#DAM 2

366 29 34
                                    

Teman-teman jangan lupa tinggalkan komen yah🙏

Selamat membaca...

Disya dan ketiga sahabatnya memilih untuk ke kantin setelah menonton pertandingan basket tadi. Mereka kini menyantap semangkuk bakso yang telah mereka pesan, kecuali Disya yang hanya sibuk memainkan sendok dan garpu di atas mangkuknya. Hari ini moodnya benar-benar hancur. Tak menyangka jika Gio bisa memenangkan pertandingan tersebut. Ia takut dengan keputusan konyol yang telah ia sepakati dengan Gio.

"Dis, gimana kesepakatan lo sama Gio?" tanya Zira, ia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh sahabatnya itu.

" I don't know!" Disya mengangkat kedua bahunya acuh, padahal ia sedang berpikir keras.

"Mungkin Gio lupa kali. Soalnya pas di lapangan tadi dia nggak bilang apa-apa dan pas pertandingan selesai dia langsung cabut gitu." timpal Fanya.

"Gue ga yakin soal itu deh Fan. Lo tau kan si Gio itu orangnya gimana? Nggak mungkin banget kan dia lupa soal ucapan Disya. Feeling gue ada sesuatu yang di rencanain sama dia." ucap Sinta yang memang ada benarnya.

"Sumpah gue jadi ngeri. Dan penasaran apa sebenarnya yang bakal dia rencanain buat Disya. Semoga saja itu bukan di luar batas."

Fanya bergidik ngeri. Ia tahu bahwa Gio bukanlah orang sembarangan yang akan meminta sesuatu, apalagi Disya sendirilah yang telah memberikannya peluang dan tentu saja Gio tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Disya mencerna perkataan dari sahabatnya. Ia sangat menyesal dengan perjanjian yang sudah ia lontarkan pada Gio. "Doain aja deh semoga si Gio lupa ingatan." kata Disya.

Sontak ketiga sahabatnya mengaminkan doanya.

"Ya sudah, gue cabut duluan yah. Mau nyamperin Tristan." Pamit Disya ia segera beranjak dari tempat duduknya. Lagipula, sejak kejadian di lapangan tadi ia langsung cabut begitu saja tanpa mempedulikan panggilan Tristan.

"Oke, sampai ketemu di kelas!"

Disya berjalan menyusuri koridor sekolah seorang diri, puluhan pasang mata tengah memerhatikan dirinya. Siswa laki-laki saling bersiul memanggilnya dan sebagian siswi perempuan memandangnya tidak suka.

Sudah menjadi kebiasaan bagi diri Disya diperlakukan seperti itu. Disya dikenal dengan sikap sombong dan judesnya. Dan ia tidak peduli dengan masalah bodoh seperti ini.

Saat Disya sudah sampai di depan kelas Tristan, suara notification di hp nya berbunyi. Ada sebuah pesan masuk dari kontak bernama Musuh, tentu saja itu adalah Gio.

"Temui gue di rooftop, SEKARANG JUGA!"

Pesan yang berisi perintah tersebut. Membuat dirinya begitu kesal hingga ia meremas ponselnya. "Kurang ajar!" decihnya.

Kini ia hanya bisa mengurung niat untuk bertemu dengan Tristan. Dengan langkah yang malas ia menuju ke atas atap sekolah untuk bertemu dengan Gio.

Di bagian ujung rooftop terdapat tumpukan sofa yang tak lagi terpakai. Tapi Gio dan sahabat-sahabatnya sudah menjadikannya sebagai basecamp, cocok sekali menjadi tempat tongkrongan bagi murid laki-laki yang bandel seperti mereka.

Di mana mereka bisa bersantai, merokok dan seperti yang terjadi sekarang. Gio tengah berbaring di atas sofa tersebut, sambil memainkan sebuah game pada ponselnya untuk menemani waktu kekosongannya.

Tidak ada Reza ataupun Deni yang senantiasa berada di sisinya. Sahabatnya itu sekarang tengah berada di kantin karena Gio sendirilah yang menyuruhnya. Dengan kata lain, Reza menghampiri Sinta dan Deni sudah pasti sibuk menggombal cewek.

Dia Adalah MusuhKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang