Dari perjalanan sampai dirumahku, Gilang hanya diam dan aku juga takut memulai bicara duluan. Dan akhirnya aku memutuskan buat langsung turun dari mobilnya
"Aku turun ya, makasih" ucapku hendak membuka pintu mobil, tapi terhenti karna dia berbicara.
"Satu harian ini hatiku hancur"
Ucapannya menohok kehatiku yang paling dalam. Aku menelan ludah tanpa melirik dia "Aku turun" ucapku sudah mau membuka pintu mobil lagi, tapi lagi lagi terhenti.
"Bahkan kamu ingin meninggalkan aku yang belum selesai bicara"
Kali ini aku menatap wajahnya. Sedangkan tatapan wajahnya fokus kedepan.
"Kamu tau?"
Aku menggeleng, entah dia melihat entah tidak. Aku memang mau menggeleng saja.
"Ditinggalkan itu sakit"
Kali ini dia menatap wajahku.
'Kok baperan si' batinku.
Aku tersenyum kikuk padanya, terus aku turun dari mobilnya dan langsung masuk kerumah. Begitu juga dia yang langsung pergi membawa rasa kecewa nya.
Aku langsung naik keatas kamarku yang dilantai dua. Merebahkan diriku dikasur empuk ini, aku mengingat kejadian dari Rangga yang balik lagi dan memikirkan Gilang.
Kamu tau? Aku tidak mengerti cinta. Tapi yang kurasa saat bersamanya aku selalu terasa bahagia, rasa nyaman menghangati hatiku, dan aku selalu ingin berlama-lama dengannya. Tapi tidak kudapati dari Gilang yang sudah menungguku menjadi kekasihnya dari pertama masuk SMA.
Tiba-tiba handphoneku berdering. Seseorang menelepon dengan nomor yang tidak aku ketahui, aku langsung mengangkatnya siapa tahu penting. Aku menempelkan handphone ditelingaku.
"Assalamualaikum halo selamat sore apa kabar lagi dimana dengan siapa sekarang berbuat apa?" sahutnya.
Aku tersenyum, aku mengenali suaranya. Suara terfavoritku.
Walaikumsalam, kabarku baik jika selalu denganmu. Sekarang aku lagi mendengar suara favoritku.
Terdengar suara tawa disebrang sana.
Aku didepan rumah sayang.
Aku langsung mematikan handphone, masuk kekamar mandi dan mencuci muka lalu mengganti baju dan mengoleskan sedikit lipstik tipis dibibir. Lalu aku bergegas turun dari kamar dan menemui dia. Kulihat dia lagi berjongkok sambil memainkan game dihandphonenya.
Kenapa harus berjongkok? Kenapa tidak duduk dikursi yang sudah kusediakan diteras rumah?
Oh mungkin dia sudah muak duduk dikursi.
Aku mencoba menjahili dia.
"Woyyyy" ucapku mengagetkannya.Dia merasa sangat kaget "eh ayam eh ayam" jawabnya dengan latah.
Dia berdiri.
"Eh ternyata ayang" ucapnya sambil mengacak rambut ku. Hal favoritnya.
"Kita mau kemana?"
"Kita mau bersenang-senang" jawabnya sambil membukakan pintu mobil. Aku langsung masuk. Begitu juga dia.
Dia menjalankan mobilnya meninggalkan perkarangan rumahku.
"Kita makan dulu ya"
Aku mengangguk tersenyum, sekarang memang aku lagi lapar jadi tidak akan menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQILLA
Teen Fiction"Lo yang pernah putusin gue 3 tahun yang lalu kan?" ucapku bersemangat. "Yang alasannya lo mutusin gue karna gue makin lama makin jelek kan?" jawabnya dengan ekspresi wajah yang ingin tertawa. Jadi gimana? Gak penasaran sama cerita nya? Yuk tamba...