"Sheren, ayo!" ajak Fifi sambil menarik tangannya. Sheren hanya mengangguk, lalu melihat Carol dan Rika yang menghampiri mereka.
"Kita mau kemana dulu, nih?" tanya Carol.
"Aula sama kantin karena itu tempat umum," ucap Rika.
"Perpustakaan?" tanya Sheren.
"Perpustakaan dekat aula, nanti sekaligus, btw nih toilet, toilet perempuan, toilet laki-laki, toilet guru perempuan dan toilet guru laki-laki." jelas Rika bak seorang pemandu wisata.
Sheren mengangguk-ngangguk.
Skip time...
Setelah puas berjalan berkeliling (walaupun tidak seluruh sekolah), terdamparlah mereka di kantin. Sambil meminum jus, mereka berbicara banyak hal. Hingga bel masuk kelas berbunyi. Segeralah mereka ke kelas.
.
.
.
Kriiing!Hari ini karena awal sekolah para murid belum mendapatkan pelajaran. Sehingga dipulangkan lebih awal, tetapi besok pelajaran sudah berjalan normal seperti biasa.
"Sheren pulang bareng siapa?" tanya Fifi.
"Sama Papa, kalau kamu?" jawab sekaligus tanya Sheren.
"Aku di jemput sopir, ya udah Fifi duluan, ya!" ucap Fifi kemudian berlari keluar kelas.
"Iya."
Sheren berjalan pelan, sambil mengingat-ingat tempat yang di tunjukan Rika pagi tadi. Jalan di koridor Sheren sekarang sepi, sepertinya banyak murid yang sudah pulang cepat, entah untuk segera nongkrong di cafe maupun untu bermalasan di rumah. Tiba-tiba telinganya mendengar alunan piano.
Merdunyaa, saya kenal nada ini. 'Kesadaran tersendiri' karya Kayrene, saya suka memainkannya. Batin Sheren.
Dari mana asalnya, ya? Oh iya, saya ingat di koridor ini kan ada ruang musik.
Sheren berjalan mendekati alunan musik yang semakin terdengar di ruangan yang bertulisan 'ruang musik' itu, pintunya tidak tertutup rapat. Sheren tidak berani untuk langsung membuka pintunya. Jadi, ia hanya berjingkat melihat melalui jendela ruangan. Dan yang dilihatnya badan tegap seorang laki-laki yang membelakanginya sembari menarikan tangannya di tuts piano.
Siapa? Gumam Sheren. Karena rasa penasarannya, Sheren memberanikan diri memasuki ruangan musik dengan pelan mamun pasti dia sudah berada tepat di belakang laki-laki itu. Rasanya Sheren pernah melihat sosok ini. Tapi di mana? Badan tegap dengan rambut hitam kulit berwrna kulit sawo muda.
Azka? Bukan bukan Azka lebih besar dari ini, Erik? Pikir Sheren.
"Permainan mu bagus," ucap sheren tanpa sadar, membuat sang empu yang memainkan piano terkaget-kaget dan membuatnya salah not.
"E eh? Um anu maaf, saya tak bermaksud mengagetkan kamu," jelas sheren.
Laki-laki itu menoleh kebelakang, dan benar ternyata dia Erik. Mata tajamnya menatap Sheren.
"Oh, murid baru. Ngapain lo kesini?" tanya Erik datar.
"Saya mendengar alunan pianomu, karena penasaran saya melihat kesini, maaf kalau mengganggumu, saya akan pulang." Ucap Sheren sembari ingin beranjak.
"Lo bisa main piano juga?" tanya Erik tiba-tiba.
Erik's POV
"Lo bisa main piano juga?"
Ok, mengapa gue menanyakan itu kepada gadis yang baru ku kenal ini?
Kulihat dia menatapku sebentar lalu mengangguk.
"Bisa," jawabnya.
"Mau main bareng?"
Ok, kalimat aneh muncul lagi, apa karena gue cemburu melihat Alya bareng Denis tadi? Dan sekarang apa hubungannya gue ngajak gadis ini main piano hanya karena gue cemburu?
"Mau, sih," jawabannya membuatku kembali dari pikiranku.
"Tapi, papa saya sudah menunggu, mungkin lain kali ya, Erik! Daah!" Ucapanya sambil keluar dari ruang musik.
Haaah, aku belum ingin pulang.
Author's POV
Sheren menuju gerbang sekolah dan nampaklah papanya yang sedang melambaikan tangan dari dalam mobil. Sheren berlari kecil lalu memasuki mobil.
"Bagaimana first schoolnya?" tanya papa Sheren.
"Menyenangkan," jawab Sheren semangat.
"Kamu sudah punya teman?"
"Iya, banyak lagi!"
"Baguslah, kamu mau langsung pulang atau makan di luar dulu?" ucap Papa Sheren sambil mengusap lembut kepala putri tunggalnya itu.
"Hmmm, makan di luar, deh."
"Ok, bagaimana kalau seafood?"
"Mau!"
Brrrmm...mobil pun melaju pelan membelah jalanan yang ramai karena banyaknya murid yang pulang.
.
.
.
Sheren menempel jadwal pelajaram yang sudah di catatnya tadi di sekolah. Lalu berbaring di kasurnya."Erik? Apa dia memang erik kecil itu, ya? Mata sama rambutnya mirip sih, tapi yang waktu itu dia manis dan hangat juga suka tertwa, kalau erik yang ini datar wajahnya flat dan lagi dia pemalas, nggak suka orang pemalas." Ucap Sheren pada dirinya sendiri.
"Aaah, kenapa saya mikirin dia terus sih? Lebih baik belajar buat pelajaran besok." ucapnya lalu berjalan ke meja belajarnya dan mulai membuka buku.
.
.
.
Erik's POVSambil berbaring gue sedang membaca buku pelajaran, gini-gini gue pintar juga lho. Hanya saja gue tidak peduli. Buat apa gue meraih banyak prestasi kalau Papa nggak peduli. Pekerjaan aja terus, sudahlah buat apa gue mikirin ini. Sheren, kenapa aku jadi teringat murid baru itu?
"Sheren, Sheren, Sheren, rasanya gadis itu mirip seseorang deh, tapi yang mana? Rambut krem coklat, mata shappire? Aaah! Mengapa gue mikirin dia lagi?
Drrt drrt
Ponsel gue? Hm..chat dari Alya! Dengan cepat langsung saja gue buka chatnya.
Alya : Erik, gimana tadi sekolah? Rame nggak:D
Erik : biasa aja, seperti hari hari yang lalu
Alya : gue tadi lihat lo main basket lho, kita belum sempat ketemu saat di sekolah tadi.
Erik : iya gue lihat lo juga tadi, bareng Denis kan? Iya, besok ketemuan di kantin yok!
Alya : ok, kantin tempat duduk biasa ya. Gue denger di kelas lo ada murid baru, cewe cowo?
Erik : cewe, emang kenapa? Cemburu ya?
Alya : yee siapa yang cemburu, siapa tahu cowo kan bisa gue gebet, wkwk kalau cewe ya jadi teman laah.
Erik : kalau cowok mana ada yang mau sama lo, lo kan galak, XD.
Alya : galak gini cantik tahuu.
Erik : iya serah lo deh
Alya : udah dulu ya, Rik. Gue mau makan dulu. Makasih udah temenin gue chat, sepi bener tadi. Lo emang sahabat terbaik gue!
Erik : yoi
'Sahabat terbaik gue' gue baca ulang balasan terakhirnya itu. Yaa mau bagaimana pun gue tetap sahabt lo, nggak bisa lebih.
Haaaah. Ku tutupi wajahku dengan buku, tak lama kesadaranku mulai menghilang lalu gelap.
.
.
.
-------------------------------------------Hai hai hai!
Geruringo di sini (ok alay)
Bagaimana chapter kali ini? Seru nggak? Kalau seru vote, comment dan share yaaa!
Btw judul piano yang dimainkan Erik, author dapatkan dari game Piano T***s.Update sesuai mood author, ya:)
-Geruringo
KAMU SEDANG MEMBACA
CONSCIOUS
Romance-Sheren Thalia Putri- karena ku sadar, maka aku meninggalkanmu -Alya Octavia- karena aku baru sadar sehingga aku terlambat -Erik Daniel- karena aku baru sadar, bukan kamu tapi dia . . . First story from Geruringo!