Part 7

6.9K 705 25
                                    

"Aku sayang kamu tapi kamunya kaya taik."

Qilla terduduk di teras rumahnya dengan wajah yang mengantuk. Langit masih gelap karena jam masih menunjukan pukul 4 pagi. Hari ini seperti rencana yang telah ditentukan, keluarga Qilla akan melakukan liburan kecil untuk mengisi akhir pekan. Bahkan Dewa juga ikut camping di tengah hutan karena ajakan ayahnya. Sebenarnya Qilla kurang setuju dengan pilihan liburan ala ayahnya ini, tapi apalah daya, ayahnya yang mengeluarkan biaya jadi mau tidak mau Qilla pun menurut.

"Ini." Qilla membuka sedikit matanya dan melihat Dewa yang sedang memberinya segelas susu hangat. Sepertinya pria itu baru saja membuat susu di rumahnya.

"Males ah, ngantuk Om."

"Minum Qill, nggak sempet sarapan 'kan? Di mobil buat tidur aja nanti."

Mau tidak mau akhirnya Qilla menerima gelas itu dan mulai meminumnya. Dewa ikut duduk di samping Qilla sambil melihat ayah Qilla yang sedang sibuk menyiapkan mobil.

"Syasa kapan dateng Qill? Udah mau terang ini," tanya Ibu Qilla sambil membawa tas yang penuh dengan makanan ringan. Tentu saja untuk camilan para anak muda selama 2 hari mendatang.

"Bentar lagi, udah otw katanya."

Qilla memberikan gelas susu yang masih tinggal setengah tadi kepada Dewa, "Nggak habis Om, nanti aku kencing terus di jalan."

"Habisin Qill tinggal sedikit itu." Lagi-lagi Qilla hanya menggeleng dan kembali menyodorkan gelas itu pada Dewa.

Dewa menerima gelas itu dan meminum setangah susu itu hingga habis. Setelah itu dia bangkit dan kembali masuk ke dalam rumah Qilla.

"Assalamualaikum sahabat!" Sebuah teriakan melengking itu membuat Qilla mendengus geli. Dari pagar rumah Syasa masuk sambil membawa koper ungu yang berukuran besar.

"Mau minggat lo?"

"Isinya cuma makanan kok, santai." Syasa terkikik dan menghampiri ayah Qilla yang masih berkutat dengan mobilnya.

"Lapor ndan! Syasa si unyu sudah datang dan kita sudah bisa berangkat sekarang. Laporan selesai."

"Bawa apa aja kamu Sya? Cuma 3 hari 2 malem lo, kita juga tidur di tenda bukan di villa."

"Isinya energi tambahan untuk para jomblo Om."

"Koplak!" teriak Qilla sambil tertawa dan berjalan menghampiri Syasa.

"Sudah siap semua 'kan? Ayo berangkat sekarang!" Suara kanjeng ratu bagaikan sebuah perintah, karena setelah mengatakan itu semua orang sudah bersiap untuk masuk ke dalam mobil.

***

"Sekarang Qilla sama Syasa cari kayu, Ibuk siapin makanan, dan kamu Dewa bantu om bikin tenda."

"Siap ndan!" teriak mereka semua kompak, bagaikan titah dari sang raja mereka semua langsung melakukan perkerjaan mereka.

"Qill ini hutan kok sepi banget ya?" tanya Syasa sembari menggosok tangannya yang terasa dingin.

"Biasanya rame kok, besok kali rame 'kan ini weekend."

"Kalo sepi gini gue jadi mikir aneh-aneh deh."

Qilla menghentikan langkah kakinya dan memandang Syasa kesal, "Jangan ngomong aneh-aneh deh Sya, kita sama-sama penakut disini."

"Bukan gitu goblok!" sahut Syasa sambil memukul kepala Qilla pelan.

Qilla hanya memutar matanya dan membungkuk untuk mengambil ranting kayu yang ada di depan kakinya. Dia berjalan meninggalkan Syasa yang terdiam sambil melihat pohon-pohon besar yang ada di sekitarnya.

SADEWA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang