- 1 -

292 36 0
                                    

Aku menarik napas putus-putus, hari ini hari pertama aku masuk ke sekolah dan melakukan kegiatan MOS. Tapi sialnya, aku terlambat hari ini.

Yang lebih memalukan lagi, akulah satu-satunya yang terlambat hari ini. Sendirian.

Semua siswa dan siswi mencuri-curi pandang ke arahku, dengan pandangan yang berbeda-beda. Ada yang mencibir, menatap menyelidik, bahkan memelototiku.

Keringat mengucur terus menerus di wajahku, rambutku yang tergerai juga ikut-ikutan lepek karena cuaca panas dan keringatku yang juga tidak bisa diatur kelajuannya.

Kakak-kakak kelasku memang mengabaikan aku yang berdiri sendirian disini. Tapi aku sangat yakin, aku akan diceramahi habis-habisan setelah ini.

Dugaanku benar, setelah semua teman satu angkatanku bubar ke kelas masing-masing, aku dihampiri beberapa siswi yang aku yakin adalah Kakak kelasku.



"Kenapa kamu terlambat?" tanya pelan Clara Hanita, Kakak kelas yang aku tahu namanya dari name tag di bagian kanan bajunya.

"Maaf Kak, saya bangun kesiangan, dan Papa saya gak bisa antar saya ke sekolah hari ini. Saya harus menunggu angkutan umum. Jadilah saya...." ucapanku terhenti karena disela oleh Kak Felicia Yui yang namanya bisa ku ketahui seperti Kak Clara tadi.

"Kamu sudah tau kan, apa konsekuensinya kalau terlambat?" tanya Kak Yui.

"Iya Kak, saya tau. Hukuman" ucapku.

"Bagus. Sekarang, kamu pungut sampah di lapangan ini hingga bersih. Setelah itu, kamu bisa masuk ke kelas" ucap Kak Clara ramah.

"Baik Kak, akan saya laksanakan" ucapku.

"Oke, aku kasih waktu 15 menit, dimulai dari sekarang" ucap Kak Clara.



Aku segera memunguti sampai di lapangan, sambil sesekali menyeka keringat di dahiku. Untung saja Kak Clara ramah, jika tidak, mungkin aku sudah menangis sekarang.

Setelah hukumanku hampir selesai, aku dikagetkan dengan kedatangan seseorang. Seorang lelaki yang ku yakini sebaya denganku. Ia berjalan cepat. Di tangannya, ada sebotol air mineral dan satu pack tisu kecil seribuan di kedua tangannya.



"Ini" ucapnya menyerahkan tisu dan botol air mineral ke tanganku.



Aku hanya bisa mengernyit heran menatapnya dari jarak sedekat ini.

Aku tidak mengenalinya sama sekali. Siapa dia?.



"Nenekku bilang, kalau ada orang kesusahan harus ditolong" ucapnya berbalik meninggalkan aku yang masih terpaku ditempat.



Menatapi punggung tegapnya yang semakin lama semakin jauh dan menghilang dari balik pintu ruang kelasnya, tempat ia keluar tadi.





Banjarbaru, 13 Juli 2018.

AMARIO (The Our Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang