vote & comment
-----------------------"HAH? DEMI WHAT?" teriak Somi sedetik setelah Shura menyelesaikan ceritanya.
Shura mengangguk matanya masih tertuju ke arah lapangan sekolah yang tepat di hadapannya.
"Terus terus lu jawab apa?" tanya Somi, tangannya mengguncangkan badan Shura. Yang jadi korbannya hanya bisa mengangkat bahunya sekilas.
"udah lah Ra terima aja, kapan lagi lo di tembak cogan!" pekik Somi lalu ia duduk tepat di sebelah Shura.
Somi menyipitkan matanya karena terik matahari, tangan kanannya berusaha menutupi sinar matahari agar tidak terkena matanya.
"aduh!!!" teriak Somi, sebab bola basket yang dimainkan oleh anak basket itu mengenai palanya. "woi liat liat napa! ada malaikat ni disini."
Mungkin hari ini hari sial Somi, mulai dari tadi pagi ia telat dan pada saat masuk kelas ia baru ingat bahwa ia belum mengerjakan pr alhasil nilai dia kosong.
Belum lagi tadi saat di kamar mandi, Somi terkunci dari depan. Tidak tau itu ulah manusia atau memang terkunci sendiri.
"malaikat paledak, malaikat maut tuh baru iya." ucap Ten, dengan cepat mengambil bola basket yang tersangkut di bawah bangku pinggiran lapangan.
"HEH GUE DENGER YA!"
Somi berdecak sebal, mood nya tidak karuan hari ini. Ia mulai memainkan handphone-nya lagi.
"udah bel, masuk yuk Som." ajak Shura.
Somi mengerutkan dahinya dan menatap Shura dengan tatapan bingung, "emang udah bel apa?"
"udeh makanya beli korek kuping napa, jangan beli baju mulu."
"ye biasa aja dong, setan."
"loh kok ngegas sianjing?"
"siapa yang ngegas sat?!" kata Somi, mukanya merah menahan amarah. "udah ah panas disini iw, nanti kulit incess item." lanjutnya seraya mengibaskan rambut coklatnya.
Mereka berdua berjalan ke arah kelas yang berada di lantai dua, posisinya Somi di depan dan Shura dibelakang.
koridor mulai sepi, satu per satu anak memasuki ruangan kelasnya.
"Som, nanti temenin gue ke rumah sakit ya." kata Shura yang tidak tau dari kapan sudah berada sejajar dengan Somi. "ngapain?"
"mau main timezone--" somi mengerutkan dahinya. shura menarik nafasnya kasar "--ya mau jenguk orang lah dodol."
"lah anjir pak Kyungsoo!" pekik Somi ketika melihat kursi guru sudah ada yang nempati.
Somi dan Shura dengan segera duduk di kursinya masing masing, melihat Pak Kyungsoo membuat dirinya mengeluarkan keringat dingin.
"semuanya sudah datang?" tanya pak Kyungsoo, matanya masih menatap kertas yang ia pegang.
Ia bangun dari duduknya dan memakai kacamatanya, "yang bapa panggil maju ke depan ya."
"Kim Shura, Jeon Somi, Huang Renjun."
Yang namanya dipanggil hanya bisa saling menatap satu sama lain, mulai dari Renjun yang ke depan disusul oleh Somi serta Shura.
"aya naon sir?" tanya Shura.
Mereka bertiga hanya menatap lurus ke arah Pak Kyungsoo dengan muka bingung sekaligus panik.
"Wah pasti bapa manggil kita karena nilai ulangan kita paling tinggi kan?" Somi mengangkat alisnya dan tersenyum bangga, "aduh pak jadi ena."
Pak Kyungsoo berdiri, dan matanya tertuju kearah kertas putih yang ada ditangannya.
"Selamat ya buat Renjun, kamu mendapat nilai tertinggi di kelas." kata Pak Kyungsoo seraya memberi kertas ulangan ke Renjun. Renjun hanya menunjukan senyum polosnya beserta gigi gingsulnya. "terimakasih pak."
Pak Kyungsoo berjalan jalan, ia berhenti tepat di belakang tengah tengah Shura dan Somi.
"Duh pak, jangan jangan saya suka sama bapak? Soalnya hati saya cenat cenut kalo di sebelah bapak!" ujar Shura tidak tau malu. Seisi kelas hanya bisa tertawa ria mendengar perkataan Shura. Miris sekali.
Somi tersenyum, "wah pasti nilai saya sebelas dua belas sama Renjun ya pak!"
Dengan cepat Pak Kyungsoo menggeleng mantap, "tidak."
"Lah pak! saya kan udah belajar sampe jam satu malam loh pak." kata Somi, dahinya mengerut. Shura bingung mendengar kata kata yang dilontarkan Somi.
"kok tumben lu rajin?" bisik Shura. Somi mengangguk, "iyalah gue kan belajar dari jam satu kurang sepuluh menit sampe jam satu."
"hehehe, bangsat juga." Shura menjauhkan badannya dari Somi.
"Somi!" pekik pak Kyungsoo.
"NYAUT PAK." jawab Somi setelah mendengar nada bicara pak Kyungsoo naik satu oktaf.
"Bagaimana bisa kamu mengisi ljk sampai nomer dua puluh, namun soalnya hanya lima belas?" tanya pak Kyungsoo, dahinya mengerut.
"maaf pak, saya terlalu pintar jadi begitu hehehe." balas Somi dengan cengiran khasnya.
-
"Way, tu cewe lu tuh." kata Jaehyung seraya menyenggol lengan milik Taeyong. Taeyong yang merasa terganggu hanya berdecak kecil.
"Hai taeyong, elu kemaren nem--" bahkan Somi pun belum menyelesaikan kata katanya namun kaki kiri Shura sudah berada di kaki kanan Somi. "Uhm, boleh gabung?" tanya Shura.
"boleh kok, duduk aja kali. Rejeki siang hari gini dapet cecan." ucap Lucas sembari menunjukan senyumannya.
"Lo udah pada mesen?" Shura menunjuk ke arah tiga serangkai itu. Dan hanya di balas oleh anggukan. "oh yaudah gue mau mesen dulu ya. Som, lu mau mesen apa?"
"Bakso 10.000 ga pake mie kuning, saos dikit aja, sambelnya banyakin, tambahin garem, jangan lupa kecap, sama ga pake bawang, tapi pake bawang seledri."
Shura menelan ludahnya, "oooh... iya iya."
"apal?" tanya Somi. Shura tersenyum polos, "engga"
Setelah semua menghabiskan makanan masing masing, Lucas lebih memilih berbicara lebih dulu untuk mencairkan suasana.
"Jadi gimana kelanjutan cerita Taeyong dan Shura?"
Somi berdehem kecil, "jawabannya?"
Adakah disini yang kangen aku? xixixi, maaf ya slow update sibuk akutuh hahaha.
Hope you like it, don't forget to vomment!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
a promise | Na Jaemin
Fanfiction"lo pikir gue bego? cih, emang dasarnya cowo mah bosenan ya bosen aja." kata Shura seraya ketawa kecil seperti mengejek. --- kesel gak sih sama cowo yang ninggalin kita pas lagi sayang sayangnya? pengen banget gue potong titiw nya.tapi nanti gue ga...