prolog

82 14 2
                                    

"Kay!"

"Sehari aja kamu gak bikin masalah bisa tidak?"

"Ibu capek, hampir setiap bulan ibu dapat surat dari sekolah karna kamu buat onar!"

"Jawab ibu!"

Wanita ini, yang sedang berteriak tidak jelas di depanku.
Dialah ibuku, orang yang paling tidak ingin aku lihat.

Kenapa hidupku begini? Aku hanya ingin menghibur diri.
Memang itu salah?

"Kalo ibu malu punya anak kaya aku, kenapa nggak dari dulu buang aku di panti asuhan." Jawabku tanpa nada sambil menatap wanita itu.

Mata wanita itu berkaca-kaca, dapat dilihat wajahnya memerah.

Plakkk...

Satu tamparan melayang di pipiku.

Pipiku rasanya panas. Aku hanya diam lalu menatap wanita itu dingin.

Dia memundurkan kakinya satu langkah.

Tangannya gemetaran hebat, menutupi mulutnya seolah tidak percaya dengan apa yang barusan dia lakukan.

Dia mendekati ku lagi, lalu memelukku.

"Maaf, maafin ibu kay. Ibu... ibu gak bermaksud kasar, ibu..." air matanya mulai berjatuhan.

"Maaf, ibu terlalu terbawa emosi." Ucapnya lagi,masih memlukku.

Aku melepaskan pelukannya lalu pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata pun.

Aku masuk ke dalam kamar ku.
Aku berdiri di depan cermin, dapat ku lihat pipi kananku memar akibat tamparan wanita itu tadi.

Menangis?

Adalah satu hal yang tidak bisa aku lakukan.
Toh tidak akan menyelesaikan masalah.

Aku menjatuhkan badanku di kasur dengan seragam dan sepatu yang masih melekat di badanku.

Kenapa?

Kenapa hidup ini terasa begitu sulit dan kejam.

Aku memilih memejamkan mataku. Agar sejenak melupakan ini semua.

Ikuti terus kisah

"MY SUN"
YA!

Vote&komen
Sangat di harap kan
😉


MY SUNSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang