Bab 4 - Sebuah Kebetulan

53 6 0
                                    

Kantin sekolah ramai. Jadwal istirahat pertama.

Adam, Hendra, Reza, dan Dika duduk di pojok kantin.

"Guys, tau nggak gue tadi ketemu siapa?" tanya Adam pada teman-temannya. Berniat pamer.

"Pagi tadi gue lihat ada kerumunan apa? Kayaknya ramai banget?" bukannya menjawab Hendra malah balik tanya.

Hendra, teman Adam yang satu ini suka usil. Ketampanannya juga tidak kalah dengan Adam. Hidung mancung, tinggi badan ideal, matanya tajam seperti elang. Dia jago basket. Menjadi kapten tim basket SMA Merah Putih membuatnya menjadi populer. Apalagi dengan status single nya, banyak siswa cewek yang bersaing untuk menjadi pacarnya. Tapi, apa boleh buat Hendra selalu menolak para cewek yang mengungkapkan perasaan padanya.

"Mana saya tau kamu ketemu sama siapa," celetuk Dika yang sedari tadi asyik makan bakso. "Kamu kira saya peramal,"  lanjutnya.

Dika, berpostur tubuh gemuk, berambut ikal, tingginya lumayan, dan berkulit sawo matang. Dia suka tidur di kelas  saat jam kosong. Dulu pernah pas jam pelajaran terakhir Dika tertidur pulas sampai Hendra tidak tega membangunkannya. Semua siswa sudah pulang dan Hendra pun juga pulang. Kelas tampak sepi. Tapi, Adam berbaik hati membangunkan Dika.

"Aku, tadi ketemu sama si can... Maksudku adek kelas yang pinter itu, tapi kurang membuka diri," Adam menjelaskan sembari tersenyum simpul. Membayangkan kejadian tadi.

Reza, Teman Adam yang memakai kacamata dari tadi diam. Menjadi pendengar yang baik. "Siapa?" Reza mengerutkan kening.

"Maksud kamu, Tatiana?" tebak Dika.

"Betul." Adam berseru antusias.

Reza memasang wajah heran. Tidak mengerti. "Apa hubungannya kamu sama Tatiana?"

Adam terdiam. Begitu nama Tatiana disebut entah mengapa jantung Adam berpacu dengan cepat. Tidak seperti biasanya. Ada apa ini sebenarnya?

"Lo suka sama Tia? Udah kelihatan dari mata kamu," tukas Hendra. Penasaran dengan perasaan Adam.

Adam bersemu merah. Malu mengakuinya. Untuk menghilangkan rasa malu, Adam menghindari teman-temannya. "Gue, ke perpus mau pinjam buku." katanya singkat.

Teman-temannya tercengang dengan perilaku Adam. Agak aneh. Terutama Hendra. Dia memperhatikan punggung Adam sampai menghilang dibalik kokohnya tembok.

***

Tia rindu dengan suasana perpus. Bermacam buku tertata rapi di rak, bau khas buku usang yang sudah lama di dalam lemari, suara gesekan kertas yang dibalik dari halamannya.

Suasana yang hangat, membuat para pengunjung perpus menjadi nyaman. Ditambah lagi dengan desain interior minimalis.

Selesai memilih buku, Tia mengedarkan pandangannya ke bangku yang disediakan. Pandangannya tertuju pada bangku sebelah cowok. Tidak ada bangku kosong selain di sebelah cowok itu. Semuanya sudah penuh. Dengan terpaksa Tia duduk disitu.

Suara decit kursi bergesekan dengan ubin. Mengganggu konsentrasi Adam. "Siapa yang berani duduk di sampingku tanpa izin?" Gerutunyanya dalam hati.

Adam melirik dari ekor matanya. "Seorang cewek, tapi siapa?" gumamnya lagi.

Adam menoleh sedikit. Sontak dia terkejut saat melihat cewek di sebelahnya. Sebuah kebetulan.

"Eheem," Adam berdeham. Mencoba berbicara dengan Tia.

Hening.

"Hai," sapa Adam pelan. Mengawali pembicaraan.

Seketika, Tia menoleh dan mendapati wajah Adam. "Kamu yang aku tabrak tadi?" Tanya Tia memastikan.

"Bukan kamu yang nabrak tapi aku," Adam berkata. Ditutupnya buku yang dibacanya.

Tia berhenti dari membaca. "Aku minta maaf udah nabrak kamu, kak," ucapnya merasa bersalah.

"Seharusnya aku yang minta maaf." Adam juga tidak mau kalah.

Tia mendengus pelan. Dongkol. "Aku yang salah, kak."

"Harap diam! Jaga bicara kalian!" Suara wanita paruh baya menginterupsi.

Mereka terperanjat. Diam menyelimuti mereka. Dibacanya kembali buku masing-masing.

"Gara-gara kamu." desis Tia kesal.

"Kamu yang salah." Adam tidak terima disalahkan.

"Kalian berdua, keluar dari perpus!" lagi-lagi suara penjaga perpus menginterupsi.

Tia dan Adam langsung beranjak dari tempatnya dengan rasa kesal.

Saat perjalanan menuju kelas tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulut mereka. Bahkan jalan mereka tidak beriringan. Tia berada di belakang Adam.

Ingatan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang