#Dam 13

30 2 0
                                    

"Tristan,  lo baik-baik aja lihat mereka?" tanya seorang gadis yang langsung duduk di samping laki-laki itu yang juga bergelayut manja di lengannya.

Tristan menghela nafas panjang, risih dengan kehadiran Anggel. Tristan lalu melepaskan rengkuhan tersebut secara paksa. Dan tidak menjawab sama sekali pertanyaan dari Anggel.

Seakan tidak tahu malu, Anggel kembali bergelayut di lengan Tristan. Dan kali ini Tristan harus terpaksa membiarkannya.

"Lo gak sakit hati ngelihat mereka?" tanya Anggel lagi, pandangannya tertuju pada meja yang berada di pojok kanan kantin. Cukup jauh dari tempat yang mereka tempati.

Saat ini suasana kantin sekolah seperti biasa ramai, khas istirahat. Di pojok kanan kantin tampak sepasang sejoli sedang duduk berhadapan manis. Sedang, sang pria tengah menangkupkan kedua tangannya di dagu sambil terus menatap gadisnya yang menyuapinya makanan.

"Mereka cocok yah, Tan?" lagi gadis itu kembali mengoceh.

Tristan hanya diam. Mencoba mengalihkan pandangannya ke lain sisi. Rahangnya mengeras sekuat tenaga menahan amarah agar tidak meledak, bersamaan dengan pedih yang seakan terus mengikis di dalam hatinya.

Angel tersenyum licik, melihat perubahan yang terjadi pada diri Tristan, laki-laki itu pandai mengendalikan emosi dan perasaannya.

"Tan, minum dulu yah!" Angel menawarkan. Iba melihat laki-laki yang ia cintai tersakiti.

Tristan menatap nanar dua gelas minuman orange yang berada di hadapannya, minuman favoritnya dan juga Disya. Tristan memesan dua gelas minuman orange tadi karena rencana ia ingin mengajak kekasihnya itu bertemu di sini. Tapi, baru saja ia ingin mengabarinya Tristan sudah lebih dulu melihat, Gio dan Disya di pojok kantin.

"Buat lo aja!"

"Bukan buat lo sama Disya?" Angel kembali mengompori sehingga secara tidak sadar membuat emosi Tristan lagi-lagi tersulut.

Tristan menghela nafas panjang, kemudian melepaskan kembali rengkuhan wanita itu di tangannya secara paksa. Ia tidak ingin berlama-lama di sini bersama Angel yang dengan sengaja meracuni pikirannya.

Hendak bangkit dari duduknya Tristan kembali di cekal oleh Angel. Sehingga laki-laki itu lagi-lagi harus menghela nafas kasar dan menghempaskan tangan Anggel dengan kasar.

"Mau lo apa?" ucap Tristan tenang.

"Gue mau lo dan Disya stop. Biarin Disya sama Gio dan lo sama gue, Tan. Itu yang gue mau!" ucap Angel dengan mantap, menatap intens bola mata Tristan dengan cinta dan penuh harapan.

Tristan membalas tatapan Anggel, rahangnya mengeras menahan amarah.

"Gue cinta sama lo, Tristan. Gue benar-benar cinta sama lo," ucap Anggel memohon.

Tristan tersenyum kecut kemudian menepuk bahu Anggel, "Terimakasih udah mencintai gue," ucap Tristan, lalu pergi meninggalkan Anggel yang kini hanya terdiam. Anggel hanya bisa meratapi punggung Tristan yang semakin menghilang dari pandangannya.

"Gue nyesel, Tristan!" ujar Anggel pada dirinya.

"Tristan!!!"

Langkah kaki Tristan yang lebar berhenti, bersamaan dengan suara pekikan orang yang memanggil namanya. Suara ketukan sepatu seseorang tengah berlari menghampirinya, detik berikutnya orang tersebut sudah berada di samping Tristan dan langsung menggenggam tangannya.

Dia Adalah MusuhKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang