BAB 6

21 3 0
                                    

Hampir satu minggu, Diantara keduanya hanya adiknya yang selalu mencoba bertanya pada kakaknya. Nara sudah selesai menjalani ujiannya, sekarang hari jumat dia pulang lebih pagi dan sabtu, minggu hari libur.

Melempar tas nya yang tidak berdosa pada soffa ruang tengah sudah biasa dilakukan oleh Nara. Nara menghembuskan nafas dan memejamkan matanya.

"Kamu udah pulang Dek?" tanya Bunda dengan mangkuk ditangannya.

"hm.. capek bun" jawab Nara dan membuka matanya.

"Apa pun itu?" tanya Nara dengan pandangan kearah mangkuk yang dibawa bundanya.

"Bubur buat adik kamu" ucap Bunda

"Kenapa dia ?" tanya Nara, jujur Ia khawatir saat ini.

"Demam kayaknya" kata Bunda dan ingin berlalu namun ditahan oleh Nara.

"Biar Nara aja, sini" Nara mengambil alih mangkuk tadi dan berjalan kearah kamar adiknya.

Bunda hanya menggelengkan, semarah apapun Nara pasti gak bisa buat gak peduli sama adiknya.

Nara membuka pintu kamar adiknya dengan perlahan. Menaruh buburnya diatas nakas, adiknya terlihat terlelap dengan wajah gelisahnya.

Nara menempelkan tangannya diatas dahi Naro,

"panas" lirih Nara.

"kak.. maafin adek kak.." Nara menoleh melihat adiknya yang masih terlelap.

"kak.. " lirih Naro.

"yah .. ngigau" ucap Nara.

"Kak maafin" Naro tetap mengngigau, Nara merasa kasian dengan Adiknya, hampir seminggu dia tidak memperdulikan Naro.

Nara mengenggam tangan Naro, Ia hanya ingin adiknya nyaman.

Naro menggenggam erat tangan Nara.

"Dek, bangun yaa" Nara berucap pelan membangunkan Naro.

Naro mengerjapkan matanya berkali kali, Ia sedang mengumpulkan nyawanya.

"kak" lirih Naro.

"hm" cuek Nara.

"masih marah ya" ucap Naro yang masih tetap menggenggam tangan Nara.

"Makan" perintah Nara.

Nara membantu Naro bersandar dikepala ranjang.

"Nih aa" Nara menyuapi bubur hangat itu sampai habis.

"minum" Nara menyodorkan segelas minum air putih.

Naro meminum air itu sampai habis setengah.

"udah, istirahat" Adiknya hanya mengangguk menerima perintah dari sang kakak.

Naro kembali menidurkan badannya, Nara yang sehabis menaruh mangkuk bubur tadi kembali ke kamar Naro.

"lo itu ngeselin, tapi ngangenin" ucap Nara, ia beranjak tidur disamping adik tersayangnya itu.

"kak.."

"nih anak ngigau mulu deh" gerutu Nara.

Nara memeluk adiknya dari samping untuk menciptakan nyaman pada tubuh Naro. Kegiatan seperti ini selalu terlihat jika salah satu dari mereka ada yang sakit.

"Tidur yaa, cepet sembuh" Kata Nara sebelum dirinya ikut memejamkan matanya.

Bunda yang berada didepan pintu kamar anaknya itu tersenyum bahagia.

"sok-sok an ngambek sama adeknya, ditinggal sakit gitu doang udah luluh" lirih Bunda.

waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, tetapi belum ada tanda-tanda bahwa kedua makhluk ini akan terbangun dari tidurnya.

Naro yang merasa berat dibagian perutnya, menatap tangan yang memeluknya dengan erat. Pandangannya teralihkan oleh wajah yang sedang berada didepan dadanya.

"Kak" lirih Naro.

Nara yang terusik dari tidurnya, langsung membuka mata dan menatap adiknya.

"kenapa? masih sakit ya? kedokter aja ya ?" Naranya Naro sudah kembali.

"Gak mau, mau dipeluk kakak aja" pelan Naro.

"Yaudah sini" Nara merentangkan tangannya dan dibalas hamburan pelukan oleh Naro.

"kakak jangan marah lagi ya?" pinta Naro.

"iyaa" jawab Nara.

"Hehe makasih kak" ucap Naro dan malah memperat pelukannya.

"Ini mah bukan gue yang meluk, lo yang meluk gue. Heran deh yang kakak siapa, yang lebih gedhe siapa " Nara menggembungkan pipinya ketika menyadari bahwa dirinya lebih kecil dari Naro.

"Lo kebanyakan dosa jadinya gak bisa tumbuh" canda Naro

"Udah sakit, masih aja bully orang. Tambah sakit baru tahu rasa" ucap Nara jengkel.

"hehe enggak mau, lo ngapain sih kak masih pakek seragam sekolah?" Naro sedikit bingung dengan pakaian kakaknya.

"orang gue ketiduran disini, mana sempet buat mandi" Jawab Nara.

"udah ya dek pelukannya, mau mandi dulu ini. Lo istirahat aja lagi" ucap Nara lagi.

"cepetan ! 15 menit gak balik, gue sakit tambah parah" ancam Naro pada nara yang kini sudah berdiri dari tempat tidur bergambar tim sepak bola tersebut.

"Amin Ya Allah" ucap Nara dengan langkah seribu dia sudah berada dikamarnya.

"dikira kucing kali, mandi cuma 15 menit" kesal Nara.

Nara kembali kekamar adiknya dengan wajah yang sudah segar.

"kak telat lima menit, hukumannya beliin bakso dikantin lo, dibungkus gak mau tahu" Ucap Naro dengan bersendekap dada.

"iya bawel" jawab Nara dengan mengambil selimut untuk menutupi setengah badannya.

"mau makan gak?" tanya Nara memastikan

"masih kenyang. Eh kak, yang kemarin nyamperin kita itu Kak Gea kan?" Tanya Naro antusias dan hanya mendapat anggukan kepala Nara sebagai jawaban.

"Dia udah ada pacar belum sih?" tanya Naro lagi.

"kenapa sih?" tanya Nara penuh selidik.

"gapapa, tanya doang" Jawab Naro dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Belum dia mah jomblo kayak gue" ucap Nara menyombongkan diri

"Jomblo aja bangga " ejek Naro.

"Ngaca" Ucap Nara penuh tekanan.

"Lo ngapain tanya masalah Gea, Lo suka ya sama dia?" Nara mengarahkan telunjuknya kearah wajah Naro, tanyanya penuh selidik dengan alis yang di naik turunkan.

"Iya gue suka sama dia"

"Hahh??"

......

Si LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang