"Far, kantin yuk bareng gue sama Talitha." Ajak Reina.
Farfalla yang tengah disibukkan dengan novelnya langsung menoleh ke arah sumber suara. Kemudian Farfalla menganggukkan kepalanya, menyetujui ajakan Reina dengan senang hati. Dalam hati gadis itu bersyukur karena ia tidak bisa membayangkan jika berjalan sendiri mencari dimana letak kantin berada.
Saat mereka sedang berjalan ke kantin, mereka mengernyit heran melihat siswa-siswi berlarian ke arah lapangan. Terlihat bahwa siswa-siswi yang berada di lapangan sudah membentuk lingkaran besar.
"Rein, itu di lapangan ada apaan sih? Kok ramai banget. Lagi ada demo ekskul?" Tanya Farfalla beruntun dengan rasa penasarannya.
"Gue juga nggak tau, bentar deh gue tanya ke salah satu dari mereka aja." jawab Reina sembari menghentikan salah seorang siswa yang hendak pergi ke lapangan.
"Rama, di lapangan ada apaan sih kok sampai ramai bentuk lingkaran gitu?"
"Lah lo belum tau? Itu tadi queen bee SMA Sevit alias si Vera lagi diputusin sama yayangnya. Nah yang lebih seru nya lagi nih, Vano mengklaim Vera jadi pacarnya tepat setelah dia diputusin. Udah ah gue mau liat." Siswa yang memberitahu mereka bertiga kemudian berlari ke lapangan.
"Wah, gila gila! kita harus lihat juga nih, ayo ayo buruan kita ke lapangan!" Reina mengajak Talitha dan juga Farfalla dengan sangat antusias sampai menarik-narik tangan mereka layaknya anak kecil yang minta dibelikan balon oleh sang ibu.
"Aduh Rein, please. Gue tuh udah muak ya nonton drama picisan yang selalu aja dibuat sama si playboy cap kuda itu. " tolak Talitha
"Yahh lo mah gak seru, Ta! Ayo, Far, kita nonton berdua aja! Gue jamin ini bakalan lebih seru ketimbang liat demo ekskul."
Dan dengan sangat terpaksa Talitha pun akhirnya mengikuti Reina dan Farfalla yang sekarang tengah berlari-lari seakan akan takut menyesal jika ketinggalan menonton drama picisan itu.
***
"Woi! Kalian semua di sini sebagai saksi! Kalau mulai saat ini..." Vano menatap ke arah Vera yang tengah membelalakan kedua matanya kepada Vano dan menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan perlakuan Vano saat ini. Namun, Vano justru tersenyum kepada Vera sembari mengangkat tangan Vera yang ia genggam--menunjukkannya kepada semua penonton gratis drama mereka.
"...Vera pacar gue."
Para siswa yang tengah melihat kejadian itu hanya bisa menggelengkan kepalanya keheranan dengan sikap kekanakan Vano yang selalu ikut campur dalam hubungan orang lain. Sedangkan para siswi yang pada umumnya sangat mengidolakan Vano justru berteriak tidak terima, tidak terkecuali Reina yang notabennya bukan penggemar Vano.
Setelah mendengar perkataan Vano, lutut Vera rasanya lemas seketika. Ia tidak tahu harus senang atau sedih, senang karena sekarang ia menjadi pacar dari seorang cassanova SMA Sevit yang diidamkan seluruh siswi disini, walaupun Vano terkenal akan ke-playboy-annya, atau sedih karena ia baru saja kehilangan kekasihnya yang amat ia sayangi.
"So, my queen bee, Vera. Lo harus berterimakasih ke gue karena gue udah menyelamatkan rasa malu lo." Bisik Vano kepada Vera.
Sungguh! Rasanya Vera ingin pulang saja dan menangis sekencang-kencangnya di dalam kamar sendirian.
Karena Vera sangat muak dengan Vano, ia pun memilih meninggalkan Vano sendirian di tengah lapangan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Kini Vano yang mendapat sebuah tatapan tajam dari siswa-siswi hanya bisa menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal. Seketika itu pula, David memberanikan diri ke tengah lapangan untuk menjemput Vano--dengan Bara yang mengekor di belakangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA
Novela JuvenilLayaknya sebuah lubang dengan kedalaman beberapa meter, begitu dalam dan jauh. Seperti itulah bekas luka dan jejak kenangan mereka yang masih terjebak di dalam sana. Hingga ia berharap, suatu saat akan ada seseorang yang menariknya dari lubang itu d...