Part 6

6.7K 710 14
                                    

MAAF MALEM BANGET UPDATENYA! Selamat membaca ☺️

Tapi sebelum itu.. anu saya mau tanya itu.. anu kok votenya turun ya 😂 commentnya juga..
bukan ngemis vomment tapi memang cuma itu yang bikin sayah semangat nulis, berasa di tunggu pujaan hati jadi pinginnya nge gass terusss.. gitu.. yaudah gitu aja sih 😂

***

"Mencoba melupakan tapi malah teringat kembali."

Tangan rapuh itu mengerat mencoba untuk bertahan dengan segala cacian yang dia dapatkan. Teriakan amarah itu membuatnya menutup kedua telinganya rapat. Suara teriakan marah wanita itu semakin jelas didengarnya dengan diiringi langkah kaki yang mendekat. Dewa semakin mengeratkan tubuhnya agar terpojok di dalam lemari. Dia tidak mau bertemu wanita itu, wanita yang dia anggap sebagai ibu malah tidak sama sekali mencerminkan sosok itu.

"Dewa! Dimana kamu?!" Suara pintu terbuka dengan teriakan itu membuat Dewa kecil menggigit bibirnya keras sampai berdarah. Air matanya menetes, bukan karena sakit pada bibirnya melainkan sakit pada hatinya.

Brakk!

Pintu lemari tiba-tiba terbuka dan muncul wanita paruh baya yang menatapnya dengan tajam. Dewa sangat tahu akan penyebab kemarahan wanita itu. Rapot sekolah yang ada di tangan ibu nya sudah menjelaskan semuanya.

Dalam sekali tarikan, Dewa terjatuh keluar dari lemari. Tangan mungil itu melindungi kepalanya yang dihantam keras oleh rapot sekolahnya.

"Dasar bodoh! Kenapa dapet peringkat dua!" teriak wanita itu murka.

"Maaf Ma," ucap Dewa dengan terbata-bata.

"Sekali bodoh tetap bodoh! Berhenti untuk membuat malu keluarga kita!"

Dewa mendongak dan menatap ibunya dengan berani. Sudah cukup ibunya merendahkannya seperti itu, "Ma, ini pertama kalinya aku dapet peringkat dua! Selama 4 kali berturut-turut aku selalu jadi juara kelas. Apa Mama belum puas!"

"Nggak kalau kamu dapet prringkat dua kayak ini, dasar bodoh!" teriak wanita itu lagi.

"Rani!" Suara bentakan seorang pria membuat Dewa dengan cepat berlari menghampiri pria itu dan bersembunyi di belakangnya.

"Apa-apaan kamu ini!"

"Dewa bodoh sekali Mas! Dia dapet peringkat dua!"

"Aku nggak bodoh Ma!" teriak Dewa masih berada di belakang Ayahnya.

"Kamu! Dasar nggak tau malu!" Rani berjalan kearah Dewa dan menariknya. Dengan keras wanita itu menarik telinga Dewa hingga Dewa menjerit kesakitan.

"Lepaskan anakku!" Andra menarik tangan Dewa dan memeluknya, mencoba untuk melindungi anak sulungnya itu.

"Demi Tuhan Rani! Dia masih masuk 3 besar, nggak perlu dilebih-lebihkan kayak gini."

"Nggak bisa gitu Mas! Kalo bukan Dewa yang meneruskan perusahaan kita siapa lagi?!"

"Dewa masih 11 tahun Rani!" Andra terlihat mendesah kesal melihat sikap keras istrinya itu.

"Aku nggak peduli mas, urus anakmu itu. Kalau Dewa nggak dapet peringkat 1 untuk tahun depan, aku akan pindahkan dia ke Jerman!" Rani segera pergi meninggalkan suami dan anaknya itu.

Andra menunduk dan mensejajarkan tingginya dengan Dewa. Tangan besar itu mengelap air mata Dewa dan mencium keningnya sayang.

"Maafkan Papa ya Nak.."

SADEWA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang