Author's POV
Gadis itu duduk diemperan toko yang sudah tutup sejak tiga jam yang lalu. Dia hanya diam, menenggelamkan mukanya kedalam bahunya dengan keadaan kaki yang dilipat didepan dadanya. Tidak ada suara apapun. Kecuali suara jangkrik dan deru angin malam.
Ini sudah sangat larut. Tetapi dia masih betah duduk disana dalam posisi itu.
Sesekali terdengar suara isakan yang pelan sekali. Nyaris tidak terdengar.
Dari kejauhan sebuah mobil sedan bewarna hitam berhenti dipinggir jalan. Seorang pria berpakaian rapi keluar dari mobil. Ia perlahan berjalan mendekati gadis itu. Ia sengaja menghentakkan langkah kakinya dengan kuat agar gadis itu bisa menyadari kedatangannya. Tetapi nihil, gadis didepannya itu tetap tidak bergeming.
Hingga akhirnya ia terpaksa menyentuh pundak gadis itu.
"Hei, sedang apa kau sendirian disini. " gadis itu menghentikan isakannya. Ia menghapus air matanya sebelum akhirnya melihat ke arah sumber suara."Mau apa kau? " tidak ada keramahan sama sekali. Terdengar sangat angkuh.
"Aku tidak memiliki maksud apapun, aku hanya sedang lewat dan tidak sengaja melihatmu. Aku pikir kau butuh bantuan." Kata pria itu sambil mengusap lehernya sendiri.
"Jadi apa kau mau membantuku?"tiba-tiba mata wanita itu terlihat lebih berbinar.
"Aku akan membantu apa yang bisa aku bantu."
"Benarkah?"
"Iii.. Iya. " terlihat sedikit keraguan dimata pria itu.
"Kalau begitu bawa aku kerumahmu. " singkat, padat, dan jelas. Tetapi mampu membuat pria tampan berlesung pipi indah itu terpaku.
"Apa aku tidak salah dengar? ""Tidak, aku bilang, Ba-wa a-ku ke-ru-mah-mu. " gadis itu memberikan penekanan disetiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Maaf aku tak bisa."
"Kenapa? Kau bilang tadi kau mau membantuku."
"Iya tapi bukan bantuan seperti itu. Jujur saja, permintaanmu itu terlalu berat bagiku."
"Cih, seharusnya aku sadar sejak awal kau hanya pria hidung belang yang hanya ingin menggodaku saja, sudah sana pulang. Tinggalkan aku sendiri. " pundak gadis itu berguncang, dia sepertinya kembali menangis.
"Bagaimana kalau aku membawamu ke hotel? "
Gadis itu menoleh, dan ada kilatan kemarahan dimatanya. Ia berdiri tepat dihadapan pria itu.
"Kau pikir aku gadis murahan hah? Hei, aku tau aku seperti gelandangan, aku tau aku tidak punya rumah, semua orang yang aku sayangi meninggalkanku, semua harta ayahku habis begitu saja. Semua yang aku miliki direnggut dariku. Bahkan bibiku sendiri mengusirku. Tapi aku bukan wanita seperti itu. Sekarang silahkan pergi. Jangan kasihani aku. Aku akan tetap hidup seperti ini, setidaknya selama tiga hari kedepan."Pria itu tertegun, dia sadar wanita didepannya ini sedang sangat depresi. Ia sudah melalui masalah yang sangat sulit. Tapi ia bersumpah, ia tidak memiliki maksud jahat apapun.
"Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya tidak mau kau semalaman berada disini. Dan seperti yang aku bilang, aku tidak bisa membawamu kerumahku. Jadi aku akan membawamu ke hotel dan meninggalkanmu disana."
"Hahahah, apa aku terlihat seperti wanita yang mampu membayar biaya hotel sekarang?"
"Tidak, aku yang akan membayarnya."
"Pergilah, jangan memaksakan dirimu. " wanita itu kembali duduk seperti semula. Ia memeluk lututnya. Ia hanya memakai t-shirt putih dan celana jeans panjang. Siapapun akan sadar dia mulai kedinginan. Ini memang musim panas, tetapi angin malam dikota seoul tetap saja dingin.
Pria itupun sadar akan hal itu. Ia melepaskan jas yang dipakai. Kemudian duduk disebelah gadis itu.
"Pakai ini, aku tau kau kedinginan. " Gadis itu hanya diam. Dia hanya memandang jalanan dengan tatapan yang kosong.
"Hei, apa kau mendengarkan ku?" Pria itu kembali berusaha untuk mendapatkan perhatiannya.
"Kau masih disini? Apakah kau se-iba itu padaku?" Ia mengambil jas yang tengah dipegang oleh pria itu, lalu memakainya asal. Hanya untuk sekedar menghangatkan tubuhnya.
"Apa kau mau bercerita? " tanya pria itu masih mempertahankan nada bicara yang ramah seperti awal kedatangannya.
"Aku bukan pendongeng. "
"Cerita tentang mu, bukan dongeng. "
"You are stranger dude, why would i tell you my story. " gadis itu merespon dengan ketus. Aksen amerikanya terdengar sangat kental ketika dia berbicara dengan bahasa inggris.
Myungsoo's POV
Wanita ini aneh sekali. Tadi jelas sekali dia mengungkapkan seluruh isi hatinya. Meminta ku untuk membawanya kerumah, dan sekarang dia baru sadar aku hanyalah orang asing.
"Mungkin jika kau berbagi padaku, kau akan merasa sedikit lega. "Aku masih berusaha untuk membantunya. Walau bagaimanapun aku tidak bisa membiarkan dia sendiri disini.
"Tidak, terimakasih. Kecuali kau mau membawaku pulang bersamamu. Malam ini saja. Besok aku akan mencari tempat tinggal baru."
Dia benar-benar tidak bisa kutebak. Dia marah besar ketika aku menawarkan diri untuk membawanya kehotel. Tapi sampai saat ini dia masih bersikeras untuk menyuruhku membawanya pulang kerumahku. Wanita model apa dia ini.
"Baiklah, hanya sehari. Besok pagi-pagi sekali kau harus pergi."
Aku menyerah. Ini sangat gila. Aku tidak menyangka sekarang aku meletakkan posisiku sendiri dalam bahaya hanya untuk menolong wanita asing yang kasar dan pemaksa.
"Apa kau serius? " dia terlihat sangat senang. Aku mulai meragukan keputusan ku. Bagaimana kalau ternyata dia adalah orang jahat yang berpura-pura untuk menjebak siapapun yang lewat dan bersimpati padanya.
"Aku rasa aku salah bi... " Ia memelukku. Gadis itu memelukku dengan sangat tiba-tiba. Aku hanya terdiam, apa-apaan ini. Aku ingin sekali melepaskan pelukannya sampai aku merasakan dadaku terasa hangat.
Dia menangis, gadis ini menangis (lagi) didadaku. Oh ayolah, apa yang harus aku lakukan. Ini sangat membuatku merasa tidak nyaman.
"Terimakasih, aku berhutang budi padamu. Aku akan membalas kebaikanmu. Ketika keluargaku sendiri tidak peduli padaku, kau datang dan menolongku." Ia berbicara dalam tangisannya, dan aku bisa merasakan pelukannya semakin kuat.
"Ah iya, baiklah. Tapi bisakah kau lepaskan pelukanmu? Ini sangat tidak nyaman. "
"Aku mohon, 5 menit saja. Semenjak ayahku meninggal, tidak ada seorangpun yang bisa aku peluk."
Oh tidak, jika saja aku mengikuti kata otak ku, ingin sekali rasanya aku lepaskan pelukannya dengan kasar. Tetapi, aku bukan pria seperti itu.
Ah sudahlah myungsoo, hanya sekali ini saja. Anggap saja dia temanmu, ya temanmu sendiri.
To be continue
♨♨♨♨♨♨♨♨♨♨♨♨
Huwee 😭 lanjut tidak?
Sebenarnya dari awal buat akun wattpad pingin langsung publish cerita ini. Tapi karena aku lagi fokus ke pentagon jadi publish ff pentagon dulu. Dan sekarang ngestuck, sampe kepikiran buat unpub. Semoga aja bakal dapat ide dalam waktu cepat. Hope you'll like it.
Jangan lupa vote dan comment. Aku niat banget buat story ini soalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Before the Dawn
RomanceDia tidak seperti yang aku harapkan. Tetapi, bukan berarti aku berhenti berharap padanya.