3

4 2 2
                                    

Masih pagi-pagi sekali saat bang Ali datang lalu mendobrak pintu kamarku, diikuti ayah yang berjalan dibelakangnya. Keduanya berdiri dihadapanku. Ini kan hari minggu, kurasa dengan wajah mereka seserius itu mereka bukan akan mengajakku jogging atau semacamnya.

“kamu kenapa sama Fikri”

“oh God..jangan bilang abang datang kerumah ini pagi-pagi sekali Cuma buat nanya hal ini bang!” gertakku

“abang Tanya sekali lagi kenapa kamu sama Fikri?!” bang Ali menaikan nada bicaranya seraya mengeryitkan keningnya.

Kuhentikan kegiatanku dan berdiri tepat dihadapan bang Ali, namun ayah menarikku

“jangan sama-sama emosi. Bener Li ini masih pagi. Kamu jauh-jauh begini Cuma mau bentak adik kamu?” kali ini ayah bertanya pada bang Ali.

“Ayah gak tau kenapa aku semarah ini yah. Biar anak perempuan yang ayah sayang itu yang jelasin. Sekarang jawab de, kamu kenapa sama Fikri?” kali ini bang Ali terdengar sangat serius.

“kenapa abang gak Tanya sama mas Fikri aja” jawabku

Bang Ali terdiam sejenak, lalu aku meneruskan kegiatanku, kembali menata lembaran tugas kantor yang belum selesai kususun dan harus ku serahkan besok.

“Ila!” bentak bang Ali

“aku gak suka sama kata-katanya bang. Aku gak suka dia bilang..”

“bilang soal berandal itu?!” bang Ali memotong ucapanku.
Aku terdiam. Tak mampu lagi melanjutkan kalimatku.

“yang dia bilang bener dek. Terus kamu marah sampe nampar dia? Kamu keterlaluan dek” bang Ali terlihat begitu kecewa

“bener yang Ali bilang Ila?” Ayah merubah haluannya seketika ia mendengar kata ‘berandal’

Aku menghela nafas panjang.

“Ila walau itu sudah berlalu lama tapi kamu gak boleh lupa Ila….” Ayah memperingatkanku

“aku gak lupa, aku ingat semuanya. Bahkan dalam setiap mimpiku selama bertahun-tahun kejadian itu selalu aku ingat yah. Tolong jangan teken aku bang, yah. Aku sudah sampe sejauh ini baik-baik aja. Tolong jangan ancurin aku lagi” jelasku bercucuran airmata.

Ayah dan Bang Ali terdiam. Mereka tak akan mampu berkata-kata lagi ketika melihat airmataku yang bercucuran. Untuk sejenak mereka terpaku menatapku nam hingga bang Ali menghembuskan nafaspanjangnya dan meninggalkan kamarku, diikuti ayah dibelakangnya.
Aku tahu jelas bagaimana perasaan mereka, marah dan kecewa, pastinya. Tapi apakah aku pun tak boleh memahami perasaanku sendiri?

##

Setiap kali aku mencoba mengingat kembali sosok itu, selalu kenangan manis yang terlintas. Aku ingat betul saat pertama kali ia mengajakku pergi bersamanya. Hari itu sore sepulang sekolah. Bang Ali masih sibuk kegiatannya. Ia menyuruhku pulang duluan. Hari itu hari kamis, karena kami mengenakan batik ketika itu. Fira mengajakku menemui pacarnya, Doni. Katanya ia akan mengajak doni ke ulang tahun Cika malam minggu ini.

“Don, besok malem minggu si Cika ngadain pesta ulang tahun, kesana yuk!” ajaknya

“hayuuk cantik” jawab Doni manja.

Ah, aku kadang mual melihat pasangan ini. Selalu mengumbar kemesraan mereka di depan umum. Mungkin lebih tepatnya aku cemburu, karena aku masih saja jomblo saat itu.

Disana ada Doni, Diki, Reyhan dan Abyan.

“Lo kesana gak La” Tanya Diki

“gak tau, kayaknya engga deh. Gapunya tentengan. Hahaha” candaku

“sama gue aja” Ajak Diki

“weleh gue aduin ke si Dea lu Dik!” ancam Reyhan diikuti gelak tawa yang lainnya.

“ama gue aja La. Kurang apa gue kan buat jadi tentengan” ledek Reyhan

“kurang ganteng” celetuk Byan. Yang lain pun tertawa.

“alah ntar pakek kolor lagi datengnya, dia kan suka salah kostum. Masa kemaren gw ajak nemenin gw ngelancong ketempat Dea dia dateng pake kolor pendek ama kaos oblong. Untung ga diusir si Dea” ledek Diki

“Terus lu gak dateng beneran La?” Tanya Fira.

Aku hanya menjawabnya dengan mengangkat kedua bahuku menandakan jika aku tak tahu pasti.

“ama gue aja yuk, penasaran pengen keluar malem. Akumah anak soleh soalnya gatau angin malem gimana rasanya” ajak Byan seraya meledekku

Aku terdiam. Sejenak terlintas yang pernah  Bang Ali katakan kepadaku, akan tetapi sejujurnya aku masih penasaran dengan lelaki ini, lalu tanpa ragu kujawab

“hayo!”.

Malam minggu Byan datang menjemput kerumahku. Dengan motor matic birunya. Kebetulan bang Ali sedang pergi bersama teman-temannya. Abiyan datang disambut oleh Ayah

“kamu yang mau pergi sama Aila?” Tanya ayah

“iya yah, dia ini temanku, namanya Abiyan. Jangan fikir macem-macem ya” jawabku seraya mengenakan sepatu flatku

“kok kamu yang jawab La, kan aku yang ditanya ayah kamu” sambung Byan

“Emang dia ini bawel Abyan, kamu mau aja jadi temannya. Duh, jangan kepikiran deh jadi pacarnya” ledek ayah

“ih ayah apaan sih?! Jangan dengerin ya ya ” ujarku sambil memonyongkan bibirku ke arah ayah.

“kayaknya ngambekan juga yah om. Saya jadi temennya aja kali yah om sampe tua” lanjut Byan

“apaan sih, Byan ini sama yah ngeBTin ama si ayah” cetusku sambil keluar rumah.
Byan kemudian pamit pada ayah lalu kamipun berangkat.

Malam itu malam yang menyenangkan bagiku. Itu adalah pertama kalinya aku mengobrol tentang banyak hal dengan Byan. Byan benar-benar lelaki yang -tidak akan habis kata-kata kita untuk berbicara dengannya. Rasanya sang waktu sedang meledekku, buktinya ia berjalan dengan begitu cepat. Tak terasa kami sudah sampai di depan rumahku lagi dan hari sudah sangat malam.

“makasih ya byan udah mau jadi partner gw malem ini” ucapku berterimakasih

“hmmm, besok bayar ojeknya pake nasi uduk kantin aja deh pas sarapan giama” lagi, Byan meledekku dengan senyumnya. Senyuman yang selalu ku ingat.

“tapi jangan pake es yah, mahal!” balasku meledeknya. Byanpun tertawa. Lalu Byan pamit, menghidupkan kembali motornya dan tak lama iapun melenggang pergi dengan sibiru kesayangannya itu.

Dan begitulah bagaimana akhirnya kami jalan untuk pertama kalinya. Dengan status tetap hanya seorang teman. Tapi terasa begitu mangasyikan. Jika boleh, bahkan ingin ku habiskan malam untuk terus bercanda dengannya. Haha, fikiran macam apa itu? Tapi kini aku bisa memaklumi diriku yang kala itu masih remaja dengan segala fikiran bodohnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AbyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang