8. The Words In My Heart

171 32 0
                                    

Hujan deras telah berhenti mengguyur kota Gangwon kala Gin memutuskan menunggu Yeonwoo di halaman belakang rumahnya. Di sana terdapat gazebo kecil dan Gin memilih mengistirahatkan dirinya di sana seraya menatap kolam kecil yang terisi beberapa ikan koi di dalamnya. Jujur saja Gin rasa, ia terlalu memaksakan tubuhnya untuk mengeluarkan tenaga sebesar itu untuk menyembuhkan Kakek Yeonwoo.

Sepertinya perkataan Yeonwoo terkait kebohongan dokter yang merawat kakeknya benar adanya. Karena yang dirasakan Gin, beberapa organ tubuh manusia renta itu mulai bermalfungsi dan penyakitnya tak sesederhana itu. Tapi biar saja, Gin tak akan memberitahukannya pada gadis itu. Senyum Yeonwoo tak boleh luntur begitu saja.

Tubuh Gin terasa lemas membuat ia merebahkan tubuhnya di gazebo itu dan memejamkan matanya sesaat. Berusaha memulihkan tubuhnya sendiri agar setidaknya dirinya punya cukup tenaga agar bisa pulang nanti.

"Ini dia, kau di sini rupanya. Aku mencarimu kemana-mana, Ahjusshi."

Suara melengking milik gadis manusia itu membuat Gin kembali membuka matanya dan menemukan gadis itu ikut merebah di sampingnya. Tentu gadis itu tetap menjaga jarak aman dengannya. Keduanya masih nyaman dengan posisi itu tanpa melakukan apapun dan membiarkan suara jangkrik berperan sebagai pengisi latar di tengah keheningan interaksi mereka.

"Kukira kau sudah pergi. Ternyata masih ada di sini juga," ujar Yeonwoo membuka pembicaraan.

Senyap.

Lagi-lagi Gin tak merespon ucapannya sehingga Yeonwoo sempat melirik sekilas padanya. Rupanya siluman itu tertidur. Begitu pikir Yeonwoo karena mata Gin terlihat terpejam dengan tenang.

"Tertidur ternyata, hehehe."

Yeonwoo menyamankan posisinya dengan membuat kedua lengannya sebagai bantal sembari memandangi Gin yang tertidur dengan tenang. Gadis itu tergugah untuk mengungkapkan unek-uneknya di depan Gin selagi siluman itu tertidur. Toh, dia tak akan tahu juga kalau Yeonwoo menyerocos panjang lebar.

"Ahjusshi. Kau tahu?" Retorik. Tentu saja Gin tidak tahu apalagi Yeonwoo belum mengucapkannya. Gadis itu terkekeh karena lontaran pertanyaannya sendiri. Sungguh bodoh.

"Tidak pasti ya."

Hening sejenak. Terlihat sekali Yeonwoo masih ragu mengutarakan kalimatnya pada Gin yang masih tertidur. Gadis itu menghela napas sebelum melanjutkan monolognya.

"Pertama aku ingin mengucapkan terimakasih banyak padamu. Kau telah menyembuhkan kakekku sehingga aku bisa melihat senyumnya kembali. Hadiah yang kau berikan padaku memang terbaik. Hadiahku tentu tak ada apa-apanya dengan hadiahmu. Sekali lagi terimakasih ya."

Yeonwoo tersenyum tulus setelahnya dan Gin ikut tersenyum di balik topengnya seraya kembali menajamkan pendengarannya kembali untuk mendengar kata-kata Yeonwoo selanjutnya. Rupanya dia hanya pura-pura tertidur.

"Oh ya, mumpung kau tidak tahu aku ingin mengungkapkan pengalamanku saat denganmu. Sebelumnya boleh kan aku memanggilmu tanpa honorifik? Seperti ini. Ehem." Yeonwoo berdeham sejenak untuk mengurangi rasa gugupnya padahal menurutnya Gin juga tak tahu. Tetapi kerja jantungnya mengkhianati pemikirannya sendiri.

"Gin..."

Sekarang Gin yang merasakan jantungnya akan meledak hanya karena Yeonwoo memanggil namanya. Perasaan asing itu kembali menyergapnya membuatnya merasa nyaman tanpa alasan. Dia tak tahu apa itu. Namun sepertinya perasaan inilah yang dibilang rasa bahagia oleh manusia.

"Kau tahu sejak pertama bertemu denganmu dalam wujud gumihomu sepertinya aku terhipnotis dengan dirimu. Iris biru safirmu sangat indah dan saat aku melihatnya berkali-kali aku bertanya pada diriku 'apakah makhluk itu benar-benar nyata?'. Tetapi nyatanya saat aku beberapa kali memastikan penglihatanku salah, kau masih ada di sana. Kau nyata. Saat kau tiba-tiba menghilang sore itu, tiba-tiba aku terdorong untuk mencarimu. Ingin kembali melihatmu. Entah kenapa tetapi sejak itu mungkin takdirku yang sebenarnya menuntunku padamu. Sampai-sampai aku mempertaruhkan nyawaku dengan hampir membiarkan diriku dimangsa oleh Anaconda. Lucu sekali."

Gumiho :: Anathema [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang