part two

3.4K 29 0
                                    

"Sehun sebenarnya apa yang membawamu kemari? Apa ada masalah dengan belajarmu?" Tanya Luhan tiba-tiba yang sekarang tengah berdiri di belakang sofa yang di duduki Sehun.
"Ne. Ada yang ingin kupelajari dari noona..." jawab Sehun seadanya. Kini Luhan yang sudah kembali dengan sebuah kemeja besar transparannya duduk di samping Sehun.
"Hmm? Memang apa yang ingin kau pelajari dariku?" Tanya Luhan sambil menatap Sehun yang sedikit gugup.
"Semuanya."
"Semua? Hmm baiklah. Pertama apa yang mau kau pelajari dariku?" Tanya Luhan sambil mendekatkan dirinya dengan Sehun.
"Haaa hmm itu... Hmm aku ingin belajar menjadi dewasa. Ya, menjadi dewasa." Balas Sehun susah payah sambil menjauhkan dirinya dari Luhan.
"Dewasa? Apa kau tahu arti 'dewasa' itu sesungguhnya?" Tanya Luhan kembali sambil terus mendekatkan dirinya pada Sehun.
"Hmm ya tentu saja. A-aku tahu..." kini jarak Sehun dan Luhan hanya beberapa centi saja. Bahkan lengan mereka pun hampir bersentuhan.
"Baiklah akan aku ajarkan bagaimana menjadi dewasa itu sesungguhnya." Luhan kembali mendekatkan dirinya pada Sehun yang sudah terpojok.
"Menurutmu, apa itu dewasa?" Tanya Luhan tepat di depan wajah Sehun.
"Hmm itu... Itu... Hmm..." Sehun bingung. Ia sungguh tidak tahu harus menjawab apa.
"Haa... Sepertinya sedikit sulit." Luhan menjauhkan wajahnya dari Sehun. Sehun bisa bernafas lega.
"Kau tahu apa ini?" Luhan menggoyangkan sebuah lipstick tepat di depan wajah Sehun.
"Itu... Lipstick kan?" Sehun balik bertanya. Sementara Luhan mengoleskan lipstick berwarna cokelat itu pada bibirnya.
"Lipstick? Benarkah?-"
"-tapi sayang... Ini bukan lipstick. Ini.. Cokelat." Luhan menjilat bibirnya menggoda Sehun.
"Apa kau mau?" Tawar Luhan.
"A-ani..." Suara Sehun terasa tercekat ditenggorokannya.
"Wae? Cokelat itu manis." Luhan kembali mengoleskan bibirnya dengan cokelat berbentuk lipstick itu.
"Apa orang dewasa su-suka cokelat?" Tanya Sehun bodoh. Luhan hanya tertawa.
"Memang kau pikir hanya anak kecil yang suka? Aku bilang orang dewasa malah lebih menyukainya."
"Mau?" Tawar Luhan lagi. Sehun berpikir sejenak lalu tak lama ia mengangguk mengiyakan.
"Ini makanlah..." Luhan menunjuk bibirnya. Sehun hanya terbengong tidak mengerti dengan maksud Luhan.
"A-apa ma-maksud noona?" Tanya Sehun gelagapan. Sungguh jantungnya berdetak tak karuan.
"Kau mau kan? Yasuda makan saja ini..." Luhan kembali menunjuk bibirnya. Ia juga kembali mendekatkan dirinya pada Sehun.
"Wae? Kenapa tubuhmu gemetar seperti itu?" Tanya Luhan pada Sehun yang gemetaran.
"Apa kau belum pernah melakukan ini sebelumnya?" Tanya Luhan lagi. Dan diangguki oleh Sehun.
"Benarkah? Jadi aku memang harus mengajarimu dari awal ya..."
Luhan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Sehun. Kini bibir Luhan sudah menyentuh bibir Sehun. Namun tak ada pergerakan apapun. Hanya saling menempel. Dan itu membuat Luhan gerah.
"Kenapa tidak kau makan cokelatnya? Tadi kau bilang kau mau cokelat ini." Ujar Luhan pada Sehun.
"Lalu aku harus bagaimana? A-aku tidak tahu..."
"Lakukan seperti biasa saat kau memakan cokelat." Ujar Luhan dan detik berikutnya Sehun pun mengangguk mengerti.
Sehun menelan salivanya dengan berat. Perlahan ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Luhan mempertemukan bibir mereka kembali.
CUP
Kini bibir Sehun sudah benar-benar menempel di bibir Luhan yang penuh cokelat. Luhan menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Perlahan Sehun menjilat dan melumat bibir Luhan yang penuh cokelat. Luhan hanya diam membiarkan Sehun melakukannya sendiri. Ia ingin tahu seberapa jauh Sehun melakukannya.
"Ahh... Bagaimana? Maniskan?" Tanya Luhan setelah Sehun melepaskan tautan bibir mereka.
"N-ne. Ta-tapi..." seketika wajah Sehun memerah. Luhan hanya terkekeh melihat ekspresi Sehun seperti itu.
"Lakukanlah. Aku serahkan semua padamu. Lakukan apa yang mau kau lakukan." Ujar Luhan pasrah. Ia duduk berhadapan dengan Sehun.
Sehun kembali mendekatkan dirinya pada Luhan. Sebelah tangannya memegang cokelat berbentuk lipstick itu sementara tangan lainnya memegangi dagu Luhan. Sehun mengoleskan cokelat itu setebal-tebalnya di seluruh bibir plum Luhan. Wajah Sehun merah padam. Sebenarnya ini hanyalah cara Sehun menutupi kegugupannya agar bisa terus-menerus menikmati bibir seksi Luhan. Luhan yang mengetahui jalan pikiran Sehun hanya tersenyum dengan perbuatan Sehun. Setelah di rasa cukup, Sehun kembali menerjang bibir plum Luhan yang penuh dengan cokelat. Sehun melumat bibir Luhan dengan ganas seperti layaknya seorang anak kecil yang rakus memakan cokelat miliknya. Berkali-kali Sehun mengajak lidah Luhan untuk bertarung dan kali ini Luhan menerimanya. Luhan mendorong tubuh Sehun hingga terbaring disofa. Kini Luhan berada tepat diatas Sehun dengan bibir yang masih saling bertautan dan bertarung lidah. Decak-decak saliva memenuhi ruangan yang sunyi itu.
Lagi dan lagi. Terus dan terus Sehun melakukannya berulang-ulang. Mengoleskan cokelat itu pada bibir Luhan hingga tak ada lagi yang tersisa kini. Sehun seperti sudah kecanduan melakukannya. Dan lihatlah karena perbuatan Sehun, kini bibir Luhan sudah memerah dan sedikit membengkak.
"Haaa haaa haaa..." Sehun dan Luhan sama-sama menarik nafas mereka dalam-dalam.
"Ternyata kau cepat juga untuk mengerti." Komentar Luhan sambil memainkan jari-jari tangannya di dada bidang Sehun. Posisi mereka masih sama. Luhan masih berada di atas Sehun. Sehun merasa merinding saat jari-jari Luhan menari-nari di dadanya.
"Kau tahu? Menjadi dewasa itu tak sesulit yang kau bayangkan. Lama kelamaan kau juga akan tahu 'kesenangan' yang kau dapatkan saat kau merasa dirimu sudah 'dewasa'." Ujar Luhan tanpa merubah posisinya sedikitpun.
Tanpa di duga dengan cepat Sehun membalikkan posisi mereka. Kini Luhan yang terbaring dibawah sementara Sehun berada di atasnya. Luhan sempat kaget dengan aksi tiba-tiba Sehun namun kini ia hanya tersenyum pada Sehun.
"Sepertinya kau sudah tak membutuhkan itu lagi ya..."
Sehun kembali meraup bibir Luhan. Tangan Luhan yang bebas menekan tengkuk belakang Sehun untuk lebih memperdalam ciuman mereka. Semakin lama ciuman mereka semakin memanas. Lidah Sehun berkali-kali membelit lidah Luhan dan terus mengajaknya bertarung seolah ia sudah seperti seorang ahli. Luhan yang tak mau kalah terus membalasnya. Lelehan saliva kini tercetak di pipi bahkan turun hingga ke leher putih Luhan.
"Ahh..." desah Luhan saat lidah Sehun kini sudah beralih menjilati pipi dan lehernya yang sudah penuh dengan saliva. Mata Luhan merem melek menikmatinya.
Setelah selesai menghapus jejak saliva itu, Sehun membenamkan kepalanya di dada Luhan lebih tepatnya di tengah di antara kedua breast Luhan. Dada Luhan naik turun untuk mengambil nafas sebanyak-banyaknya karena beberapa saat yang lalu ia sempat menahan nafasnya.
"Ahh jangan lakukan ahh itu..." ujar Luhan tertahan saat Sehun menggoyang-goyangkan kepalanya di tengah-tengah breast besar Luhan.
"Ahh jangan menggodaku..." ujar Luhan lagi. Kini kedua tangan Sehun sudah mulai masuk di antara kemeja yang Luhan kenakan dan mulai menggerayangi pinggang dan perut Luhan perlahan. Dan aksi Sehun itu sedikit membuat Luhan bergerak tak nyaman.
-Sehun ternyata tak sepolos yang aku kira. Lihat apa yang sudah sedaritadi ia lakukan. Ckck- batin Luhan.
"Ohh" desah Sehun saat kaki Luhan tak sengaja menyentuh junior Sehun yang sudah mulai menegang di dalam celananya.
"Ahhh Sehuniehh..." desah Luhan saat tangan Sehun mulai mengusap pelan breastnya dari balik bra yang digunakan Luhan. Dan desahan Luhan itu membuat Sehun semakin gencar menjalankan aksinya pada breast Luhan yang masih tertutup bra.
"Ahh jangan shh menggodaku..." Desah Luhan lagi saat tangan Sehun mulai meremas-remas breast Luhan.
Mata Luhan terpejam dan masih terus mendesah nikmat. Kedua tangannya kini melingkar indah pada tengkuk Sehun sambil sesekali menjambak rambut Sehun. Sebelah tangan Sehun mulai menggerayangi bagian punggung Luhan sambil mencari-cari sesuatu disana. Tubuh Luhan menggeliat tak menentu.
KLEK
Sehun berhasil melepaskan kait bra di punggung Luhan membuat Sehun semakin asik meremas dan memainkan nimple Luhan bergantian.
Merasa ditantang, Luhan kini juga jadi ikut menggerak-gerakkan kakinya untuk menyentuh junior Sehun yang sudah menegang mencoba mengerjainya. Lenguhan-lenguhan kecil Sehun terdengar disela-sela kegiatannya meremas dan memelintir nimple Luhan. Semakin lama Luhan melakukannya tubuh Sehun semakin lemas. Tangannya kini sudah terlepas dari breast Luhan. Luhan tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Hanya dalam beberapa detik, Luhan sudah bisa mendorong tubuh Sehun hingga terbaring di sofa. Luhan mendudukan dirinya di atas perut Sehun.
"Kau sudah mulai nakal ya Tuan Oh Sehun..." Bisik Luhan di telinga Sehun. Jari-jari Luhan kini mulai bermain-main dari dahi-mata-pipi-hidung-bibir-dagu hingga ke dada Sehun.
Tangan Sehun yang bebas kini mulai kembali naik ke atas mencoba membuka kancing-kancing kemeja Luhan yang belum terlepas namun Luhan menahan kedua tangan itu agar tak melepas kemeja yang di kenakannya.
"Kau bisa dengan cepat ya belajar ini semua, Tuan Oh Sehun..." Luhan mengulum cuping telinga kanan Sehun.
"Shhh" satu desahan kembali lolos dari bibir Sehun membuat Luhan menyunggingkan senyumnya.
"Ahh lihat... Apa adik kecil ini sudah kesempitan disini?" Goda Luhan sambil menatap bagian selangkangan Sehun dan mendapati sesuatu yang menonjol disana. Wajah Sehun memerah menahan malu.
Dengan jahil jari-jari Luhan yang tadinya bermain di dada Sehun kini beralih ke junior Sehun yang kini sudah benar-benar terlihat jelas menonjol di celana boxer yang di kenakannya.
"Ohh lihat dia lucu sekali..." Luhan berkata dengan polosnya sambil mengusap-usap junior Sehun yang masih terbungkus dengan jari-jari kecilnya. Sehun hanya bisa mengigit bibirnya dan memejamkan matanya menikmati aksi yang dilakukan Luhan kini. Kedua tangannya yang bebas itu kini mencengkram sofa keras-keras menikmati sensi yang di dapatnya.
"Adik kecil... Kau benar-benar sempit disini yah? Aduh kasian..." Luhan mengecup sekilas junior Sehun membuat cengkaraman Sehun semakin keras di sofa.
-Shit! Ahhh aku sungguh tak tahan!- batin Sehun.
"Sehunnie kau kenapa? Kau seperti menahan sesuatu..." ujar Luhan sambil terkekeh kecil. Ia sungguh berhasil mengerjai Sehun hingga seperti ini. Tak ada jawaban dari Sehun.
"Waeyo, hmm? Kenapa kau tak menjawab pertanyaanku?" Kini jari-jari Luhan mulai naik dan masuk ke dalam kaos yang digunakan Sehun. Bermain-main di sekitar perut berabs Sehun. Sehun kembali mengigit bibirnya. Matanya tetap terpejam. Tangan Luhan mulai masuk ke dalam boxer Sehun.
"Sehunnie~" bisik Luhan tepat di telinga Sehun membuat Sehun membuka matanya dan menatap Luhan yang tersenyum lembut padanya.
"Apa kau menyukai pelajaran kita malam ini?" Ujar Luhan lagi. Tangannya semakin masuk ke dalam boxer Sehun dan mendapati 'sesuatu' disana.
-Tentu saja noona! Aku ini namja! Mana mungkin aku tak menyukai ini semua!- batin Sehun.
"Apa kau sudah merasa kau sudah jadi 'dewasa'?" Tanya Luhan pada Sehun yang memejamkan matanya menikmati sensasi yang didapatkan dari Luhan saat jari-jari Luhan memanjakan 'adik kecil' nya.
"Ohh noona ahhh..." desah Sehun kembali terdengar. Luhan terkekeh di tengah aksinya menggoda 'adik kecil' yang menurutnya sangat menggemaskan itu.
"Noona ahhh shhh noo ahhh" racau Sehun saat Luhan mulai meremas-remas juniornya.
"Hahaha kau lucu sekali Sehun-ah. Lihat wajahmu itu hahaha..." ujar Luhan dan menghentikan aksinya.
Ting Tong Ting Tong
Tiba-tiba bel rumah Luhan berbunyi sedikit mengagetkan sang pemilik rumah. Merasa ada tamu yang datang, Luhan pun bangkit dari posisinya dan berjalan ke arah pintu meninggalkan Sehun yang masih terbaring di atas sofa.
CKLEK
"Maaf apakah ini benar rumah Nyonya Xi Luhan?" Ujar seorang namja berseragam sambil membawa beberapa kantung plastik di tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang selembar kertas.
"Ne. Benar, dengan saya sendiri." Jawab Luhan.
"Ini pesanan anda, Nyonya." Namja itu memberikan kantung-kantung plastik itu pada Luhan.
"Oh terima kasih. Ah ini uangnya. Ambil saja kembaliannya." Luhan memberikan selembar 20.000 won kepada namja itu.
"Terima kasih. Baiklah saya permisi dulu, Nyonya." Pamit namja itu. Luhan pun kembali masuk ke dalam rumahnya.
"Sehun, apa kau lapar? Ini ada makanan. Tadi aku memesannya." Luhan mengeluarkan satu persatu makanan yang ia pesan dan meletakkannya di meja di ruang tengah.
"Kau mau burger atau hotdog?" Tanya Luhan pada Sehun yang kini sudah duduk bersandar pada sofa.
"A- hmm burger saja." Balas Sehun. Luhan pun memberikan satu bungkus burger pada Sehun sementara ia mengambil satu bungkus hotdog dan duduk di samping Sehun.
"Makanlah. Aku sengaja memesannya karena aku tahu kau pasti lapar." Ujar Luhan yang kini sudah menyantap hotdognya. Sehun masih terus memperhatikan Luhan menyantap hotdognya dan menegak salivanya berulang-ulang.
-Ohh andai saja hotdog itu adalah 'adik kecil' ku. Aku yakin pasti rasanya akhhh hei Oh Sehun sadarlah dari pikiran-pikiran kotormu!- batin Sehun.
Luhan mengerutkan alis saat melihat Sehun yang terus memperhatikannya. Dan ia tersenyum saat tahu apa yang diperhatikan oleh Sehun. Luhan mulai memutar rencana dalam otaknya untuk mengerjai Sehun kembali.
Luhan mencengkaram hotdog di tangannya sedikit kuat. Ia menggigitinya perlahan dan menjilat-jilatinya. Luhan perlahan-lahan memasukkan hotdog itu ke dalam mulutnya dan sedikit mengemutnya. Ia melirik ke arah Sehun dan benar saja Sehun berkali-kalinya menelan salivanya dengan susah payah. Peluh mulai semakin membasahi wajah Sehun. Luhan terkekeh dalam hati. Lagi-lagi ia berhasil mengerjai Sehun.
"Sehun? Oh Sehun? Wae? Kenapa melamun saja? Makan burgermu." Ujar Luhan sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Sehun membuat Sehun tersadar dari lamunannya.
"Ah aniyo... Aku tidak lapar. Mian noona aku harus pulang. Selamat malam..." pamit Sehun begitu saja dan Luhan hanya bisa mengedikan bahunya.
Brakk
Sehun menutup pintu kamarnya sedikit kasar. Ia menghela nafasnya keras-keras. Pikirannya benar-benar kacau sekarang. Jantungnya juga berdetak tak menentu. Ia tatap kedua tangannya dan perasaan itu masih ada. Sehun berangsut menyandarkan kepalanya pada pintu dan memejamkan matanya berharap hal gila yang dilakukannya adalah mimpi yang sama gilanya yang belakangan ini sering menemani tiap malam Sehun.
-Semoga esok hari datang lebih cepat dan lebih baik.- batin Sehun.
# LEEHUNHAN947#
Pagi menjelang. Seorang pemuda sedikit merasa terganggu tidurnya saat suara telepon yang memekakan telinga berdering terus-menerus. Pemuda itu menggeliat tak nyaman. Tidur lelapnya jadi terganggu.
"Eomma cepat angkat teleponnya! Aishh!" Gerutu pemuda yang diketahui adalah Sehun masih setengah sadar. Matanya pun masih terpejam.
Kringgg Kringgg Kringgg
Telepon itu terus saja berbunyi. Seperti tak ada yang niat mengangkatnya. Sehun merasa sangat frustasi. Tidurnya benar-benar sudah terganggu. Akhirnya Sehun pun bangun dan teringat jika memang tak ada siapapun di rumah selain dirinya sendiri. Mau tak mau ia pun mengangkat telepon yang ada di kamarnya yang bisa di sambungkan dengan telepon rumahnya di lantai bawah.
"Yeobosaeyo?" Sehun menjawab telepon itu. Matanya masih setengah memejam dan beberapa kali ia pun menguap.
-OH SEHUN! IREONA! KAU PASTI MASIH TIDUR KAN? KAU TAHU JAM BERAPA SEKARANG? SUDAH JAM 06.30! KAU MAU TERLAMBAT KE SEKOLAH? CEPAT BANGUN!- mata Sehun seketika terbuka mendengar suara teriakan dari ujung telepon yang sangat ia yakini adalah suara eommanya. Berulang kali ia mengusap telinganya yang terasa sakit akibat suara yang dikeluarkan eommanya.
"Ne, ne, ne aku sudah bangun. Aku juga akan segera mandi." Jawab Sehun.
"YA KAU INI ADJKTYLNMZHG-"
Tanpa memperdulikan lagi omelan eommanya di ujung telepon sana, Sehun segera mematikan telepon itu. Ia tak peduli jika eommanya akan mengumpat-umpat di ujung sana. Yang jelas Sehun malas. Terlalu malas hanya untuk mendengarkan ocehan tiap pagi seperti biasanya. Dengan segera Sehun bangkit dan berjalan ke kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.
"Ahh aku lapar... Apa yang harus aku makan? Roti, ramen, semuanya tak ada." Keluh Sehun saat melihat lemari makan dan kulkasnya yang kosong. Nyonya Oh tak pernah membeli makanan seperti itu. Ia beranggapan makanan itu makanan yang tidak sehat. Tak ada seorang pun dari keluarganya yang diperbolehkan memakan makanan yang tidak layak -menurut Nyonya Oh- seperti itu.
"Aishh apa boleh buat. Tak ada sarapan untuk hari ini." Ujar Sehun lalu memutuskan untuk pergi ke sekolah.
SKIP
Sehun sama sekali tak bisa berkonsentrasi selama pelajaran berlangsung. 2 jam pelajaran di lewatinya begitu saja tanpa ada satupun yang ia mengerti. Rasa lapar sangat mengganggunya. Sehun pun duduk resah sampai tak menyadari jika ada yang sedaritadi menatapnya. Sehun merasa cacing-cacing diperutnya sedang berdemo karena tak mendapat jatah makan sampai saat ini.
"Tuan Oh Sehun, apa sedaritadi kau mendengarkan penjelasanku?" Tanya Luhan yang kebetulan saat ini sedang mengajar di kelas Sehun.
"Mi-mianhae noo- ahh songsaenim." Balas Sehun sedikit bersalah. Luhan merasa ada yang tidak beres dengan Sehun.
-Apa yang terjadi padanya? Apa ada masalah? Wajahnya terlihat sedikit pucat dan berkeringat hebat seperti itu.- batin Luhan.
"Apa kau sakit? Jika ya, sebaiknya kau segera ke ruang kesehatan." Ucap Luhan sambil menatap Sehun sedikit prihatin.
"Ne, songsaenim. Mianhae..." Sehun pun segera bangkit dan bergegas keluar kelas. Ia harus mencari makan sekarang. Sebelum cacing-cacing diperutnya beraksi lebih anarkis.
"Hoaaa rasanya enak sekali. Entah karena ramen ini memang enak atau karena aku yang memang sedang lapar berat. Tapi sungguh ini nikmat." Puji Sehun sambil memakan semangkuk ramen yang ia beli di kantin sekolahnya yang sepi -wajar karena belum waktunya istirahat-.
"Haaa akhirnya aku kenyang juga." Ujar Sehun sambil menepuk-nepuk perutnya setelah menghabiskan semangkuk ramen dan segelas ice tea yang dipesannya.
"Sudah kenyang? Lalu apa kau sudah bisa kembali ke kelas?" Sebuah suara menginterupsi Sehun.
Sehun menghentikan kegiatannya -menepuk-nepuk perut- saat ia mendengar suara seseorang yang sangat tak asing di telinganya. Sehun memutar kepalanya dan tersenyum manis pada orang itu yang tak lain adalah Luhan.
"Bukankah kau bilang kau sakit? Lalu kenapa kau ada disini? Kau berbohong padaku?" Ujar Luhan dengan tatapan tajam membuat nyali Sehun ciut seketika.
"Mi-mianhae songsaenim. Ta-tadi pagi aku... tidak sarapan. Aku lapar dan-"
"Kenapa kau tidak sarapan dulu padahal kau tahu dirimu sendiri akan seperti ini?" Tanya Luhan menyelidik.
"Eommaku sedang pergi. Dan aku tidak bisa memasak apapun dirumah. Jadi..."
Luhan terus menatap tajam Sehun membuat Sehun terdiam. Takut untuk melanjutkan ucapannya. Tatapan Luhan begitu mengintimidasi dirinya.
"Sekarang cepat kau kembali ke kelas, atau kau akan dapat hukuman!" Ancam Luhan. Sehun tanpa mengeluh segera beranjak dari duduknya dan kembali masuk ke dalam kelas.
-Kenapa Luhan noo- ahh Luhan songsaenim sangat berbeda sikapnya. Di luar sekolah begitu baik dan perhatian. Tapi saat di sekolah begitu kejam. Apa dia memiliki kepribadian ganda? Hiii...- batin Sehun.
Sehun mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang. Sudah waktunya ia untuk pulang ke rumah. Dan esok hari adalah hari Minggu. Sekolah tentunya libur. Sehun memiliki rencana malam ini. Ia akan menghabiskan waktunya semalaman yang bebas ini dengan bermain game serta menonton film.
Sehun menghentikan kayuhan sepedanya di depan sebuah toko kaset. Ia memarkirkan sepedanya di sudut dekat toko dan masuk ke dalam toko kaset yang tidak terlalu ramai itu.
"Selamat datang..." ujar penjaga toko.
Sehun melangkahkan kakinya ke dalam toko. Ia memutarinya mencari kaset film-film yang baru. Sehun sedikit kebingungan karena begitu banyak kaset yang ada dalam beberapa genre.
"Sehun? Kau sedang apa?" Tanya seorang namja dengan rambut mohawk yang sedikit pendek dari Sehun.
"Oh Haebum. Aku sedang mencari film. Kau sendiri?" Tanya Sehun tanpa mengalihkan sedikitpun matanya dari tumpukan kaset yang ada.
"Kau suka film yang seperti apa?" Tanya Haebum.
"Aku? Hmm apa saja sih. Yang penting seru dan tidak membuatku mengantuk." Balas Sehun enteng. Ia tak perduli film seperti apa yang akan ia tonton. Ia hanya ingin malam ini ia habiskan untuk bermain game dan menonton film.
"Begitu? Bagaimana kau pinjam film ku saja. Aku punya banyak film-film yang bagus. Daripada kau harus membelinya disini kan." Tawar Haebum. Sehun nampak berpikir.
-Betul juga. Kenapa aku tak pinjam saja? Tak perlu mengeluarkan uang. Uang yang tadi aku sisihkan untuk membeli film kenapa tak aku pakai untuk membeli makanan saja?- batin Sehun.
"Boleh saja." Jawab Sehun sambil menatap Haebum.
"Kajja ikut aku. Kebetulan sekali aku membawanya di mobilku." Ucap Haebum seraya berjalan keluar dari toko diikuti oleh Sehun di belakangnya.
"Nah ini filmnya." Haebum memberikan 2 keping kaset kepada Sehun.
"Ini film apa? Kenapa tak ada judulnya?" Sehun sedikit bingung dengan kaset film yang diberikan oleh teman -meski tak akrab- itu.
"Aku juga lupa apa judul film itu. Tapi aku jamin kau pasti menyukainya. Filmnya bagus sekali." Ujar Haebum mencoba meyakinkan Sehun.
"Oke. Thanks untuk filmnya. Setelah selesai nonton, akan aku pulangkan." Ujar Sehun lalu kemudian kembali mengambil sepedanya dan pulang.
"Ahhh segarnya..." ujar Sehun saat berjalan keluar dari kamar mandinya dengan rambut yang basah dan handuk yang melilit di pinggangnya.
"Waktunya bersenang-senang dimulai. Baiklah hmm main game dulu atau nonton film ya?" Sehun nampak bingung harus melakukan apa. Ia pun tak perduli dengan penampilannya ini yang hanya dibalut handuk pada 'area pribadi'nya. Toh tak ada orang di rumah.
"Main game saja deh." Sehun kemudian menghidupkan PS3 nya. Ia sangat asik bermain game favoritnya hingga lupa waktu. Perutnya terasa lapar.
"Aduh aku lapar. Aku harus mencari makanan dulu." Sehun turun ke lantai bawah. Ia lupa membawa makanan yang sempat di belinya tadi ke kamarnya.
Ting Tong
Suara bel berbunyi menginterupsi Sehun dari kegiatan mencari makanannya. Sehun lalu beranjak ke pintu depan untuk melihat siapa yang datang.
Ting Tong
"Ya tunggu sebentar." Jawab Sehun dan mempercepat langkahnya kembali ke pintu.
"Ya ada ap- Luhan songsaenim?" Sehun membelalakan matanya tak menyangka jika seseorang yang datang adalah Luhan.
"Si-silakan ma-masuk songsaenim..." ujar Sehun mempersilakan Luhan untuk masuk ke rumahnya.
"Hmm Sehun-ah... Hmm itu..." Luhan menggigit bibirnya dan menunjuk Sehun.
"Ne? A-aku?" Sehun memperhatikan penampilannya dan segera membelalakan mata.
"Ahh mi-mianhae songsaenim. Hmm ma-masuk dulu saja ya." Sehun langsung berlari masuk ke dalam rumahnya, menuju ke kamarnya untuk memperbaiki penampilannya tadi.
-Duh ada apa dengan dia? Bocah itu kenapa berpenampilan seperti itu? Dasar bocah nakal.- batin Luhan.
Luhan menutup kembali pintu rumah Sehun. Ia melangkah masuk ke dalam rumah yang hampir sama dengan rumahnya. Karena di dalam kompleks yang ia tempati memiliki tipe rumah yang sama. Luhan memperhatikan setiap sudut rumah itu. Di dinding sebelah kanannya terdapat beberapa figura yang berisi foto-foto keluarga Sehun. Luhan terkekeh saat melihat sebuah foto seorang namja kecil memegang sebuah bola dengan wajah datar yang khas, tentu saja itu adalah foto Sehun.
"Dari dulu kau memang tak pernah berubah, Sehunnie... Apa kau tak mengingatku?- batin Luhan.
Luhan mengelus figura yang berisi foto Sehun kecil itu. Wajahnya menunjukkan sebuah senyuman namun matanya memancarkan tatapan sendu. Tak lama Sehun turun dari lantai atas.
"Mianhae songsaenim... Duduklah. Aku ambilkan minum ya..." Sehun yang sudah berpakaian lengkap dengan kaos dan boxer, lalu beralih ke dapur untuk mengambil minum untuk Luhan.
"Ini song-"
"Noona... Panggil aku noona. Sudah ku bilang jika di luar sekolah kau bisa memanggilku noona. Kita hanya terpaut 2 tahun saja kok."
Luhan dan Sehun memang hanya terpaut 2 tahun. Namun Luhan yang pintar dengan cepat lulus dan sekarang sudah menjadi sarjana. Ia banyak loncat kelas karena kepintaran yang dimilikinya.
"Iya noona. Silakan. Maaf jika hanya ada ini." Sehun memberikan sekaleng minuman bersoda yang tadi sempat ia beli di mini market pada Luhan.
"Tak apa kok." Balas Luhan dan menerima minuman itu.
"Hmm ngomong-ngomong ada apa noona ke rumahku?" Tanya Sehun sedikit penasaran.
"Oh aku hanya ingin memberikan ini sebenarnya. Tadi aku membuatnya dan aku ingat kau bilang eommamu sedang tak ada dirumah, jadi aku buatkan juga untukmu. Ini terimalah." Luhan memberikan sebuah kotak bekal untuk Sehun.
"Maaf hanya kimbap."
"Ahh harusnya noona tak perlu repot-repot seperti ini."
"Aku tak merasa di repotkan. Oh ya setiap pagi kau juga bisa datang ke rumahku. Kita bisa sarapan bersama. Jangan seperti tadi pagi. Anggaplah rumahku seperti rumahmu juga. Tak perlu sungkan."
"Tapi noona..."
"Aku tidak terima penolakan darimu."
"Haaa arraseo... Hmm apa noona mau nonton film denganku?" Tanya Sehun pada Luhan.
"Hmm boleh. Kita mau nonton film apa?"
"Ahh adalah... Noona tunggu sebentar ya. Akan aku ambilkan kasetnya di atas." Sehun langsung berlari kembali ke kamarnya, mengambil kaset yang dipinjamkan oleh temannya.
"Ini noona aku punya sedikit cemilan juga. Jika noona mau, ambil saja."ujar Sehun setelah mengambil kaset itu.
"Nah saatnya kita nonton..." ujar Sehun bersemangat. Luhan hanya terkekeh melihat tingkah Sehun.
"Chagi~ kemarilah shh ahh ayooo akuhhh shh tak sabar ahhh lagihhh"
"Chagi jangan menggodaku seperti itu... aku akan bermain perlahan..."
"Ahhh ahh ahh pelan-pelan sajahhh"
"Aku suka nimple pinkmu ini chagi~ Ohh kau shh menggodaku, hmm? Kau tak tahu jika disini sudah sangat sesak?"
"Ahh shh ayo kita langsung ke inti sajahhh ahh aku sudah tak shh tahan ahh"
Sehun hanya terbengong dengan film yang ia tonton saat ini. Ia sama sekali tidak menduga jika film yang dipinjamkan oleh temannya adalah film seperti itu. Wajah Sehun memerah dan berkeringat. Sementara Luhan hanya terdiam dan memperhatikan Sehun tanpa suara. Luhan terkejut Sehun mengajaknya menonton film seperti itu.
Pipp
"Mi-mianhae noo-noona... A-aku tak tahu jika film yang dipinjamkan oleh temanku fi-film yang seperti itu." Sehun segera mematikan film itu. Ia sangat malu.
"Jadi kau mengajakku menonton film seperti itu agar kita bisa 'bermain' seperti mereka?" Tanya Luhan sambil mencoba menatap mata Sehun.
"Bu-bukan be-begitu noo-noona..." Sehun tergagap. Ia sangat gugup sekarang. Ia sama sekali tak bermaksud mengajak Luhan menonton film seperti itu. Karena ia sendiri pun tak tahu film yang dipinjamkan oleh temannya itu.
"Benarkah? Jadi kau mau mendapat 'Special Lesson' dariku lagi?" Luhan semakin mendekatkan dirinya pada Sehun. Sebelah tangannya berada di dagu Sehun sementara tangan lainnya berada di paha Sehun.
"Bu-bukan noo-"
Belum sempat Sehun membantahnya, Luhan segera mencium bibir Sehun dengan bibirnya. Tangan kirinya yang tadi berada di dagu Sehun kini beralih ke tengkuk Sehun, menekannya untuk memperdalam ciuman mereka. Sehun membalas ciuman yang menggairahkan dari Luhan. Mereka saling bertarung lidah dan bertukar saliva. Mereka sama-sama mau mendominasi ciuman yang mulai memanas itu. Tangan kanan Luhan mulai nakal berjalan ke atas semakin ke atas dan sekarang berada di dada Sehun. Jari-jari lentiknya menari-nari disana membuat sengatan-sengatan kecil untuk Sehun.
Luhan melepaskan ciumannya membuat Sehun melenguh kecewa. Kedua tangannya kini mulai beralih pada kaus yang dikenakan Sehun, melepasnya dan mengekspos tubuh Sehun. Bibir Luhan mulai bermain-main di sekitar leher dan bahu Sehun. Mencium, menjilat, menggigit serta menghisapnya membuat bercak kemerah-merahan di sekitar leher hingga bahu Sehun. Luhan memain-mainkan lidahnya di sekitar nimple Sehun membuat Sehun mendesah nikmat dengan apa yang di perbuat Luhan. Semakin lama Luhan memainkan lidahnya semakin turun ke bawah. Perut berabs Sehun juga tak luput dimanjakan lidah serta bibir seksi Luhan.
"Hahaha wajahmu lucu sekali Sehun-ah..." ejek Luhan saat melihat wajah Sehun yang sudah benar-benar memerah seperti tomat yang sudah siap untuk di panen.
-Kau tak pernah berubah. Kepolosanmu sedikit demi sedikit mungkin memang menghilang namun rasa malu tetap saja masih melekat di dirimu.- batin Luhan.
"I-itu karena noona yang sedaritadi menggodaku." Bela Sehun sambil memalingkan wajahnya dari Luhan.
"Pelajaran padahal baru saja akan dimulai tapi wajahmu sudah seperti itu. Apa kau bisa melanjutkan pelajaran kita malam ini?" Luhan bermaksud untuk menggoda Sehun kembali. Sehun hanya terdiam.
"Padahal aku juga lagi semangat mengajar sekarang. Tapi kalau kau tak mau, aku pulang saja ya. Selamat malam Sehun-ah..." Luhan bangkit dan bermaksud untuk pulang. Namun tangan kirinya di tarik oleh Sehun cukup kuat membuatnya terjatuh menimpa tubuh Sehun yang sudah topless.
"Andwae! Noo-noona jangan pulang. Aku masih ingin 'diajari' oleh noona." Ujar Sehun sambil memeluk erat tubuh Luhan seakan tak rela melepaskan Luhan pergi.
-Bahkan pelukanmu masih sehangat dulu, Sehunnie...- batin Luhan.
"Jadi... Noona mau kan 'mengajariku' lagi?" Tanya Sehun sedikit ragu.
"Hmm bagaimana ya?" Luhan berpura-pura berpikir. Sehun hanya menatapnya sambil mempoutkan bibirnya berharap Luhan mau kembali 'mengajari'nya.
"Baiklah... Tapi akan lebih baik kita pindah. Kau mau di tempat seperti ini?" Luhan memandang ke sekitarnya. Banyak terdapat bungkusan makanan kosong dan kaleng-kaleng minuman juga. Mungkin Sehun malas membersihkannya.
"Hmm bagaimana jika di atas? Di hmm kamarku?" Tawar Sehun. Wajahnya memerah. Ya dia malu. Karena ia tak pernah mengajak siapapun ke kamarnya.
"Baiklah... Terserah padamu..." Luhan mengikuti kemana Sehun pergi. Tangan kirinya di genggam oleh Sehun seolah takut Luhan akan tersesat.
CKLEK
"Jadi ini kamarmu? Hmm sudah kuduga beginilah kamar para namja." Ujar Luhan sambil memandang sekeliling kamar Sehun.
"Noona..." Sehun memeluk tubuh Luhan dari belakang. Ia menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Luhan yang terekspos di karenakan Luhan yang saat ini hanya menggunakan tshirt kebesaran dan menguncir tinggi rambutnya.
"Ahh Sehun-ah..." Desah Luhan saat ia merasa jari-jari tangan Sehun mulai bermain-main di sekitar pinggangnya.
"Noona apa kita sudah boleh mulai lagi?" Sehun memasukkan kedua tangannya ke dalam tshirt Luhan mencari benda favoritnya disana.
"Cukup. Biar aku yang 'mengajar' hari ini. Kau cukup menikmatinya." Luhan menghentikan pergerakan tangan Sehun yang sudah hampir mencapai breastnya.
"Kau duduklah disana." Luhan menunjuk tempat tidur queen size milik Sehun menyuruhnya untuk duduk.
"Apa kau sudah sangat yakin akan melanjutkan 'pelajaran' kita hari ini, Sehun-ah?" Tanya Luhan sambil berjalan perlahan dengan gaya seduktif ke arah Sehun yang hanya diam dan meneguk salivanya berkali-kali.
"Apa kau sudah cukup berani melanjutkan 'pelajaran' kita, hmm?" Luhan perlahan mulai membuka kancing hot pants yang dikenakannya. Melepas hot pants itu dan melemparkannya ke sembarang tempat menyisakan sebuah underware berwarna hitam.
"Noo-noona..."
"Wae? Kau masih takut? Apa kita batalkan saja?"
"A-ani... Bukan begitu noona..." Sehun menggigit bibir bawahnya saat melihat Luhan yang kini sudah setengah naked hanya dengan menggunakan underware dan bra hitam miliknya.
"Kalau begitu, diam dan tenanglah disini..." Luhan duduk di pangkuan Sehun meneluk pinggang Sehun dengan kedua kakinya. Dirinya berhadapan langsung dengan wajah Sehun. Ia mengarahkan tangan Sehun untuk memeluk pinggangnya.
"Aku sudah pernah mengatakan padamu. Menjadi 'dewasa' tak sesulit yang kau kira. Betul bukan?" Luhan mulai melepaskan ikat rambut yang digunakannya. Rambut cokelat panjangnya tergerai indah dan menambah kesan seksi untuk Luhan.
"Untuk malam ini kau hanya perlu diam selayaknya murid biasa. Oke?"
Luhan melumat bibir tipis Sehun sedikit ganas. Lidahnya terus menerus mengajak lidah Sehun untuk bertarung. Sehun yang merasa ditantang pun membalas semua perlakuan Luhan. Membelit, mendorong serta mengigit bergantian bibir atas dan bibir bawah Luhan. Decak-decak saliva memenuhi seluruh kamar itu membuat hawa semakin panas. Peluh-peluh mulai bercucuran dari diri mereka berdua.
"Sepertinya kau memang sudah bertambah jago, Sehun-ah." Ujar Luhan saat melepas tautan bibir mereka. Kini tangan Luhan mulai turun mencari sesuatu dibawah sana.
"Benda ini menggangu Sehun-ah. Aku lepas ya?" Luhan mulai menurunkan boxer yang di kenakan Sehun hingga lutut Sehun menyisakan sebuah underware.
"Seperti ini lebih baik. Sehun-ah 'adikmu' sepertinya bangun ya?" Kekeh Luhan saat melihat 'sesuatu' yang menonjol dari balik underware yang di kenakan Sehun.
"Shh ahhh..." Desah Sehun saat Luhan menggesekan juniornya dengan 'milik' Luhan yang masih sama-sama terbungkus underware.
"Hahaha... Nikmatkah?" Tanya Luhan pada Sehun yang memejamkan matanya. Sehun membalasnya dengan sebuah anggukan.
"Karena kau cukup baik, akan aku berikan 'pelajaran tambahan' untukmu." Ujar Luhan yang kini sudah menjongkokan dirinya berhadapan langsung dengan junior Sehun yang masih terbungkus rapi namun sudah mulai hard disana.
"Noo-"
Luhan melepaskan perlahan underware yang di kenakan oleh Sehun mempertontonkan junior Sehun yang berukuran big size. Luhan sempat sedikit terkejut melihat ukuran junior Sehun yang diluar perkiraannya.
"Hai adik kecil... Salam kenal ya sayang~" Luhan mengecup sekilas junior Sehun memberikan getaran-getaran kecil bagi tubuh Sehun.
"Hmm hmm" Sehun menahan desahannya saat Luhan mulai mengelus junior nya.
"Jangan ditahan begitu Sehun-ah..." Luhan mulai meremas-remas junior Sehun namun Sehun masih diam menahan desahannya membuat Luhan semakin menggila. Sesekali ia ikut memelintir twinsball Sehun namun Sehun masih diam juga. Luhan tak kehabisan akal.
"Ochhh" Sehun mencengkram sprei dengan kedua tangannya saat lidah Luhan mulai menjilati junior nya. Luhan tersenyum saat mendengar lenguhan Sehun akhirnya di sela-sela kegiatannya.
"Begitu lebih baik, bukan?"
Luhan kembali menjilati, mencium junior serta twinsball Sehun membuat Sehun mendesah tertahan. Setelah puas memainkan lidahnya, Luhan mulai memasukan junior Sehun yang berukuran big size itu ke dalam mulutnya yang kecil. Tak bisa semua masuk memang karena junior Sehun dan mulut Luhan tak sama besarnya. Luhan hanya bisa memasukkan setengah junior Sehun. Luhan mulai mengemuti junior Sehun seakan-akan itu adalah sebuah permen manis.
"Shhh ahhh noo- noonahhh" desah Sehun kenikmatan saat Luhan berkali-kali mengemut juniornya.
"Ahhh noona shhh" desahan Sehun kembali terdengar saat Luhan menggigit kecil junior Sehun di dalam mulutnya. Kedua tangan Luhan yang bebas kembali memainkan twinsball Sehun membuat Sehun semakin menjadi-jadi.
Luhan merasa junior Sehun mulai berkedut-kedut di dalam mulutnya. Ia sangat yakin Sehun mendapat orgasme pertamanya. Dan Byurrr benar saja. Cairan itu keluar dan memenuhi mulut Luhan bahkan sampai keluar di sela-sela bibirnya.
"Bagaimana? Kau menyukai pelajaran kita hari ini?" Tanya Luhan menyudahi kegiatannya yang sudah membuat Sehun mendapatkan orgasme nya.
"Noona menelannya?" Sehun membersihkan kedua sudut bibir Luhan dari cairannya.
"Ne. Wae? Tak apa kok." Balas Luhan dan kembali duduk di pangkuan Sehun.
"Bagaimana rasanya mendapat orgasme pertamamu?" Tanya Luhan sambil mengalungkan kembali kedua tangannya pada leher Sehun dan membenamkan kepalanya di ceruk leher Sehun.
"Rasanya... Aku tak bisa menjelaskannya noona... Aku... hmm"
"Hahaha sudahlah tak perlu dipikirkan lagi. Kau hanya perlu menikmatinya." Ujar Luhan dan kembali menegakkan tubuhnya.
"Noo-noona... Hmm bolehkah?" Tanya Sehun ambigu membuat Luhan sedikit bingung dengan yang dimaksud oleh Sehun.
"Ohh tentu saja. Aku ingin mengetahui seberapa besar kau memahami apa yang sudah aku ajarkan padamu. Praktekanlah..." Jawab Luhan pasrah.
"Gomawo noona..."
Sehun menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Luhan. Kedua tangannya yang awalnya berada di kedua pinggang Luhan kini beranjak naik dan naik hingga bertemu dengan sesuatu di punggung Luhan.
KLEK
Sehun melepaskan kaitan bra dan menurunkan kedua tali bra Luhan mengekspos breast berisi Luhan yang sangat Sehun sukai. Bibir dan lidah Sehun yang tadinya masih bermain-main pada leher dan bahu Luhan, kini semakin turun dan turun bertemu dengan breast Luhan.
"Ahh shh" desah Luhan saat dirasa lidah Sehun bermain-main di sekitar nimple nya membuat rangsangan tersendiri bagi Luhan.
Sehun segera melahap nimple pink Luhan dengan ganas seakan-akan seorang bayi yang sedang menyusu pada ibunya. Tangannya yang bebas juga mulai memain-mainkan nimple Luhan satunya. Mencubit, memelintir hingga meremas breastnya membuat Luhan memekik nikmat.
"Shhh noona..." desah Sehun kembali terdengar saat tanpa sengaja klitoris Luhan yang masih terbungkus underware menggesek junior Sehun yang kembali hard.
"Noona... Aku sudah tak tahan shh lagihhh" keluh Sehun di sela-sela kegiatannya yang mengulum, memelintir dan meremas breast Luhan saat terus menerus juniornya bergesekan dengan klitoris Luhan.
"Lakukan shh sajahhh apa ahh yang mau kau lakukan shhh Sehun-ah..." balas Luhan tertahan karena sensasi yang didapatnya.
Tanpa berpikir panjang Sehun meraih underware Luhan. Melepasnya dan melemparkannya ke sembarang arah membuat Luhan kini sudah benar-benar naked. Wajah Sehun sudah sungguh sangat memerah.
"Hmm noona... A-aku..." Sehun berhenti. Ia tampak berpikir tanpa melepaskan pandangannya dari klitoris Luhan yang kini sudah memerah.
"Ochhh noona..." pekik Sehun saat Luhan tiba-tiba mencengkram juniornya yang sudah benar-benar hard.
"Ahh shh Sehun-ahh"
"Shh noona ahh ini shh nikmat shh"
Desah mereka berdua saat Luhan menggesek-gesekan junior Sehun kembali dengan 'milik'nya. Kini mereka berdua sudah merasa terbang ke langit menikmati apa itu surga dunia.
"Shh ahhh ohhh"
Luhan meraba miliknya dengan sebelah tangannya karena sebelah tangannya yang lain masih memegangi junior Sehun dan sesekali meremasnya. Luhan mencari 'lubang'nya sendiri.
"Akhhh shhh akhhh"
Luhan merasa pedih di bagian bawahnya saat ia mencoba memasukkan junior Sehun ke dalam 'lubang'nya. Dari sudut mata Luhan keluar kristal bening membuat Sehun sendiri tak tega.
"Shh noona... An- andwae shh noona ahh kesakitan se-seperti itu ahh" ujar Sehun sambil terbata-bata. Peluh sudah benar-benar membasahi seluruh tubuhnya.
"Akhh shh aniyo... akhh aku ti-tidak apa..." balas Luhan sambil terus menahan rasa sakitnya saat junior Sehun sudah setengah masuk ke dalamnya.
"AKHHHHH" teriak Luhan kesakitan.
"Noona? Waeyo noona? Noona?"

special lesson Where stories live. Discover now