Aku berbaring dikamar. Huuuu menyenangkannya, berbaring ditempat tidur yang empuk dengan ditemani banyaknya jajanan dan menonton film lalu membaca novel. Aku sangat nyaman dengan kebiasaanku ini.
Bagaimana dengan kebiasaanmu?Sambil memakan ice creamku, aku mengingat kejadian tadi. Masa laluku yang sudah lama kembali lagi. Memang tidak salah, setiap orang yang pergi pasti kembali. Kecuali mati.
Malam ini aku melupakan Gilang. Ish, bukan pacarku. Tapi dalam hubungan dekat tanpa terikat status. 25 missed calls dan 50 spam chat dari nya. Tidak aku baca chat dari nya. Besok sajalah.
Aku membereskan jajanan sampah ditempat tidurku. Sudah jam 11 malam. Aku mengantuk. Dan sudah pasti aku akan tidur ditempat tidur.
🌻
Aku sudah mandi dan sudah memakai seragam SMA. Aku turun dari kamar ku yang dilantai dua. Kulihat Opa dan Oma sudah duduk manis di meja.
"Pagi Opa pagi Oma"
"Pagi sayang" jawab mereka serentak.
Aku duduk disamping Oma, mulai kusantap nasi goreng telur mata sapi dan segelas susu coklat. Opa dan Oma selalu mengajarkanku untuk tidak berbicara saat makan. Makanya keadaan saat makan selalu hening.
Sampai aku menyudahi makanku yang belum sepenuhnya habis. Aku menyalami tangan Opa dan Oma tidak lupa kiss morningku buat mereka. Aku pergi sekolah dengan membawa mobil sendiri, biasanya Gilang akan menjemputku, tapi pagi ini tidak ada pesan darinya buat menjemputku. Ohiya aku lupa, aku belum membalas pesannya tadi malam bahkan pagi ini aku tidak menyentuh handphoneku. Aku menjalankan mobilku meninggalkan perkarangan rumah.
Sampai disekolah aku memparkirkan mobilku disamping mobil Gilang. Tumben jam segini ia sudah datang, apa dia juga yang membuka pintu gerbang sekolah?
Aku turun dari mobil. DiHigh School Austin ini aku bersekolah. Dan sekolah ini milik Kakeknya Gilang dan akan diwariskan oleh Gilang Putra Austin.
Aku berjalan menuju kelasku di 12 Mipa 1. Aku tersenyum ramah pada teman dan adik-adik kelasku yang tidak pernah absen menyapaku. Aku tidak menyukai hal ini. Biasanya kalau jalan sama Gilang, tidak ada yang berani menyapa terutama para lelaki. Jika ada yang berani menyapaku atau menyentuhku akan berurusan dengan Gilang, dia terlalu berlebihan.
Saat aku memasuki kelas, yang pertama kulihat tempat dudukku sudah ada Gilang disana. Menatap lurus kedepan papan tulis, apa dia mulai menyukai papan tulis kelasku? Kurasa dia belum melihatku. Aku mengerti keadaan mood nya sedang tidak baik.
Lalu aku menghampiri nya "Ehem" ucapku berdehem supaya mencairkan suasana dulu. Tapi kedatanganku tidak dianggap nya ada. Mata nya masih setia menatap lurus kedepan.
Aku mengambil posisi duduk didepan pandangannya "Kamu kenapa?"Kali ini dia menatapku "Kamu masih tanyak kenapa?" aku terdiam "Kamu seolah-olah gak tau apa salah kamu?" aku serasa tidak bisa menghirup oksigen.
Ya Tuhan salahku yang mana lagi?
Apa dia melihatku tadi malam dengan Rangga?
Atau mungkin? Pesan?
"Aku mengerti salah tidak mengangkat dan membalas pesan mu" ucapku kali ini menunduk karna takut melihat matanya yang tajam.
Hei siapa yang berani melihat harimau yang marah.
"Dan sampai sekarang kamu bahkan gak membuka pesan dariku" ucapnya lagi.
Kadang aku heran dengannya, kenapa masalah seperti ini harus diperbesar-besarkan?
"Kamu gak tau kan gimana rasanya jadi aku yang mengkhawatirkan kamu selalu" ucapnya dengan lembut. Mungkin dia tau sekarang posisi nya lagi dikelas dilihat banyak teman.
Aku masih menunduk. Ck kenapa aku selalu terlihat lemah didepannya?
Dia bangkit berdiri "Kamu seharusnya menghargai seseorang yang udah tahan menunggu hanya untuk chatnya dibalas"
Setelah dia pergi aku langsung duduk ditempatku. Kelasku dengan dia berbeda, dia dikelas 12 Ips 1, kuakui tempatnya para cogan.
Debby sahabatku dari SMP kelas 1 sampai sekarang. Dia baru datang, ohya dia datang disaat bel masuk ingin berbunyi. Disiplin sekali sahabatku satu ini.
Debby langsung duduk disampingku, dengan nafas yang ngos-ngosan seperti habis dikejar bencong. Aku menggelengkan kepala "kenapa lo?" tanyaku.
Dia berusaha menetralkan nafas nya "Gue baru ketemu si itu..." jawabnya sambil menunjuk-nunjuk kearah pintu, aku mengikuti arah tangannya "SiBayu?" jawabku. Karna memang SiBayu yang sedang dipintu.
Dia menggeleng "Bukan dia, tapi mantan lo" katanya. Aku mengernyitkan dahi "Siapa?"
"Rongga"
Aku terlonjak kaget.
"Rangga njir"
Dia mengambil kaca kecil ditas nya "Ha iya Rangga kembali lagi"
Sial
Kenapa harus pindah kesekolah ini juga."Lo gapapa kan?"
"Kagak lah biasa aja, kemarin malam juga ketemu"
Debby yang lagi berkaca sontak menjatuhkan kaca nya karena kaget mendengarku.
"Biasa aja kali deb"
Debby mengangguk. Lalu dia mengambil kaca nya yang jatuh dan kembali menatapku.
"Jadi gimana dengan Gilang?"
Belum sempat aku menjawab, guruku Buk Sri datang "Pagi anak-anak"
Mungkin cuman aku dan Debby yang tidak mendengar suara bel.
Pagiiiiii buuukkkkkk
"Masih pagi harus bersemangat. Biar tambah semangat ibuk akan kasih kalian tugas dihalaman 90 kerjakan soal Matematika dari 1 sampai 30"
Biar tambah semangat gaes dikasih tugasss hm:))
Sontak dikelas semuanya menggerutu..
"Udah jangan nyumpahin ibuk, kerjakan saja dengan hati yang tulus. Ibuk udah ijin pulang mau pergi" ucap buk Sri lalu meninggalkan kelas.
Dua menit kemudian, kelas bersorak ria....
KAMU SEDANG MEMBACA
AQILLA
Jugendliteratur"Lo yang pernah putusin gue 3 tahun yang lalu kan?" ucapku bersemangat. "Yang alasannya lo mutusin gue karna gue makin lama makin jelek kan?" jawabnya dengan ekspresi wajah yang ingin tertawa. Jadi gimana? Gak penasaran sama cerita nya? Yuk tamba...