuk televisi berulang kali. Namun, yang membuat Dinda bingung adalah tayangan televisi selalu berubah-ubah karena memang sedang menayangkan iklan.

Pusing Dinda tidak mengerti anaknya itu minta apa, hanya menangis sambil menunjuk asal.

"Ndaaaa...." tangisan Akira pecah saat itu juga bersamaan dengan hembusan napas dari Dinda.

2 || HOME... (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang