Bab 3

8.2K 404 1
                                        

Assalamualaikum guys.

Ada yang nunggu?





Maaf banget Rabu minggu lalu aku nggak upload, karena aku sakit.

-

Selamat Membaca...

-

Tangisan Akira berhenti setelah tiga puluh menit, mereka sampai di rumah sakit tempat Hanna melahirkan.

Arsyaf berjalan dengan Akira yang berada di gendongannya dengan segukan, air matanya masih tersisa di ujung mata. wajahnya di tenggelamkan di lekukan leher ayahnya.

"Cup ah, anak bunda jangan cengeng," bujuk Dinda ketika ingin masuk ke dalam kamar rawat inap Hanna.

"Assalamualaikum, eh rame ya," salam Dinda.

Tidak hanya Dinda dan Arsyaf saja yang datang ternyata, ada Gita dan suaminya. Gita berdiri di samping Hanna yang sedang menggendong bayi, sedangkan suaminya duduk di sofa bersama Iqbal.

Dinda menghampiri temannya dan Arsyaf berdiri di ujung tempat tidur.

"Eh, Kira kenapa? Ini ate nih," sapa Hanna ketika mellihat Akira berada di gendongan Arsyaf.

Di antara ketiga teman Dinda, Hanna yang lebih dekat dengan Akira. Memang karena Hanna sering main dan juga mereka satu komplek, tetapi berbeda blok saja.

"Biasa ate, di bohongin bundanya," ucap Arsyaf mewakili Akira, Dinda yang mendengar itu mendecak sebal.

Gita menghampiri Arsyaf, ingin mengambil alih Akira. Akira malah menggeleng dan menambah eratkan pelukan di leher sang Ayah.

"Ini ate Gita, sayang." Bujuknya kepada Akira, dengan cepat Akira berpindah ke gendongan Gita.

Arsyaf yang merasa bebas, sedari tangannya pegal menahan badan Akira yang mulai berat. Arsyaf berjalan menyusul temannya yang duduk di sofa panjang.

"Bunda nakal? Iya?" tanya Hanna yang di angguki Akira sambil menunjuk sang Bunda.

Wajahnya melengos tak ingin menatap Dinda, bibirnya di kerucutkan panjang. Seakan menjelaskan kepada para tante kalau dia sangat sedih sekarang.

"Kira yang nakal, ate," ucap Dinda membela diri karena tidak ada yang membelanya.

Akira yang ada di gendongan Gita berontak menggeleng keras. Dinda terkekeh melihatnya, anak kecil itu sudah mengerti jika dimarahi sekarang atau dibohongi.

"Nda...kal, (Bunda nakal)," katanya seraya mengadu kepada kedua tantenya.

Dinda tidak bergeming, dia mendengarkan apa yang ingin di bicarakan anaknya, apa yang akan di adukan anaknya kepada atenya itu.

"Nda bohong kenapa?" tanya Gita sambil mengelur rambut Akira yang menutupi wajah lepeknya. Air mata Akira membasahi wajah dan lehernya, bahkan sampai mengeluarkan keringat.

"Ya Allah gemes, pinter banget sekarang ngomongnya," ucap Hanna yang sedari tadi memperhatikan Akira yang mengadu kepadanya dan Gita.

Dinda hanya tersenyum mengingat bagaimana dia membujuk Akira yang ngambek karena ingin bermain dengan Ayahnya.

"Yah...yah," panggil Akira dengan langkah kecilnya menghampiri Arsyaf yang sibuk dengan pekerjaan kantornya.

Lelaki itu sangat lelah akhir-akhir ini karena harus mengerjakan tugas kantor lebih banyak dari biasanya, karena biasanya lelaki itu dibantu Iqbal dan sekarang Iqbal sedang mengambil cuti karena istrinya melahirkan.

2 || HOME... (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang