- 8 -

91 13 0
                                    

Aku mengerjapkan kedua mataku, menyerap semua ucapan Mario.

"Kamu paham maksud aku?" tanya Mario.

Aku menggeleng.

"Intinya, aku sayang kamu" ucap Mario.

"Tapi...." ucapanku segera dipotong oleh Mario.

"Aku tau, kamu belum diizinin pacaran kan?" tanya Mario.

Aku menganggukkan kepalaku.

"Aku sudah minta izin sama Papa dan Mama" ucap Mario, "Sekarang aku tanya sama kamu, kamu sayang sama aku? Bukan sebagai teman, atau sahabat Mar. Sayang sebagai perempuan dan laki-laki?".

"Aku nyaman sama kamu, kamu baik sama aku. Dan kamu sayang sama keluarga aku" ucapku.

"Jawabannya ya atau enggak, Mar? Bukan jawaban kamu yang sepanjang itu" ucap Mario.

"Iya, aku juga sayang sama kamu" ucapku, "Tapi aku gak bisa....".

"Papa sama Mama izinin aku sama kamu pacaran, dan aku udah janji sama Papa dan Mama buat jaga kamu. Mereka izinin kita pacaran" ucap Mario.

"Izinin? Kapan kamu izinnya?" tanyaku kaget mendengar ucapan Mario.

"Tiap nunggu kamu turun buat sarapan, aku minta izin sama Papa dan Mama" ucap Mario.

Sejak kapan? Bahkan Papa dan Mama gak pernah cerita ke aku. Dan Bang Aksa juga gak pernah nyinggung soal ini.

Kapan Mario minta izinnya?.

"Aku izinnya pas Bang Aksa ke kamar ngambil hp" ucap Mario.

"Hari pertama kamu minta izin sama Papa sama Mama kapan? Kok bisa? Mama sama Papa gak pernah cerita dan bahas" ucapku.

"Sejak hari kedua aku ke rumah kamu. Sejak pertemuan pertama aku sama Papa. Dan mereka izinin aku panggil mereka Papa dan Mama" ucap Mario.

Aku kehabisan bahan pertanyaan, Mario orang yang susah ditebak, lelaki yang sudah beberapa bulan ini bersamaku, menjemput dan mengantar aku pulang kerumah dengan selamat, orang yang tiap malam datang setelah sholat maghrib untuk mengerjakan tugas bersamaku, dan orang yang datang pagi buta ketika hari minggu hanya untuk ikut jogging bersama aku sekeluarga, atau ikut hangout bareng juga dengan keluargaku setiap hari minggu.

Ternyata Mario bisa se-dewasa itu pikirannya. Bagaimana bisa ia meluluhkan peraturan Mama dan Papa untuk tidak mengizinkan aku pacaran hingga lulus SMA.

Bahkan, dia dengan berani mengungkapkan niatnya untuk bersamaku hingga kami lulus kuliah dan bekerja.

Dia laki-laki pertama yang membuat aku kaget dengan segala sikapnya.

Orang yang susah ditebak, tapi ia mampu memberikan kejutan tak terduga.

"Kamu mau kan jadi pacar aku?" tanya Mario membuyarkan lamunanku tentangnya, "Aku beneran pengen jaga kamu Amar, aku sayang sama kamu".

Mataku berkaca-kaca ketika melihat wajah Mario, wajahnya serius, tidak ada kesan candaan dalam topik ini.

Diraihnya kedua tanganku.

"Kita sama-sama belajar, biar dapat nilai bagus, terus kuliah, habis itu kerja sambil aku nabung buat modal nikah kita" ucap Mario, "Kamu mau kan?".

Tanpa mampu berkata-kata, aku mengangguk lalu mendekap tubuh lelakiku ini erat.

Tidak bisa ku bayangkan, aku punya pacar se-dewasa Mario.

Mario, pacar pertamaku. Dan aku berjanji, aku akan lebih semangat belajar lagi, kuliah, lalu bekerja, kemudian menikah dengan lelakiku....

Mario Panji Dewangga.

Banjarbaru, 22 november 2018.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AMARIO (The Our Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang