7

66 13 5
                                    

"Bahagia itu cukup sederhana aja, tergantung bagaimana kamu menyikapinya"

🌸🌸🌸

"Arsenio," katanya. "Cuma dia yang ngalahin gantengnya gue, hehe. Selera lo bagus juga ternyata," lanjutnya.

Aku teringat percakapan dengan kakakku tadi pagi. Memang hari ini aku masih meliburkan diri. Begitu juga dengan Kak Dena.

Aku menghabiskan waktuku untuk mengintrogasi Kak Dena, di kamarnya. Yaa walaupun hanya sekedar mengetahui di mana tinggalnya, sekolahnya, dan yang paling penting dia seumuran denganku.

Kak Dena tidak berminat memberi tahu username instagramnya. Aku juga belum berminat mencari akun instagramnya. Mengetahui namanya sudah membuatku merasa senang.

Arsen orang Semarang. Nggak terlalu jauh sih sama Jogja. Paling-paling 4 jam kalau lewat Magelang, atau jalur lainnya lewat Solo.

Dia 1 tahun di atasku. Bukan umurnya, cuma dia kelas XI. Kalau umur sih, aku kurang tau. Kata Kak Dena bedanya nggak terlalu jauh.

Aku harap dalam waktu dekat ini aku sudah bisa mengenalnya. Setidaknya dia tau aku. Biar adil, hehe. Lebih adil lagi jika dia juga menyukaiku. Ah, khalayanku mulai tak terkondisilan.

Berandai-andai bisa bertemu lagi membuatku lelah dan aku memilih untuk tidur. Rupanya perjalanan kemarin cukup menyita waktu tidurku.

🌸🌸🌸

"Lo balik juga akhirnya," sambutan dari Alya cukup membuatku merasa senang.

Sudah biasa jika Karin dan Vanda belum datang. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 6.40. 20 menit lagi bel berbunyi, tetapi 2 orang itu belum menampakkan batang hidungnya.

"Lo tau nggak Ya?"

"Apaan elah, lo belum ngomong juga," katanya kesal.

"Gue ketemu cogan Semarang. Temennya Kak Dena."

"Trus?" dia belum terlalu tertarik pada topik ini, karena tidak mungkin dia berpikiran kalau aku sudah menjatuhkan hatinya.

"Ya gitu, keknya gue udah suka sama dia,"

"Seriously?" katanya sambil menempelkan punggung tangannya di dahiku.

"Iya, namanya Arsen. Ganteng banget asli deh."

"Lo tau username instagramnya? Gue kepo sama mukanya."

"Nggak usah kepo, ntar lo naksir."

"Dih, gue udah punya Rafka juga."

"Iya deh yang nggak jomblo," kesalku.

"Oleh-oleh mana Del?" tagih Vanda yang baru aja datang.

"Yah, ketinggalan cerita lo Van, ngaret sih."

"Apaan, cerita plis," katanya sambil memasang puppy eyes-nya, sok imut.

"Adel punya gebetan sekarang."

"Eh beneran?" aku hanya membalas anggukan.

"OMG, serius?" katanya tak percaya.

"Iya, Arsen namanya."

"Arsen siapa Del? Lo dateng-dateng ngomongin Arsen," ucap Karin yang baru saja datang dengan santai.

"Ketinggalan ah lo," kesal Vanda, masih penasaran dengan ceritaku.

"Arsen bisa dibilang gebetan gue. Dia orang Semarang yang ganteng poll. Atlet lagi,..." Bel berbunyi. Ceritaku terpotong. Kami berempat kembali ke tempat duduk masing-masing, akan kulanjutkan ketika istirahat nanti.

🌸🌸🌸

"Del, kok gue masih nggak percaya ya lo punya gebetan," kata Alya setelah ceritaku tentang Arsen berakhir. "Ya soalnya udah 2 cowok lo tolak semua, trus gue nggak pernah denger lo suka sama orang, dan tiba-tiba suka sama orang yang baru lo temuin? Serius Del? Lo nggak kemasukan setan Bandung kan?"

"Yakali. Ketemu Arsen itu kek ngalir gitu aja. Nggak sadar kalau udah masuk ke pesonanya."

"Paling lo di pelet Del? Bisa aja kan?"

"Nggak mungkin lah, Rin," aku tertawa, punya temen kayak gini nih yang bikin hidupku ga flat-flat aja.

"Ngomong-ngomong, kalau Arsen di Semarang kita nggak bisa nge-date bareng ya?"

"Van, yang lo maksud Adel sama Arsen, gue sama Rafka, lo sama Arka, Karin sama Faris? Adel aja belum kenal, gimana mau nge-date bareng?"

"Ya, siapa tau Adel cepet kenal sama Arsen. Kan kasian dia jomblo sendiri," aku hanya membalas perkataan Vanda dengan tatapan sinis. Pada nggak tau sih, jomblo gini juga yang paling bahagia.

"Udah ah, balik kelas aja yuk, udah mau bel," ajakku.

🌸🌸🌸

Hari pertama sekolah setelah sekian lama meliburkan diri, bisa dibilang cukup membosankan. Hawa-hawa di Bandung masih melekat, seperti merasa senang berada di satu kota bersamanya, merasa bangga melihat dia dan Kak Dena berjuang meraih medali, ada Rani yang menjadi teman cerita setiap saat, teman tidur yang kebo-nya gak ketolong, dan masih banyak lagi.

Ingin kembali ke Bandung, tetapi tempatku meraih cita-cita ada di sini. Lagian, dia juga sudah kembali ke tempatnya. Cuma tinggal Rani di sana.

Aku lupa, kalau kebahagiaanku ada di sini, bersama teman-temanku yang sifatmya bermacam-macam tetapi tetap satu hati. Teman yang selalu ada untukku, 4 tahun bersama dan semoga bisa sampai kapanpun. Ya, aku dengan Alya, Karin, dan Vanda memang sudah dekat sejak SMP.

Bahagia memang sederhana. Jika kamu menikmati apa yang kamu lakukan setiap harinya, aku rasa kamu sudah cukup untuk bahagia.

🌸🌸🌸

Arsen emang mainstream, tapi aku suka:)

Krisannya yukk❤

CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang