Aku hanya bisa membalas ucapan Mario dengan senyuman tulusku.
"Kamu berapa saudara?" tanya Mario mengalihkan pembicaraan.
"Cuman berdua sama Bang Aksa, kamu?" tanyaku.
"Aku anak tunggal" ucap Mario.
"Oh gitu...." ucapku.
"Iya" ucap Mario tersenyum, "Kapan-kapan mau mampir kerumahku?" tanya Mario lagi.
"Kapan-kapan ya" ucapku nyengir kuda.
"Ayo dihabiskan Mario" ucap Mama yang tiba-tiba sudah kembali dan duduk disampingku.
"Iya Tante" ucap Mario tersenyum canggung.
Mama dan Mario berbincang panjang lebar, aku hanya mendengarkan saja.
Dari cerita Mario, dia bilang dia adalah anak tunggal, Papa dan Mamanya bercerai sejak ia kecil, Papanya menikah lagi dan tinggal di kota Palembang, dan Mamanya juga sudah menikah dan menetap di kota Bandung. Mario tinggal bersama Neneknya.
"Yang terpenting kamu tetap diperhatikan Papa dan Mama kamu kan Mario?" tanya Mama.
"Iya Tante, Papa sama Mama tiap bulan kirim uang bulanan saya, kadang juga di jemput buat ke rumah Mama" ucap Mario.
"Yang penting kamu disini banggakan Papa dan Mama, lulus dengan nilai yang bagus" ucap Mama memberi nasihat untuk Mario.
"Siap Tante" ucap Mario tersenyum.
"Kamu kalau mau main kesini terus gak apa-apa Mario, main aja, ada Aksa juga dirumah kalau kamu malu main sama cewek kayak Amar" ucap Mama tersenyum geli melirikku.
"Apaan sih Ma...." ucapku kesal.
"Bikin pr juga, atau belajar bareng gak apa-apa, datang aja Mario" ucap Mama.
"Siap Tante" jawab Mario sambil tersenyum sungkan menatapku.
Setelah mengantar Mario sampai pintu depan, Mario ia berpamitan pada Mama dengan sopan begitu juga padaku.
"Kamu pacaran sama Mario, Mar?" tanya Mama.
"Enggak Ma! Aku juga kenal Mario baru hari ini" ucapku.
"Mama kira dia pacar kamu Mar, pacar kamu diam-diam sewaktu SMP" ucap Mama berlalu berjalan meninggalkan aku yang masih berdiri didepan pintu.
"Ih Mama! Bukan Ma" ucapku menyusul Mama.
"Kalau nanti jadi pacar kamu Mama setuju-setuju aja kok Mar, dia sopan. Ganteng lagi!" ucap Mama.
"Bukannya Amar gak dibolehin pacaran, Ma?" tanyaku bingung.
"Boleh, kalau sama Mario" ucap Mama.
"Lah? Amar dibolehin pacaran Ma?" tanya Bang Aksa yang tiba-tiba sudah duduk santai di ruang tamu memakan-makanan yang masih ada dalam topless.
"Boleh" ucap Mama duduk di hadapan Bang Aksa.
"Gak boleh Ma! Amar itu masih kecil" ucap Bang Aksa.
"Apaan sih Bang, Amar udah SMA udah besar, bukan anak kecil lagi!" ucapku memilih duduk di samping Mama.
"Eciyee, ngaku udah besar, ngebet mau pacaran yaa?" ucap Bang Aksa dengan wajahnya yang sengaja dibuat-buat untuk menggodaku.
"Apaan sih!" ucapku kesal melempar bantal yang ada di sofa ke wajah Bang Aksa.
Dengan sigap Bang Aksa menangkap bantal yang aku lempar tadi.
"Gak kena wlee" ucapnya menjulurkan lidah membuat aku makin kesal dengan tingkahnya.
"Aksa, ya ampun.... Suka banget ganggu Amar, udah besar juga" ucap Mama.
"Berarti Aksa juga boleh pacaran kan Ma? Boleh kan, boleh yaa?" tanya Bang Aksa dengan wajah memelasnya pada Mama.
"Gak! Nilai mata kuliah kamu yang kemarin jelek itu perbaikin dulu! Bikin Mama malu aja sama dosen mata kuliah kamu itu" ucap Mama.
Aku tertawa terbahak-bahak melihat Bang Aksa yang menekuk wajahnya, di ceramahi Mama habis-habisan. Karena nilai mata kuliahnya ada yang jelek.
Banjarbaru, 15 oktober 2018.
Jadi aku minta maaf buat kalian yang nynggu ceritaku dari kemarin, aku gak bisa melakukan apa-apa selama beberapa minggu ini, aku kembali berduka karena Ibuku menyusul Bapakku ke Surga pada tanggal 24 september kemarin, dan malam ini aku baru kembali bisa melanjutkan cerita ini
Semoga masih ada yang menunggu ceritaku ya.
❤
Peluk hangat dari Kalimantan Selatan.
Nurma.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARIO (The Our Story)
ChickLitSkenario yang Tuhan takdirkan, akan berujung pada sebuah titik penyelesaian. Dan kita, sampai pada titik tersebut sekarang.