1

124 28 17
                                    

Yogyakarta, 5 Juli 2018

"Dell, bangun, udah sore!" Suara kakak membangunkan tidur siangku.

"Apasih kak? 5 menit lagi," jujur aku masih mengantuk, tidak kuat untuk hanya sekedar membuka mata.

"Nggak mau tahu, pokoknya kita ke stasiun jam 7. Awas aja kalau belum bangun, bakal gue tinggal," ancamnya.

Aku lupa. Hari ini aku sekeluarga akan ke Bandung untuk mengantar kakakku yang akan mengikuti turnamen.

"Barang-barang udah lo siapin semua kan?" lanjutnya, yang hanya dibalas anggukan malasku—masih dengan posisi tidurku.

Sebenarnya aku tidak mau ikut karena di Bandung 5 hari, yang akan mengganggu sekolahku. Tapi bagaimana lagi, aku tidak akan berani di rumah sendiri ketika malam hari, juga sekali-kali aku akan menikmati liburan yang tidak pada waktu hari libur di Bandung bersama keluarga.

🌸🌸🌸

Kulihat sudah pukul 16.30 WIB. Aku bergegas mandi dan bersiap. Aku tidak akan menodai telingaku hanya karena mendengar omelan kakakku itu.

Namanya Dena, kakakku satu-satunya. Laki-laki tapi kalau denganku cerewetnya minta ampun. Dia nggak akan berhenti menasihatiku ketika aku salah. Jauh lebih panjang daripada nasihat dari ayah dan ibuku. Tapi jangan salah, dia nggak akan membiarkan orang lain menyakitiku.

"Dell cepetan!!!" Benar saja, baru beberapa menit aku selesai mandi, Kak Dena sudah meneriakiku.

"Dena, udah deh mendingan kamu siap-siap aja. Adel juga udah tinggal siap-siap. Lagian kita baru berangkat jam 7 nanti," nasihat ibuku ke Kak Dena.

"Tuh dengerin," aku bergegas turun dari kamarku menemui Kak Dena dan ibuku di ruang keluarga sembari tersenyum mengejek ke arah Kak Dena, dan dia hanya diam tak mau menanggapi lagi.

"Barang-barang kamu udah siap semua kan? Udah nggak ada yang ketinggalan?" Tanya ibuku ke arahku yang hanya aku balas dengan anggukan.

"Dicek lagi," lanjutnya memastikan.

"Tadi sebelum tidur siang, udah Adel cek, bu," kataku dan ibuku hanya mengangguk.

"Sepatu roda kakak udah dimasukin koper kan," ibu beralih tanya ke Kak Dena yang hanya dibalas anggukannya dengan mantap.

"Pak Tino nggak bisa ngantar kita nanti. Naik taksi aja ya ke stasiunnya," kata ayah yang tiba-tiba datang menghampiri aku, Kak Dena, dan ibu.

Pak Tino adalah sopir panggilan keluargaku. Hanya, pada waktu ini beliau sedang ada acara, sehingga tidak bisa mengantar.

Selanjutnya, kami berdua-aku dan Kak Dena-kembali ke kamar. Kami akan mengambil koper masing-masing.

Aku segera turun setelah mengambil koper dan tak lupa membawa tas ransel kecilku yang berisi ponsel, power bank, charger, dompet, kamera, mukena, buku dengan satu pulpen, juga satu buah novel.

Taksi yang dipesan ayah sudah datang. Aku yang bertugas mengunci pintu rumah. Sedangkan Kak Dena yang memasukkan barang-barang ke bagasi.

Setelah siap semua, taksi perlahan melaju. Meninggalkan rumah. Untuk beberapa hari.

🌸🌸🌸

Sampai di stasiun baru sekitar pukul 19.30 WIB. Kami menunggu keberangkatan kereta pukul 20.00 WIB. Lebih baik menunggu, ketimbang terlambat.

Aku dan Kak Dena membeli camilan terlebih dahulu. Kami membeli di supermarket dekat stasiun. Untungnya, kami sudah shalat terlebih dahulu di rumah, jadi hanya tinggal menunggu kereta saja.

Akhirnya telah tiba jam pemberangkatan kereta. Kami bergegas memasuki kereta dan menduduki tempat masing-masing.

Aku duduk dengan Kak Dena. Baru beberapa menit kereta jalan, dia sudah tertidur. Aku sendirian. Hanya ditemani lagu yang mengalun di telingaku. Juga malam yang sunyi. Dengan dingin yang menyeruak ke tubuhku.

Aku menatap Kak Dena yang terlelap. Kadang aku berpikir, kakakku ini termasuk ganteng buat disandingkan dengan cowok-cowok lain di sekolahnya,—sekolahku juga karena kita memang berada di sekolah yang sama—tetapi entah kenapa aku tidak pernah mendengar kalau Kak Dena punya pacar. Dia termasuk cowok dingin di sekolah, hanya denganku saja dia cerewet.

Aku memilih untuk tidur. Kupaksakan mataku agar terpejam. Menunggu pagi menjelang dengan terlelap. Berharap kereta melaju cepat hingga sampai di Bandung tidak memakan waktu lama. Segera melepaskan lelahku dengan menikmati kota itu. Mencari pengalaman baru di sana. Mencari kenangan yang mungkin tidak akan pernah aku lupakan.

🌸🌸🌸

Ini cerita belum bisa dikatain fiksi seutuhnya. Karena aku banyak ter-inspirasi dari kisahnya rssaptrr
Coba cek deh cerita yang dia buat. Siapa tau suka.

Sekian dulu dari aku, semoga kalian suka. Semoga aja kalian juga nggak nyesel baca ini hehe. Sampai jumpa di part selanjutnya:))

CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang