2. [Bagaimana Bisa?]

38 5 0
                                    

LIE

-Bagaimana bisa?-
.
.
.

Persahabatan dan sahabat adalah hal terpenting dalam hidup ku. Ketika kamu menyakiti sahabatku itu artinya kamu menyakiti aku. Ketika sahabatku menangis karenamu, bisa aku pastikan kamu akan mengeluarkan darah karenaku.

Gerimis perlahan berubah menjadi hujan, hujan yang lebat. Aku melihatnya, melihat seluruh pemandangan di depanku namun pikiranku entah kemana. Angin semakin kencang menyapu wajahku.

"Naz... ", panggil fahri.

" Kalau kamu mau bilang, ini bertele-tele dan sebagainya kamu bisa diam. Aku ngga mau kamu kayak orang lain. Karena aku hanya menceritakan beberapa bagian saja, mereka menganggapku wanita lemah yang tersakiti hingga seperti ini hanya karena Arsya. Aku ingin kamu tau seberapa penting dia, seberapa banyak sakitnya, hingga kamu mengerti wanita mana yang mereka katakan lemah itu. ", jawabku tanpa ekspresi.

" Oke, sory kamu bisa lanjut", timpal Fahri.

*Flashback on*

Sudah 5 tahun aku bersama Arsya, sekarang kami duduk di kelas 5 sekolah dasar. Hari ini sore yang cukup tidak menggembirakan, langit mendung menutupi atap sekolah. Sore ini ada ekstrakulikuler drumband disekolah. Aku dan Arsya sama-sama mengikutinya. Tak banyak hal terjadi saat itu, hanya latihan bisa. Ketika aku pulang bersama Anggia, dia mengatakan hal aneh padaku.

"Em... Kamu suka Arsya? ", tanyanya.
" Astaga Arsya itukan sahabat aku... ", jawabku santai.
" Sebenernya aku mau ngasih tau kamu sesuatu", katanya ragu.
"Apa sih nggi kayak sama siapa aja, ngomong tinggal ngomong dari tadi kamu juga ngomong. "
"Tapi kamu jangan bilang-bilang sama Lintang yaa", katanya.
" Lintang? Loh... Apa sih Arsya terus Lintang, ada apa sih? "

Oh yaa Lintang itu murid pindahan waktu kelas 3.Waktu awal dia masuk ngga ada yang ajak dia main. Aku orang pertama yang ngajak dia ngomong. Jadilah kita bersahabat dan deket mulai saat itu.

"Iya makanya dengerin dulu ngapa ih... ", dia kesal.
" Oke oke jadi? ", tanyaku lumayan penasaran arah pembicaraan ini.
" Jadi Lintang bilang dia suka sama Arsya", katanya.
What? Dalam hati aku merasa tak suka, astaga bagaimana bisa mereka sama-sama sahabatku. Memang aneh rasanya diusiaku sudah ada hal seperti ini, namun aku tau dunia itu udah berubah. Entahlah aku tau Lintang segala-galanya dia cantik itulah yang ada dipikiranku. Tapi kenapa aku tak menyukai mendengar hal ini, ada sedikit rasa perih didalam sana.

"Oh jadi gitu", jawabku.
" Cuman gitu? ", tanyanya heran.
" Terus aku harus apa? Teriak-teriak heboh? ", tanyaku.
" Ngga ngga perlu ngga usah. "

Sesampainya dirumah aku terus memikirkan kejadian dan perkataan Anggia. Mengapa aku harus memikirkannya? Itu bukan urusanku.
Pulang sekolah kali ini aku harus kerja kelompok di rumah Ira, rumah Ira dekat dengan rumah Arsya. Saat aku akan pulang aku mendapat pesan dari Arsya

Arsya Aditira

Udah mau pulang naz?
Iya kenapa?
Bareng aku aja nanti kamu ngga bisa nyebrang jalan, bahaya.
Ya udah iya aku kerumah kamu yaa
Kesini aja
(Read)

Setelah membaca pesan Arsya aku pun pergi ke rumah Arsya. Aku menunggu begitu lama entahlah apa yang dia lakukan dia terus menerus menyuruhku menunggu, menyebalkan memang. Aku bahkan sampai mendengar teriakan kakaknya untuk menyuruhnya segera menemuiku. Akhirnya ia tersenyum tanpa dosa dan menghampiriku.

"Ayoo sory ya lama. " Katanya
"Iyain aja oh ya emang kamu mau kemana? ", tanyaku karena dia mengantarkanku.
" Oh itu aku mau ketemu sama David"
"Oh gitu", kataku sambil ngangguk-ngangguk.
" Aku mau ngomong sesuatu ke kamu", sambung ku.
"Sama dong aku juga, tapi kamu duluan aja deh", katanya.
" Kamu tau ngga Lintang naksir kamu lohhh", kataku dengan senyum.
"Kamu pasti lebih kaget soalnya aku udah tau dan maaf ya tadi kamu nunggu lama, jadi... Em gak jadi deh", katanya.
" Kamu nyebelin ya bilang ngga", balas ku sambil menggelitik perutnya.
"Oke oke udah dulu dong, jadi aku udah jadian sama dia", katanya.

Rasanya ribuan beton sudah mengubur hatiku didalam sana, rasanya sakitt, aku langsung tersenyum dan merubah seluruh raut wajahku. Aku tak mau Arsya menyadarinya. Sesampainya dirumah entah karena suasana hatiku atau apa aku hanya diam tak mengatakan sepatah katapun. Aku hanya diam dan mendengarkan musik kesukaanku. Aku tak membalas pesan dari siapapun bahkan dari Arsya sekalipun. Aku menangis namun didalam sana ditempat dimana tak seorang pun yang melihat, mengetahui, dan mendengar betapa pedihnya itu.

Paginya aku pergi ke sekolah dan seperti biasa mengobrol dengan Lintang dan yang lainnya, mereka tidak mengetahui hubungan Lintang dan Arsya.
" Kamu beneran ngga suka Arsya kan naz? ", tanya Lintang.
Aku tersenyum " Engga kok udah tenang aja. "Aku berbohong, aku berbohong pada diriku sendiri, pada sahabt-sahabatku. Bohong bila aku tak menyukainya. Aku tak tau, yang aku tahu sebagai seorang sahabat aku tak bisa merusak kebahagiaan mereka.

Seluruh waktu Arsya adalah milik Lintang sekarang. Aku kehilangan Arsya ku. Aku Aku merindukan dia. Walau aku tak sendiri aku bersama Fahri sahabatku rasanya tanpa arsya semua ini masih kosong aku benar-benar merindukannya. Aku pun tak bisa memaksakan nya. Aku tak tau seberapa penting cinta. Bahkan jika aku harus memilih aku akan memilih sebuah persahabatan dibanding cinta. Ku kira semuanya akan baik-baik saja, dan aku akan tenang-tenang saja. Namun ternyata banyak gosip tersebar mengenai ku dan Lintang. Banyak yang mengatakan bahwa Lintang membenci kedekatan ku dengan Arsya. Dan bodohnya aku sama sekali tak mengindahkan perkataan para penggosip itu.

Hari ini hari sabtu dan aku benar-benar ingin pergi main. Aku berharap seseorang mengajakku pergi, aku sangat malas pulang hari ini.
" NAZLA", teriak seseorang. Aku tau betul itu suara Arsya. Aku pura-pura tidak mendengarnya aku tak bisa terlalu dekat dengannya. Sulit bagiku untuk mengendalikan perasaanku ini.
"NAZLA", teriaknya dan akhirnya dia berhasil mengejarku. Aku haya berbalik dengan kikuk.
" Main yuk", ajaknya. Aku langsung melupakan rencana menjauhku dan tertarik untuk main. Karena pada saat itu aku memang sangat ingin pergi main.
"Kemana? Ayuk ayuk aja ", jawabku bersemangat.
" Ayo kerumah Tio", ajaknya.

Sesampainya kita dirumah Tio, kita bingung mau makan aja. Ketika aku dan Arsya mau pulang, hujan malah turun. Arsya ngajak aku main hujan tapi aku mikir aku bakal dimarahi. Akhirnya aku disemprotkan air dari selang dan aku pun terpaksa lari dibawah hujan. Dan itulah yang terjadi. Ketika kita akan pulang kita cuman punya 1 payung jadi berbagi. Sampai di pemberhentian angkot kita turun, sampai disitu arah jalan kita udah beda.

"Aku duluan ya", kataku sambil melambaikan tangan pada Arsya.
" Eh tunggu nih bawa payungnya ", katanya sambil menyodorkan payung padaku.
" Terus kamu gimana, gerimis nya lumayan deres"
"Ya elah udah ambil lagian aku udah deket bisa lari"
"Tapikan-" omonganku terpotong.
"Udah ambil aja", katanya meletakkan payung ditanganku.
" Ya udah iya, makasih yaa aku duluan", kataku sambil tersenyum.
"Iyaa hati-hati ya ", katanya.
" Iyaa", balas ku.

Sesampainya dirumah setelah aku bersih-bersih pun aku gak bisa berhenti tersenyum. Taukah jantungku terus menerus berdetak dengan kencang atas perlakuannya tadi. Tanpa aku sadari aku membiarkan diriku jatuh lebih dalam.
Pagi harinya ketika hari minggu aku hanya bermain game di komputer. Hingga ada seseorang yg memanggil namaku diluar rumah.

"Arsya? ", tanyaku kaget.Dia hanya tersenyum.
" Ngapain kesini? ", tanyaku bingung.
" Main sepeda yuk , dari pada dirumahkan? ", ajaknya.
" Okay tunggu"

Hari itu aku habiskan dengan bermain sepeda bersama Arsya. Kami makan eskrim, tertawa, dan bicara banyak hal. Saat itu cuaca mendung karena itu arsya mengajak ku pulang namun terlambat hujan sudah turun lebih dulu.

"Ayuk main ", ajakku.
" Nanti kamu dimarahin? ", tanya Arsya ragu. Aku tak menjawab hanya melajukan sepedaku kencang dan arsya pun mengikutiku.
Aku pulang larut sore dengan badan basah kuyup. Benar dugaan Arsya aku kena marah, tapi entah mengapa aku tetap bahagia bisa menghabiskan hari ini bersamanya. Aku menyadari tak ada satu hari pun ku lewatkan tanpa dia.

.

.

.

____________________
To be Continue
16 July 2018; 14.30 WIB
@Novaardana

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang