Halo readers...
Seperti janjiku kemarin, hari ini aku publish Bab 1. Yeaay...
Jangan lupa vote and comment...
Oh iya untuk jadwal publish, setiap hari rabu ya...
Tapi bisa jadi dua kali publis dalam seminggu kalau komen dan vote-nya ramai, hehe.
Oke deh, enjoy.
Selamat membaca...
---
Adinda Mutiara Rizaldi, perempuan yang sudah tidak bisa dikatakan gadis lagi itu kini tengah menahan kesalnya kepada lelaki yang berstatus suaminya itu, karena sulit sekali dibangunkan.
"Yah, bangun kenapa sih?" kesal Dinda, ketika Arsyaf tidak kunjung bangun dari tidurnya. Jangankan untuk bangun, pergerakannya pun tidak terlihat.
Arsyaf Arkareza, lelaki beranak satu itu masih tengkurap, membenamkan kepalanya diantara bantal dan selimut. Udara pagi cukup membuat dirinya semakin mengantuk.
"Yah!" teriak Dinda di telinga Arsyaf. sambil menepuk pantat suaminya.
Ayah beranak satu itu, tetap saja bersembunyi di balik selimut. Bahkan dia tambah menarik selimut sampai ke ujung kepalanya membuat Dinda menggeleng heran.
"Ar! aku hitung sampai dua. Itu PS sama ponsel yang baru kamu beli kemarin aku lempar ke kolam berenang ya?!" katanya mengingat suaminya ini semenjak punya anak tambah menggilai game.
Arsyaf yang mendengar itu langsung kalang kabut tak ingin mainan tersayangnya di musnahkan oleh ratu di rumahnya. Dengan wajah bantalnya Arsyaf membangunkan diri dengan terpaksa, sebenarnya dia sangat mengantuk.
Selepas subuh saja. Di saat Dinda sudah beres-beres rumah, menyapu halaman, dan membuat sarapan. Suaminya itu kembali tidur dengan enaknya. Bagaimana Dinda tidak kesal?
"Sayang, dimana-mana ngitung sampai tiga bukan dua," koreksinya kepada sang istri yang sedang menatapnya tajam dengan tangan yang terlipat di depan dada.
Dinda memutar bola matanya malas, "Terserah, yang penting kamu bangun. Nggak malu apa sama anaknya. Anak kamu tuh udah bangun dari pagi, nggak denger suara tangisannya sekencang itu?" katanya sambil keluar dari kamar meninggalkan Arsyaf yang masih mengumpulkan nyawa.
Arsyaf menghembuskan napas panjangnya. Sikap istrinya setelah menjadi ibu benar-benar membuat Arsyaf selalu mengelus dada. Lebih sering marah-marah, sering teriak-teriak, dan yang paling parah sering menggunakan kekerasan.
Kalo Arsyaf salah di matanya, Dinda tidak segan-segan mencubit perutnya. Walaupun tidak sampai biru, tapi tetap saja yang namanya cubitan dimana-mana ya sakit.
---
Arsyaf keluar dari kamarnya dengan segar, dengan kaos hitam berlogo nasa di bagian kanan atas depan dada itu terlihat sangat tampan, wajah ayah muda ini masih saja membuat wanita muda berteriak minta di nikahi.
Pasalnya Arsyaf memang masih terlihat tampan, bahkan Dinda heran kenapa Arsyaf semakin hari semakin tampan. Apalagi saat menggendong Akira, ugh. Jiwa papa muda itu keluar secara natural, membuat Dinda kelimpungan.
Di hari minggu, seperti biasa Arsyaf akan tidur lagi setelah subuh sampai Dinda marah-marah karena memang lelaki itu sengaja begadang. Entah alasannya nonton club bola kesukaannya, atau juga main PS semalaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
2 || HOME... (On Going)
CasualeJudul sebelumnya : Baby Akira Squel dari 'Kau Yang Aku Semogakan' **** Keluarga adalah rumah dengan semua kehangatan di dalamnya... "Kila kalo ayah belum bangun, tutup aja hidungnya," ucap Dinda. "Siap~" ucap Akira, berlari menuju kamar ayah bundany...