Bab 8 - Balas Dendam

28 5 0
                                    

Balas dendam hanya memberikan ruang kemarahan yang tiada akhir di dalam hati. Lebih baik bersabar.

                                 °°°

Hari senin ini seharusnya Hendra menjadi protokol, tapi nasib berkata lain. Jadwal petugas upacara hari ini kelas adalah kelas XI IPA 1, mau tidak mau Hendra harus menggantikan posisi sahabatnya--Adam, sebagai pemimpin upacara.

Saat memasuki lapangan upacara pandangan Hendra sedari tadi tidak lepas dari pintu gerbang sekolah. Dasar! Melarikan diri dari tanggung jawabnya! Umpatnya dalam hati. Terik matahari yang menyengat membuat kekesalannya meledak, seperti permainan game yang terlihat kepulan asap dari kepalanya.

Di dalam hati dia tak henti-hentinya merapalkan janji keparat. "Lihat saja nanti selesai upacara! Akan ku balas kamu!"

Kesabaran memang ada batasnya. Pepatah pun bilang 'orang yang sabar pasti disayang Allah.' sebaik baiknya manusia adalah mereka yang bisa menahan amarah, karena amarah itu bersumber dari syetan. Balas dendam hanya memberikan ruang kemarahan yang tiada akhir di dalam hati.

Detik berikutnya, tidak sengaja tatapan Hendra bertemu dengan Tatiana. Oh tidak, salah! tapi bertemu dengan Hana. Satu detik, dua detik, tiga detik, Hendra terus menatap dan tanpa disadari, samar tak terlihat senyum tipis terulas Dibibirnya.

Detik berikutnya, tatapan mereka beradu pandang. Hendra terlonjak pelan, salah tingkah. Saat itu pun, secara bersamaan kekesalannya hilang entah kemana, ikut kabur bersama keterkejutannya.

***

Saat ini Adam dan Tia berada di ruang BK. Pak Gufron juga ada disana, di samping bu Fatma. Warna kuning pastel mendominasi ruangan. Ada banyak setumpuk kertas di meja kebesaran milik bu Fatma, guru BK di SMA Merah Putih. Aroma lafender menusuk rongga hidung sampai turun kerongkongan, tertelan bersama saliva. Aroma yang disukai bu Fatma. Banyak bingkai foto yang terpajang di tembok. Seperti foto siswa yang sedang membawa piala karena prestasinya, termasuk foto Tia dan Adam juga ada disana. Di sudut ruangan ada hiasan vas bunga.

Dan yang paling menarik ada gambar seorang bapak berkaca mata, memakai kopyah hitam di kepala, wajahnya keriput, mengenakan jas dan dasi sehingga tampilannya terlihat rapi dan menawan. Di samping gambar bapak itu ada tulisan semboyan bahasa jawa.

'Ing ngarsa sung tuladha,
Ing madya mangun karsa,
Tut wuri handayani.'

Demikian bunyi semboyan itu. Walau tiga baris, kalimatnya simple, tapi mengandung makna yang sangat dalam. Sampai sekarang semboyan itu masih dipakai dalam dunia pendidikan.  Beliau dikenal sebagai tokoh pahlawan pendidikan Indonesia. Beliau adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau biasa disebut bapak Ki Hajar Dewantara. Setiap tanggal 2 Mei kita pasti akan teringat kiprah seorang Ki Hajar Dewantara. Dialah tokoh pelopor pendidikan pada masa pergerakan Indonesia melawan penjajah Belanda.

"Apa alasan kamu terlambat datang sekolah, Adam? Kamu ketua osis, harus jadi contoh yang baik!" kata bu Fatma, guru BK dengan menatap Adam intens.

Adam duduk membisu, diam tak berkutik. Menebalkan telinga yang memanas, mendengarkan kalimat yang masuk dari telinga kanan lalu keluar telinga kiri, menganggap suara itu hanya angin lalu. Dia merutuki kesalahannya dalam hati. Sedangkan Tia menunduk takut, memainkan jemarinya yang bergetaran, rasa takut dan cemas menyeruak disekujur tubuhnya. Mungkin dalam diam dia merapalkan doa tiada henti.

"Ini sudah kedua kalinya kamu terlambat. Jika sampai terjadi lagi, maka tak ada kesempatan untukmu lagi. Kamu akan kehilangan jabatanmu sebagai ketua osis." kali ini pak Gufron juga ikut bicara. Ucapan peringatannya tidak main-main, sudah terlihat dari sorot matanya.

Adam terhenyak, kontak matanya langsung memandang pak Gufron seolah meminta kesempatan lagi. Tia yang tadinya menunduk juga ikut menatap pak Gufron.

"Maaf pak, saya bisa menjelas--"

Belum selesai Adam bicara, Bu Fatma lansung memotong. "Saya tidak butuh alasan kamu, pasti alasanmu tetap sama seperti dulu," diam sejenak "Saya akan memberi kalian poin terlambat dan setelah ini kalian akan mendapat hadiah yang setimpal."

"Tia, saya juga tidak menyangka kamu terlambat datang sekolah. Kamu anak berprestasi, semua guru memujimu, tapi kamu sudah mencoreng nama baikmu sendiri, apalagi kamu masih kelas X," ujar bu Fatma dengan nada kecewa.

"Maaf, saya telah mengecewakan bu," ucap Tia menunduk.

"Kalian tidak akan mengikuti sampai jam pelajaran ke tiga. Untuk hadiah kalian adalah bersihkan gudang sekolah sampai bersih tidak ada debu, " ucap pak Gufron tegas.

Tia membelalakkan mata. Untuk pertama kalinya dia mendapat poin terlambat, belum lagi membersihkan gudang sekolah. Hanya karena hujan Tia menerima hukuman.

"Kok masih diam disini? Tunggu apa lagi?!" Suara pak Gufron mengingatkan hukuman mereka.

"I...iya pak," jawab Adam gelagapan.

Mereka beranjak dari duduknya meninggalkan ruang BK.

****

Gudang sekolah berada di sebelah timur pojok berdekatan dengan perpustakaan. Kalau dilihat dari luar tempatnya bersih, tapi setelah pintu gudangnya dibuka sudut ruangannya penuh debu.

Tia mendengus kasar. Baru pertama kali dia mendapat hukuman seberat ini. Apa yang harus dia katakan pada temannya nanti? Sarang laba-laba dan kecoa adalah pemandangan pertama saat memasuki gudang. Banyak tumpukan berkas soal-soal lama yang disimpan di gudang. Dengan langkah malas dia mengambil sapu lidi. Bau pengap menusuk ke rongga hidung, tertelan bersama saliva.

Ada sesuatu yang menggelit-geliut di tangan Tia, Diliriknya dengan perlahan. Detik berikutnya Tia terkesiap, ada hewan yang sangat ditakuti melekat ditangannya. Laba-laba.

Arrrrgggh.....

Adam terlonjak kaget saat mendengar teriakan Tia. Segera dia mendekat, raut mukanya panik. Untungnya Adam sangat peka, detik berikutnya ia mengikuti kemana arah pandang Tia tertuju. Tanpa disadari, tanpa sengaja hal tak terduga telah terjadi pada hari ini. Seolah gudang sekolah penuh debu sebagai saksi bisu atas kejadian hari ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ingatan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang