BAB 4

18 2 0
                                    

"Ayah sama Bunda pulang jam berapa?" tanya gadis yang sekarang membawa tas jinjing berisi bekal.

"subuh Ra, kamu kemarin kenapa? sampai tidur depan pintu gitu kata budhe" Tanya Bunda , tangganya mengelus kepala sang anak.

'kek kucing lama lama' batin Nara.

"Kemarin budhe ?" tanya Nara.

"iyalah, kamu kira hantu?" Bunda tertawa melihat muka syok dari anak pertamanya itu.

"Gimana gak dikira hantu? orang budhe pakek mukenah kayak gitu" gerutu Nara.

"haha.. bentar bunda ketawa dulu" Bunda memegangi perutnya, anaknya ini terlalu takut dengan hal hal mistis.

"udah ah .. bunda gak asik. Kakak berangkat dulu ya" Nara menyalimmi tangan Bunda.

"Gak nunggu adek buat sarapan sama-sama?" tawar Bunda.

"Malas. Pamitin ayah ya" Nara mencium pipi Bundanya itu dan berlalu begitu saja.

"NARA ! SALAM!" teriak Bundanya.

keluarga hutan, hobinya teriak.

"Assalamualaikum, Bunda cantik" hanya kepala Nara yang kembali muncul dibalik pintu, tak lupa cengiran khasnya.

Bunda berfikir, dulu dia ngidam sepertinya di turuti semua oleh sang suami. Tapi kenapa anak pertamanya berbentuk seperti itu.

"pagi bunda" sapa cowok yang semalam meninggalkan kakaknya sendiri dirumah dan berakhir pingsan didepan pintu utama.

"hm"

"Bunda marah?"

"menurut adek?"

"maaf, habisnya kakak nyebelin bun. Masa aku harus kena hukuman gara-gara nganterin dia" Rupanya adik Nara ini ingin mengadu kelakuan kakaknya.

"Kamu kan tahu dek, kakakmu itu gak bisa ditinggal sendirian, malem-malem lagi. Untung kakakmu cuma pingsan, kalo langsung gak bangun kan repot dek" Jelas bundanya.

"bunda, doain kakak cepet mati ?" tanya ayah yang terlihat turun dari tangga.

"Ya bukan gitu yah.. tahu sendiri Nara anaknya gak bisa ditinggal sendiri, ini adeknya malah gak ada tanggung jawabnya" ketus Bunda.

Semarah apapun bunda, tetap dia tidak ingin jika putra keduanya tersebut harus pingsan karena tidak sarapan. Tangannya tidak berhenti menyiapkan nasi goreng pada piring yang sudah tersedia.

"Dek, kamu cowok tenaga bahkan tanggung jawab kamu lebih besar dari seorang cewek. Ayah tahu kamu adiknya, tapi apa salahnya saling menjaga satu sama lain? tanggung jawab kamu kakak, tanggung jawab kakak itu kamu. Jangan ada lagi kejadian kayak kemarin ya?" pinta sang Ayah.

"iya ayah, maafin adek ya" Naro tetap sama pada posisinya menunduk.

"Sudah cepat sarapan, keburu siang" perintah Bunda.

Naro mengangkat wajahnya, jempolnya terangkat dan senyum tercetak diwajahnya.

.......

"eh ayam" lantah seorang gadis yang setia menunggu digang perumahannya.

"Ngapain lo masih disini?" tanya seorang laki laki

"Nunggu jodoh" jawab sang gadis sekenanya.

"Ayolah kak, lo masih marah sama gue masalah semalem?" tanya sang adik.

Sudah bisa ditebak, mereka Nara dan Naro.

Melihat kakaknya yang masih berdiri didepan gang, membuat Naro mengkagetkan kakaknya.

Si LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang