1. What is it?

651 71 63
                                    

"Yeonwoo, bisakah kau mengalah dengan ibu? Ibu benar-benar tidak bisa kesana dan kakekmu butuh seseorang disana. Ayah sedang dinas ke Jepang dan Ibu sedang ada penelitian penting. Ibu, mohon Yeonwoo. Ya?" Ibu Yeonwoo menatap penuh harap pada Yeonwoo sedangkan Yeonwoo mendengus kesal pada ibunya.

"Tapi, bu-"

"Kau bisa kapan-kapan ke pantai bersama Minjae, Yeonwoo. Apa kau tidak merindukan kakekmu disana? Kau suka memeluknya dulu waktu kecil. Kakek sangat menyayangimu. Kau benar-benar tidak menyesal lebih mementingkan pantai ketimbang kakekmu?"

Ibu Yeonwoo kembali membujuk Yeonwoo. Bila sudah masalah menyayangi kakek atau tidak, tentu saja Yeonwoo tidak bisa menolak. Yeonwoo sangat menyayangi kakeknya. Kenangan masa kecilnya berputar di kepalanya. Dulu Yeonwoo selalu suka jika kakeknya menimangnya lembut, membelikannya makanan di saat ibunya melarangnya, membelikannya mainan di saat ayahnya lupa mainan kesukaannya, pokoknya kakek segala-galanya bagi Yeonwoo.

Dengan wajah mengalah, Yeonwoo akhirnya mengangguk pelan. Tak apa tidak ke pantai asal dia bertemu kakeknya. Ibunya tersenyum puas mengetahui jawaban Yeonwoo. Lantas, Ibu Yeonwoo memeluk Yeonwoo, mengelus kepala buah hati satu-satunya itu dengan lembut. Menyalurkan kehangatannya kepada Yeonwoo.

"Yeonwoo. Dengarkan Ibu. Kau akan baik-baik saja disana. Maafkan ibu dan ayahmu yang tidak bisa kesana dan kau harus menggantikan kami disana. Tapi, kakek salah satu orang yang kita sayangi, bukan? Jangan marah ya sayang."

Yeonwoo mengangguk di pelukan ibunya dan berkata, "Tak apa, Bu. Aku tidak marah sebenarnya. Hanya kaget dengan keputusan mendadak ibu. Untuk keluarga, aku akan selalu menomor satukan kalian dari apapun. Aku sayang kalian."

Pelukan ibu dan anak itu mengerat. Mengisyaratkan bahwa ikatan satu sama lainnya kuat. Keluarga memang selalu menjadi tempat terbaik dalam kita berbagi kasih dan sayang. Selalu menjadi rumah di saat kita lelah, selalu menjadi atap dari badai yang melanda, selalu menjadi tameng ketika kita kesulitan. Itu yang Yeonwoo rasakan.

Yeonwoo melepaskan pelukannya terlebih dulu dari ibunya. Saling melempar senyum dari bibir masing-masing. "Baiklah, Bu. Aku akan menelpon Minjae terlebih dulu untuk mengabarinya."

"Untuk apa menelpon, nak? Rumah kalian berseberangan, astaga."

Yeonwoo menatap malas ibunya dan berkata, "Tapi, Bu. Aku malas kesana. Sudahlah ku telpon saja."

Kaki Yeonwoo sudah mulai menapaki tangga pertama rumahnya tetapi tangan ibunya menarik ujung kaos Yeonwoo di bagian lehernya. Layaknya seorang induk kucing membawa anaknya.

"Yeonwoo... Sejak kapan ibu mengajarimu menjadi pemalas, hmm? Kau anak gadis, Yeonwoo." Ibu Yeonwoo mengucapkannya dengan nada lembut tapi Yeonwoo tau itu alarm buruk bagi dirinya. Apalagi pandangan ibunya sudah menatapnya tajam begini. Yeonwoo masih sayang uang sakunya.

"Oke, oke, bu. Aku akan mengabarinya langsung ke rumahnya. Dengan. Berjalan. Kaki. Puas?" Yeonwoo sengaja menekan kalimat terakhirnya dan ibunya tertawa geli melihat wajah melas anaknya.

"Good girl, sweetie." Ibu Yeonwoo mengelus kepala Yeonwoo lalu meninggalkannya dan kembali pergi ke ruang kerjanya.

Yeonwoo menghembuskan napasnya kesal tetapi ibunya harus ia turuti bukan? Surga di telapak kaki Ibu dan Yeonwoo tidak ingin masuk neraka. Alasan klasik memang tapi dibalik menyebalkannya sifat Jeon Yeonwoo, gadis itu sangat menyayangi keluarganya. Tipikal gadis baik tapi itulah Jeon Yeonwoo.

"Yeonwoo?"

Yeonwoo menoleh mendapati ibunya masih menatapnya walaupun tangan kanan ibunya sudah membuka kenop pintu ruang kerjanya.

"Kau berangkat besok ya? Jadi sepulang dari rumah Minjae, bereskan barang-barang yang perlu kau bawa. Oke, honey?"

Yeonwoo mengangguk dan tersenyum tipis pada ibunya. Tipis sekali nyaris tak terlihat. Tak kaget lagi dengan perintah dadakan ratu rumah tangga keluarga ini. Penuh pemberitahuan bukan style ibu Yeonwoo sekali. Mata Yeonwoo masih memandang lekat punggung ibunya hingga menghilang di balik pintu hitam ruang kerjanya. Seketika, Yeonwoo memijit pelipisnya pelan.

Gumiho :: Anathema [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang