[SEQUEL OF LOVELY HUSBAND]
Bagi seorang Elisa Sherlyn Hardikusuma, tak akan lagi dia percaya akan janji. Sebab janji itu hanya akan menimbulkan luka tanpa obat saat yang berjanji tidak menepati janjinya lalu pergi dengan janji yang hanya akan mengga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SETELAH pesawat yang dikemudikan oleh Reza dikonfirmasikan jatuh di daerah dataran tinggi di Perancis. Elisa kembali ke Indonesia bersama jenazah Reza. Hingga saat ini ia masih belum percaya jika Reza benar-benar meninggalkannya untuk selamanya. Dia bahkan tidak pernah menyangka jika kecupan yanh diberi pria itu dikeningnya seminggu yang lalu adalah kecupan terakhir yang akan dia dapatkan dari Reza. Sampai saat ini Elisa belum melihat langsung jenazah Reza, karena orang-orang yang sudah melihat jenazahnya mengatakan jika wajah Reza hampir setengahnya hancur, itu membuat Elisa tidak ingin melihat wajah kekasihnya itu. Selama seminggu setelah dikonfirmasi mengenai peristiwa itu, jenazah setiap korban sudah bisa dibawa ke tempat kelahiran masing-masing dan akan di kebumikan secara terhormat dari pihak maskapai. Selama seminggu itu pula, Elisa berusaha menerima kenyataan meski masih berat baginya menerima semua kenyataan itu. Semua janji manis yang Reza ungkapkan akhirnya sirna. Sang pembuat janji meninggalkannya tanpa satupun janji yang berhasil ditepati. Mengingat semua janji membuat Elisa marah dan benci kepada Reza karena pria itu membuatnya menyimpan janji yang tidak mungkin bisa menjadi kenyataan lagi.
Setelah sampai di Jakarta, rumah keluarga Reza dipenuhi oleh keluarga, teman dekat, dan banyak pramugari serta pramugara dan juga pilot dan co-pilot yang pernah bekerja sama dengannya. Kedatangan jenazah Reza disambut dengan jeritan pilu dan dipenuhi tangisan menyedihkan. Tak ada seorangpun yang menyangka jika pria ramah seperti Reza akan cepat menghadap Sang Pencipta. Pria yang terkenal dengan keramahan dan senyum manisnya itu akhirnya pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal pada siapapun.
Victoria dengan setia menemani Elisa hingga kembali ke Indonesia. Disaat apapun seperti Elisa tak sanggup berdiri, Victoria selalu ada untuk membantunya. Hery-suami Victoria lebih dulu dikebumikan di kampung halamannya di Inggris. Padahal Victoria dan suaminya baru saja melangsungkan pernikahan dan akhirnya mereka dipisahkan oleh maut yang tidak bisa disangka kapan terjadi. Meskipun terlihat tegar, Elisa tahu jika Victoria lebih terpukul dibandingkan dirinya, ditinggal oleh pria yang sudah mengucap janji suci dan memasangkan cincin di jari manis itu bukan hal yang mudah, namun wanita itu terus saja meyakinkan Elisa jika semuanya baik-baik saja.
"Elisa, lihatlah wajah Reza untuk terakhir kalinya. Meski mungkin kau tak akan mengenalinya, kuharap kau tak menyesalinya di kemudian hari," ucap Victoria menasehati. Itu akhirnya membuat Elisa bertekad untuk melihat wajah kekasihnya itu untuk terakhir kalinya sebelum upacara pemakaman akan dilaksanakan.
Saat Elisa mendekati peti tempat Reza—sang pujaan hatinya itu tertidur selamanya, Rita— bunda Reza langsung mendekat dan menuntutnya perlahan. Sebelumnya Elisa sudah pernah bertemu dengan orangtua Reza saat merekan datang ke London untuk menemui Reza. Itu tepat setahun yang lalu dan saat itulah Reza sudah meminta restu dari orangtuanya agar menikahi Elisa dan akan menikah setelah menerima restu dari pihak Elisa sendiri, tanpa mereka sadari, semua rencana serta janji itu sudah hilang dibawa Reza yang pergi untuk selamanya.
"Putraku pasti sangat menyanyangimu hingga setiap hari dia tak bosan-bosannya menceritakanmu padaku. Bahkan aku masih ingat saat dia mengatakan jika dia ingin menjadikanmu istrinya malam itu, sungguh aku merasa bahwa putra kecilku sudah dewasa dan akan meninggalkanku," ucap Rita pelan, berusaha menahan suaranya agar tidak bergetar. Elisa tak sanggup membendung air matanya lagi. Sungguh menyedihkan jika mengingat semua rencana yang sudah mereka rencanakan jauh hari akhirnya hancur tanpa ada kepingan harapan lagi. Bahkan tidak ada satupun yang terlaksanakan karena kepergiannya untuk selamanya.
