Jeslyn's POVAku membuka mataku, mencoba untuk terbiasa dengan cahaya matahari yang mulai terasa menusuk.
Mataku mengerjap, merasa asing dengan apa yang aku lihat.
Sekarang aku sedang berbaring disebuah sofa, dan tubuhku terbalut dengan selimut yang cukup tebal dan memiliki aroma bunga dari pewangi pakaian.
Aku duduk, melihat ke sekelilingku. Sekarang aku sadar, aku sedang berada diruang keluarga. Tepat didepan sofa tempatku duduk ada sebuah televisi yang cukup besar.
Aku menepuk jidatku. Aku baru ingat bahwa semalam pria itu akhirnya setuju untuk membawaku kerumahnya. Berarti sekarang aku sedang berada dirumahnya.
Aku berdiri, mencari keberadaan pria itu. Aku memasuki setiap ruangan dirumah ini, ah bukan rumah. Ini lebih seperti apartment kecil.
Samar-samar suaraku mendengar suara pisau yang bertemu dengan tempat untuk memotong sayur. Aku pergi mengikuti suara itu. Dan aku tiba diruangan yang aku yakini adalah dapur.
Aku melihat pria itu disana. Sedang sibuk dengan kegiatan dapurnya. Sepertinya dia akan memasak sesuatu.
"Ehem"
Aku sengaja melakukannya agar ia sadar bahwa aku sudah bangun.
"Kau sudah bangun? " dia melihat ke arahku sebentar dan kembali sibuk dengan urusan memasaknya.
"Iya, terimakasih, aku bisa tidur dengan cukup nyenyak semalam."
Walaupun sebenarnya aku heran. Jika pria-pria di drama akan mengalah dan membiarkan seorang wanita untuk tidur dikamarnya, sedangkan mereka akan memilih tidur diluar. Tapi kenapa pria ini tega sekali membiarkan aku tidur disofa?"Santai saja. Aku sedang memasak sarapan untuk kita berdua. Setidaknya sebelum pergi kau harus makan dulu. "
DEG!
Ternyata dia benar-benar akan menagih janjiku semalam. Padahal semalam aku hanya berbohong agar dia iba dan mau membawaku pulang bersamanya. Bagaimana ini? Aku tidak punya siapapun lagi didunia ini, apalagi tempat tinggal. Ada, ada seseorang yang mungkin mau membantuku. Tapi aku bahkan tak tau dia sekarang dimana dan bagaimana cara menghubunginya.Apa aku benar-benar harus berkeliaran dijalan lagi?
"Tadaa, sarapan sudah siap. Silahkan makan, aku tidak terlalu pintar masak. Tapi aku harap kau suka. Duduklah. "
Aku duduk dikursi meja makan kayu yang sederhana namun terlihat antik. Dia menyodorkan semangkuk penuh sup jamur dan nasi. Kemudian ia duduk dikursi diseberangku.
"Terimakasih." Rasanya aku tak selera makan karena sebentar lagi aku harus berada dijalanan lagi tanpa tujuan. Aku bahkan tak punya baju lain, selain yang menempel ditubuhku sekarang.
"Makanlah, kalau sudah dingin tak enak. Oh, iya kalau kau ingin mandi sebelum pergi. Aku sudah menyiapkan sweater dan celana panjang milik mendiang kakakku dulu. " dia tersenyum ramah, kemudian menyeruput kuah supnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Before the Dawn
عاطفيةDia tidak seperti yang aku harapkan. Tetapi, bukan berarti aku berhenti berharap padanya.