part three

2.5K 31 0
                                    

"Shhh noona..." desah Sehun kembali terdengar saat tanpa sengaja klitoris Luhan yang masih terbungkus underware menggesek junior Sehun yang kembali hard.
"Noona... Aku sudah tak tahan shh lagihhh" keluh Sehun di sela-sela kegiatannya yang mengulum, memelintir dan meremas breast Luhan saat terus menerus juniornya bergesekan dengan klitoris Luhan.
"Lakukan shh sajahhh apa ahh yang mau kau lakukan shhh Sehun-ah..." balas Luhan tertahan karena sensasi yang didapatnya.
Tanpa berpikir panjang Sehun meraih underware Luhan. Melepasnya dan melemparkannya ke sembarang arah membuat Luhan kini sudah benar-benar naked. Wajah Sehun sudah sungguh sangat memerah.
"Hmm noona... A-aku..." Sehun berhenti. Ia tampak berpikir tanpa melepaskan pandangannya dari klitoris Luhan yang kini sudah memerah.
"Ochhh noona..." pekik Sehun saat Luhan tiba-tiba mencengkram juniornya yang sudah benar-benar hard.
"Ahh shh Sehun-ahh"
"Shh noona ahh ini shh nikmat shh"
Desah mereka berdua saat Luhan menggesek-gesekan junior Sehun kembali dengan 'milik'nya. Kini mereka berdua sudah merasa terbang ke langit menikmati apa itu surga dunia.
"Shh ahhh ohhh"
Luhan meraba miliknya dengan sebelah tangannya karena sebelah tangannya yang lain masih memegangi junior Sehun dan sesekali meremasnya. Luhan mencari 'lubang'nya sendiri.
"Akhhh shhh akhhh"
Luhan merasa pedih di bagian bawahnya saat ia mencoba memasukkan junior Sehun ke dalam 'lubang'nya. Dari sudut mata Luhan keluar kristal bening membuat Sehun sendiri tak tega.
"Shh noona... An- andwae shh noona ahh kesakitan se-seperti itu ahh" ujar Sehun sambil terbata-bata. Peluh sudah benar-benar membasahi seluruh tubuhnya.
"Akhh shh aniyo... akhh aku ti-tidak apa..." balas Luhan sambil terus menahan rasa sakitnya saat junior Sehun sudah setengah masuk ke dalamnya.
"AKHHHHH" teriak Luhan kesakitan.
"Noona? Waeyo noona? Noona?" Sehun merasa sangat panik saat mendengar teriakan Luhan yang sangat kesakitan.
"Akhhh appo Sehun-ah..." Keluh Luhan menahan rasa sakit dan perih di bagian bawahnya dimana junior Sehun sudah bersarang sepenuhnya di dalam sana.
"Noo-noona? Ke-kenapa ada darah?" Tanya Sehun panik saat melihat darah yang keluar dari dalam Luhan menebarkan sedikit bau anyir.
-Ini karena aku baru pertama melakukannya denganmu, Sehunnie... Aku tak mau memberikan begitu saja keperawananku untuk orang lain..- Batin Luhan.
"Ani. Tak apa, Sehun-ah..." Luhan berusaha mengatur nafasnya kembali dan membiasakan diri dengan junior Sehun yang bersarang di dalamnya.
"Apa sakit sekali noona? Apa kita sudahan saja?" Sehun terlihat khawatir pada Luhan karena wajah Luhan terlihat begitu kesakitan.
"Ani. Ini sudah terlanjur.. Nan gwenchana..." Luhan sedikit demi sedikit mulai menggerakkan tubuhnya. Memaju mundurkan tubuhnya pada Sehun.
"Ahh shh ini shh ahhh empphhh" racau Luhan tak menentu saat dirasa junior Sehun mulai menyodok-nyodok lubangnya.
"Ahh noona shh ahh" Sehun juga ikut mendesah karena juniornya yang terasa dicengkram kuat di dalam lubang Luhan yang sempit.
"Ohh ohh ohh shh ohh ohh ahhh empphhh" Luhan semakin mendesah tak menentu sambil mempercepat gerakan pinggulnya. Sehun kini juga mulai ikut menggerakkan pinggulnya berlawanan arah dengan Luhan. Tempat tidur Sehun juga jadi ikut berdecit akibat dari aksi yang mereka lakukan.
Sret
Bles
Sret
Bles
Kamar Sehun kini sudah dipenuhi berbagai macam suara. Mulai dari suara desahan Luhan dan Sehun, suara kulit yang saling bertemu serta suara kasur Sehun yang terhentak-hentak akibat kegiatan Sehun dan Luhan sendiri.
Luhan semakin menggila. Ia sangat menikmatinya apalagi saat junior Sehun mulai mendekati gspotnya. Luhan menggerakan tubuhnya semakin dalam. Ia ingin junior Sehun menumbuk gspotnya dengan telak.
"Enggg Shh Emphhh" Luhan semakin mendesah tak menentu saat junior Sehun menumbuk gspot nya.
"Ahhh kenapa shh sempit seperti ini shhh" Sehun mulai menggerakan pinggulnya semakin cepat membuat Luhan lemas karena kenikmatan yang dirasakan Luhan saat junior Sehun terus menyodok gspotnya.
Sret
Bles
Sret
Bles
Sret
Bles
Sehun mulai kembali menerjang bibir Luhan tanpa menghentikan gerakan pinggulnya. Bibir Luhan yang sudah sedikit memerah dan membengkak itu sudah seperti candu tersendiri untuk Sehun. Ia tak mau menyia-nyiakannya.
Sehun menggigit bibir atas dan bawah Luhan secara bergantian. Membuat lenguhan kecil dari Luhan yang tertahan karena ciuman yang mereka lakukan. Sehun menjilati bibir Luhan perlahan membuat Luhan membuka mulutnya. Lidah Sehun mulai masuk ke dalam mulut Luhan, mengabsen semua yang ada dan menggelitik langit-langit Luhan bermaksud menggodanya.
"Engg" lenguh Luhan dan langsung melawan Sehun dengan lidahnya. Membelit dan mendorongnya. Decak saliva pun mulai terdengar kembali. Dan mengalir keluar dari sudut bibir keduanya.
Merasa kekurangan oksigen, Sehun melepaskan tautan bibirnya. Luhan mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Ia hampir kehabisan nafas karena ciuman yang dilakukan oleh Sehun. Pergerakan pinggul Luhan semakin lama semakin melambat. Cengkraman tangan Luhan di bahu Sehun pun semakin melemah. Luhan lelah.
Sehun yang tak tega melihat Luhan kelelahan, membaringkan tubuh Luhan di ranjang sementara dirinya terus menerus masih menggerakan pinggulnya. Kedua kaki Luhan Sehun kaitkan pada pinggangnya.
"Ahh shh empphhh" hentakan Sehun semakin lama semakin dalam membuat tubuh Luhan jadi ikut terdorong juga.
"AKHHHH" Teriak Luhan saat Sehun mengeluarkan hampir seluruh juniornya dan menghentakannya kembali menumbuk telak gspot Luhan.
"Ahhh morehhh shh emphhh" Luhan merasa dirinya terbang melayang dengan apa yang dirasanya saat ini. Ia meminta Sehun untuk melakukannya lagi dan lagi.
"Moreh moreh moreh ahhhh"
Sehun kembali mengeluarkan hampir seluruh juniornya dan detik berikutnya ia masukan kembali dalam satu hentakan kuat-kuat ke dalam lubang Luhan membuat Luhan memekik nikmat karena gspot nya yang kembali ditumbuk. Sehun melakukannya berulang-ulang seperti apa yang diminta oleh Luhan.
"Morehh emphhh ohhh" racau Luhan merasakan kenikmatan yang diberikan oleh Sehun.
"As your wish noona... Ohhh shh" Desah Sehun saat merasa juniornya benar-benar dicengkram kuat-kuat di dalam lubang Luhan.
Tangan Sehun yang bebas kini mulai kembali memainkan nimple dan breast Luhan membuat Luhan semakin meracau dan mendesah tak menentu menikmati semua sensasi yang didapatnya. Libido Luhan juga mulai kembali naik lagi menghapus rasa lelah yang sempat melandanya.
"Ohh Shh Sehun ahhh ini shh nikmat..." desah Luhan dan kembali menaik turunkan pinggulnya berlawanan arah dengan Sehun.
Sret
Bles
Sret
Bles
Sret
Bles
"Akhhh damn it! Shhh.." racau Sehun saat merasa juniornya yang semakin lama semakin dicengkaram kuat-kuat di dalam lubang Luhan.
"Akhhh emphhh empphhh" racau Luhan saat Sehun kembali menghentakkan juniornya menumbuk telak gspotnya. Sehun juga masih tak henti memain-mainkan breast dan nimple Luhan membuat Luhan tak berdaya bagai terbang ke langit ketujuh dengan semua kenikmatan yang ia rasakan.
"Morehhh akhhh shh morehhh" Luhan semakin mempercepat gerakan pinggulnya seirama dengan yang Sehun lakukan.
"Ahh shh empphh Sehunnie... Ahhh I'm shh closehhhh" Ujar Luhan merasakan klimaks nya yang semakin dekat. Ia percepat kembali gerakan pinggulnya menarik turunkannya terus menerus.
"Nado noona shhh" balas Sehun. Ia merasakan juniornya semakin berkedut seperti ingin mengeluarkan sesuatu.
"SEHUNNIE..."
"NOONAAA..."
Teriak Sehun dan Luhan bersamaan. Crottt Sehun mengeluarkan spermanya di dalam Luhan. Mereka sudah sama-sama mencapai klimaks nya. Mereka pun akhirnya berhenti menikmati kehangatan yang kini menjalar di dalam diri mereka. Sehun menjatuhkan tubuhnya menimpa Luhan tanpa mengeluarkan juniornya yang masih bersarang pada Luhan. Nafasnya terengah-engah begitupula dengan Luhan. Luhan menghapus peluh yang membasahi pelipisnya. Ia sama sangat lelahnya dengan Sehun. Matanya juga terasa berat.
"Noona aku lelah sekali..." Ujar Sehun dan menenggelamkan kepalanya di antara breast Luhan dan sesekali menciumi breast itu. Luhan menepuk dan mengelus punggung Sehun perlahan.
"Lelah? Kalau begitu pelajaran hari ini cukup sampai disini. Kau tidurlah disini..." Luhan menepuk ruang kosong di samping kirinya mengarahkan agar Sehun tidur di sampingnya.
"Akhh appo..." keluh Luhan saat Sehun berpindah dan tanpa sengaja menarik sedikit juniornya yang masih tertanam di 'lubang' Luhan.
"Mianhae noona..." Sehun pun hanya mendiamkan juniornya tetap bersarang di dalam Luhan. Ia takut menyakiti Luhan jika ia mengeluarkannya. Membiarkan 'adik kecil'nya menginap semalam di dalam sana.
"Apa masih sakit? Mianhae..." Sehun mengelus kepala Luhan meminta maaf karena kecerobohannya tadi. Luhan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Hoammm..." Sehun menguap lebar matanya juga sudah terasa berat. Ia lelah dan juga mulai mengantuk.
"Tidurlah Sehun-ah.. Kau pasti lelah..." Luhan menarik selimut yang ada untuk menutupi tubuh naked mereka berdua. Merapatkan kembali tubuh mereka yang saling berhadapan satu sama lain.
"Kau juga, noona. Aku tahu kau juga pasti sangat lelah. Gomawo noona untuk semuanya..." Entah mendapat keberanian dari mana, Sehun mengecup sekilas bibir Luhan. Sehun segera memejamkan matanya dan tertidur.
"Jaljayo Sehun-ah..." Luhan mengelus lembut rambut Sehun. Luhan memandangi wajah damai Sehun yang mulai tertidur. Rambut hitamnya yang lembut, mata sipitnya, hidung mancungnya, bibir tipisnya sama sekali tak berubah.
-Kau tahu? Aku sungguh sangat merindukanmu Sehunnie... Aku rindu kau memanggilku Luhannie seperti dulu. Sebelum kejadian itu datang. Sebelum semuanya berubah. Pernahkah kau mengingatku setelah 3 tahun lamanya kita tak bertemu? Pernahkah?- batin Luhan.
Tanpa sadar air mata jatuh dari pelupuk mata Luhan. Ia tak dapat menahan kesedihannya lagi saat tahu jika Sehun sama sekali belum mengingatnya. Padahal selama 3 tahun belakangan Luhan sangat berharap dan merindukan Sehun, dongsaeng sekaligus cinta pertama Luhan.
# FLASHBACK ON#
"Luhannie..." teriak seorang namja dan berlari masuk ke dalam setiap ruangan di dalam rumah itu seperti mencari seseorang.
"Luhannie kau dimana?" Teriak namja itu lagi. Kini langkah kakinya membawanya ke hadapan sebuah pintu berwarna pink dengan sebuah ukiran kecil menghiasi pintu itu.
CKLEK
"Luhannie..." panggil namja kecil itu. Namun tak jua mendapat jawaban.
"Thebenarnya Luhannie ada dimana thih?" Ujar namja kecil dengan aksen cadel 's' yang diketahui adalah Sehun.
Sehun menutup kembali pintu kamar itu saat ia tak melihat siapapun ada di dalamnya. Sehun menundukan kepalanya kecewa.
GREB
Tiba-tiba ada seseorang yang memeluk tubuh Sehun dari belakang membuat Sehun tersenyum. Ia sangat tahu siapa sosok yang memeluknya ini. Yeoja yang selalu menemani hari-harinya. Sosok teman, sahabat bahkan noona untuknya.
"Sehunnie sedang apa ada di depan kamarku, hmm? Padahal baru saja noona pergi ke rumahmu. Tapi Oh ahjumma bilang Sehunnie datang kesini..." Tanya Luhan lembut sambil mengecup sekilas pipi Sehun, seperti kebiasaannya setiap hari.
"Noona... Bogothipo..." Sehun langsung memeluk tubuh Luhan yang baru beberapa jam tak ditemuinya karena Luhan yang mendapat pelajaran tambahan di sekolah.
"Aigoo... Sehunnie merindukan aku? Padahal kita hanya beberapa jam saja tidak bertemu hehehe..." Luhan mengelus lembut rambut Sehun yang lebih pendek dari dirinya beberapa centi. Wajar saja. Luhan sudah berumur 12 tahun sementara Sehun baru berumur 2 tahun lebih muda darinya. Pertumbuhan namja saat itu kan tidak secepat pertumbuhan para yeoja.
"Hikss hikss jadi Luhannie tidak merindukan Thehunnie?" Isak Sehun membuat Luhan bersalah.
"Mianhae.. Aku juga merindukanmu kok, Sehunnie..." Luhan memeluk tubuh Sehun membuat Sehun berhenti menangis.
Sehun dan Luhan sudah sangat dekat sejak mereka kecil. Kedua orang tua mereka memang bersahabat sejak mereka duduk di bangku SMA maka jangan heran akan kedekatan keluarga mereka. Karena rumah mereka yang saling bersebelahan, sejak kecil Luhan dan Sehun selalu bermain bersama-sama seperti tak pernah bisa dipisahkan. Sehun selalu ingin ikut kemanapun Luhan pergi. Ia tak ingin jauh dari Luhan. Bahkan saat Sehun menginjak sekolah untuk pertama kalinya, ia ingin sekolah di sekolah yang sama dengan Luhan. Alasannya ia ingin selalu dekat dengan Luhan dan bermain bersama Luhan. Setiap hari Sehun selalu setia menunggu Luhan selesai pelajaran di karenakan Luhan yang sudah menginjak kelas 1 SD pulang 2 jam lebih lama dibandingkan Sehun. Begitulah yang selalu ia lakukan seterusnya saat mereka semakin beranjak besar hingga sekarang.
Luhan sekarang sudah duduk di kelas 6 SD sementara Sehun masih kelas 4 SD. Sebentar lagi Luhan akan masuk SMP meninggalkan Sehun selangkah lebih maju. Tapi kesedihan melanda Luhan. Kenapa? Karena yang ia dengar dari baba dan mama nya mereka akan pindah ke China, kota kelahiran baba nya. Luhan sama sekali belum memberitahukan Sehun kabar ini. Ia tidak mau membuat Sehun sedih dan kesepian karena dirinya tak bisa bersama-sama dengannya terus. Ia tak tega melihat wajah sedih dan air mata Sehun yang amat disayanginya, yang ia anggap seperti adiknya sendiri.
Jadi sebisa mungkin Luhan menutupi semuanya, masalah kepindahan dirinya dan keluarganya dari Sehun. Ia juga memohon kepada Nyonya Oh, eomma Sehun untuk tidak menceritakan kepindahan keluarganya. Alasannya karena ia tak mau membuat Sehun bersedih dan ia yang akan memberitahukannya nanti pada Sehun. Nyonya Oh pun mengerti dan menuruti keinginan Luhan yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
"Hmm Sehunnie... Waeyo? Kenapa memelukku terus seperti ini? Aku tak kemana-mana Sehunnie... Hehehe" ujar Luhan karena Sehun yang tak kunjung melepaskan pelukannya.
"Thireo! Nanti jika Thehunnie lepath, noona akan pergi. Thireo!" Tolak Sehun dan semakin mengeratkan pelukannya pada Luhan.
"Ishh Sehunnie aku kan sesak. Kau terlalu kuat memelukku..." Sehun segera melepaskan pelukannya karena perkataan Luhan tadi.
"Jeongmal? Mianhae noona... Habith Thehunnie gak mau kehilangan noona..." Sehun mempoutkan bibirnya lucu membuat Luhan terkekeh.
"Aigoo imutnya Sehunnie... Aku jadi ingin menggigitmu..." Luhan mencubit gemas kedua pipi Sehun.
"Appoyo noona... Jangan cubit pipiku... Thakit tau..." keluh Sehun sambil mengelus kedua pipinya yang tadi dicubit oleh Luhan.
"Mianhae Sehunnie-"
CUP
"Bagaimana? Apa sekarang sudah tak sakit lagi?" Ujar Luhan setelah mencium kedua pipi Sehun bergantian membuat wajah Sehun memerah.
-Aigoo... Lucu. Kau sangat menggemaskan Sehunnie...- batin Luhan.
"Sehunnie kenapa wajahmu memerah seperti itu?" Tanya Luhan sambil menahan tawanya.
"Aku malu, tau. Habith noona tiba-tiba menciumku..." ujar Sehun sambil menundukkan kepalanya enggan menatap Luhan.
"Wae? Kenapa malu? Sehunnie tampan kok. Sehunnie juga lucu. Jangan malu..." Luhan meraih dagu Sehun dan mengangkat wajahnya mempertemukan mata mereka.
"Bukan karena itu... Aku malu karena noona." ucap Sehun. Luhan hanya mengerjapkan matanya tak mengerti maksud Sehun.
-Apa maksudmu, Sehunnie? Apa itu sama saja dengan kau menyukaiku?- batin Luhan.
"Ahh lupakan thaja noona... Oh iya... Aku ada hadiah untuk noona loh..." Ujar Sehun dan segera merogoh saku celananya mengambil sesuatu dari dalam sana.
"Tapi thebelumnya noona harus tutup mata dulu ya..."
"Shireo! Nanti Sehunnie memberikan yang aneh-aneh. Seperti cicak atau kecoa. Aku kan takut Sehunnie..." tolak Luhan. Ia merasa khawatir takut-takut Sehun mengerjainya.
"Ani... Aku tak mungkin menakuti noona hehehe thetidaknya tidak thekarang ini hehehehe..." goda Sehun membuat Luhan mempoutkan pipinya.
"Ya! Kan aku jadi takut... Sehunnie usil sih..." rengek Luhan tetap bersikeras menolak untuk menutup mata.
"Aishh kenapa noona tidak percaya pada Thehunnie thih? Aku tidak akan menakutimu... Janji..." Sehun memberikan jari kelingkingnya.
"Janji?"
"Ne. Jika aku menakuti Luhannie, Luhannie boleh mendiamiku thelama theminggu. Tidak main dan tidak bertemu. Bagaimana?" Tawar Sehun. Ia berani berjanji seperti itu karena ia sama sekali tak ada niat untuk mengusili Luhan. Apalagi di saat seperti ini.
"Baiklah... Akan aku pegang janji Sehunnie..." Luhan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Sehun, pinky promise.
"Nah thekarang noona tutup mata... Ppalli... Nanti dia terlanjur kehabithan nafath hehehe..." Canda Sehun membuat Luhan memelototinya.
"Hehehe aku hanya bercanda Luhannie... Cepat tutup matamu..." Luhan pun mulai menutup matanya. Sehun bersiap mengambil sesuatu dari dalam sakunya yang sudah ia siapkan khusus untuk Luhan.
"Luhannie buka matamu..."
"Ne? Apa yang akan kau berikan?" Tanya Luhan karena bingung ia tak melihat apapun.
"Taraaaa ini hadiah untuk Luhannie noonaku yang thangat Thehunnie thayang..." Sehun mengeluarkan sebuah gelang berwarna hitam dengan sebuah bandul perak berbentuk rusa.
"Woahhh kyeoptta... Cantik sekali gelangnya, Sehunnie..." Luhan terkagun dengan gelang itu.
"Thini biar aku pakaikan..." Sehun meraih tangan kanan Luhan dan memakaikan gelang itu. Membuat Luhan deg-degan.
"Nah thelethai... apa noona thuka?" Tanya Sehun tanpa mengalihkan pandangannya dari gelang yang kini sudah terikat di tangan kanan Luhan.
"Ne. Aku suka sekali. Gomawo Sehunnie..." Luhan memeluk tubuh Sehun mengungkapkan rasa terima kasihnya pada Sehun.
"Oh iya... Aku masih ada 1 hadiah untuk noona... Sebentar ya..." Sehun berlari meninggalkan Luhan sendiri. Luhan hanya mengendikkan bahunya tak tahu apa yang akan diberikan Sehun lagi untuknya.
"Taraaaa... Ini bunga untuk noona..." Sehun memberikan setangkai bunga mawar berwarna merah yang sering Sehun berikan untuk Luhan setiap tahunnya.
"Thaengil Chukkae Luhannie..." Ujar Sehun membuat Luhan terkejut. Ia sama sekali tak mengingat jika hari ini adalah hari ulang tahunnya.
"Gomawo Sehunnie... Aku sungguh tak ingat jika hari ini ulang tahunku..." balas Luhan sambil memeluk Sehun.
"Lalu apa alasanmu kali ini memberikanku terus menerus bunga mawar setiap hari ulang tahunku?" Tanya Luhan pada Sehun.
"Hmm... Bunga mawar kan lambang cinta. Jadi hmm... Aku memberikannya thebagai ungkapan ratha cintaku thebagai thahabat dan adikmu, Luhannie..." Sehun berkata polos membuat Luhan terkekeh mendengarnya.
"Alasanmu masih saja sama setiap tahunnya hehehe... Karena hari ini hari ulang tahunku, maukah Sehunnie menemaniku jalan-jalan?"
"Tentu thaja. Aku akan thelalu menemani Luhannie jalan-jalan thepuathnya hehehe... Lalu thekarang Luhannie ingin pergi kemana?" Tanya Sehun. Luhan nampak berpikir akan pergi kemana.
"Aku ingin minum bubbletea! Apa kau mau, Sehunnie?" Tawar Luhan. Tanpa berpikir lagi Sehun langsung menganggukan kepalanya. Bubbletea adalah minuman favorit mereka berdua.
"Karena hari ini hari ulang tahunku, aku akan mentraktirmu, Sehunnie..."
"Yeyyy! Kajja! Kita pergi... Bubbletea... Kami datang..." Sehun segera menggandeng tangan Luhan dan pergi bersama. Luhan hanya terkekeh melihat Sehun yang amat bersemangat.
.
.
Sehun dan Luhan sudah merasa lelah. Seharian ini benar-benar mereka habiskan untuk jalan-jalan mulai dari membeli bubbletea, pergi bermain ke Everland, hingga bersepeda di tepi sungai Han dan tanpa terasa hari semakin gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 18.30 KST. Luhan dan Sehun bermaksud untuk pulang kerumah. Takut kedua orang tua mereka khawatir karena mereka yang tak kunjung pulang meski mereka sudah meminta ijin sebelumnya, tetap saja namanya seorang anak pastilah dikhawatirkan orang tua mereka.
"Gomawo Sehunnie... Hari ini aku senang sekali... Sehunnie mau menemaniku jalan-jalan dan memberikanku hadiah yang cantik seperti ini." Ujar Luhan saat dalam perjalanan kembali menuju ke rumahnya.
"Cheonmanyo... Aku thenang jika Luhannie thenang." Balas Sehun sambil tersenyum pada Luhan.
Hanya tinggal beberapa blok lagi mereka akan sampai di rumah mereka. Sepanjang perjalanan mereka selalu mengobrol seakan tak pernah bosan dan seperti tak kehabisan bahan untuk diobrolkan. Biasanya mereka saling mengobrol tentang pelajaran, guru bahkan teman dan hal lucu yang terjadi selama di sekolah membuat mereka tertawa bersama.
Tiba-tiba Sehun menghentikan langkahnya membuat Luhan ikut berhenti. Dan CUP~ Sehun mengecup pipi Luhan sekilas membuat semburat merah di pipi putih Luhan. Sehun hanya terkekeh melihat reaksi Luhan.
"Hehehe Luhannie kau lucu thekali... Hehehe" goda Sehun membuat Luhan mempoutkan mulutnya.
"Ya! Oh Sehun! Awas saja! Akan aku balas! Ya! Tunggu!" Luhan berteriak memanggil Sehun yang sudah berlari mendahuluinya. Luhan mencoba terus mengejarnya sampai...
CKITTTT
BRAKKK
"SEHUNNIEEEEE" Teriak Luhan shock saat melihat tubuh Sehun yang terpental.
BRUMMMMM
Mobil yang menabrak Sehun segera melarikan dirinya tanpa ada niatan untuk menolong Sehun apalagi jalanan kompleks saat itu memang sepi. Kesempatan untuknya kabur semakin besar.
"Ya tunggu! Tolong Sehunnie!" Teriak Luhan pada mobil yang menabrak Sehun tadi.
"Hikss hikss Sehunnie... Bangunlah..." Luhan terisak melihat keadaan Sehun sekarang. Darah merah terlihat mengalir dari balik kepalanya. Matanya terpejam. Sehun sudah tak sadarkan diri.
"TOLONGGGG... TOLONGGGGG... Sehunnie bertahanlah... Jebal..." isakan Luhan semakin menjadi-jadi. Ia berteriak terus menerus berusaha meminta pertolongan.
.
.
Luhan kini sudah berdiri di depan ruangan bertuliskan UGD di salah satu rumah sakit. Beruntung tadi ada seseorang yang baik hati yang mau menampung Luhan dan Sehun ke dalam mobilnya dan membawa mereka ke rumah sakit. Luhan terus menangis. Ia sangat khawatir akan keadaan Sehun di dalam sana. Ia memang telah menghubungi orang tuanya dan orang tua Sehun dan mungkin sebentar lagi mereka akan sampai di rumah sakit. Luhan sangat yakin ia pasti akan di minta penjelasan sejelas-jelasnya kenapa ini semua bisa terjadi.
DRAP DRAP DRAP
Suara langkah beberapa orang yang tergesa-gesa terdengar memenuhi koridor itu. Dan benar saja itu adalah kedua orang tua Luhan dan kedua orang tua serta adik Sehun yang datang. Tangisan Luhan semakin pecah saat melihat wajah khawatir Nyonya Oh, eomma Sehun. Ia merasa bersalah. Seharusnya ia tak mengajak Sehun jalan-jalan. Seharusnya ia tak meminta Sehun terus menemaninya bermain hingga malam. Seharusnya... Seharusnya... Luhan terus menyalahkan dirinya. Ia yakin Nyonya Oh pasti akan marah padanya.
"Lu... Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Nyonya Xi, mamanya yang kini duduk di sebelah kiri Luhan sementara di sebelah kanannya sudah duduk Nyonya Oh yang menatapnya penuh harap.
"Mianhae ahjumma... Mianhae eomma... Seharusnya hikss aku tak mengajak Sehun hikss jalan-jalan. Kalau tidak hikss tidak mungkin kejadian ini akan terjadi. Saat kami pulang tadi, tiba-tiba..." Isakan Luhan semakin terdengar saat ia menjelaskan apa yang terjadi. Air mata terus saja mengalir membasahi pipi putihnya.
"Chagiya~ Uljima, ne. Ini hanya sebuah kecelakaan. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Ini bukan salahmu." Ujar Nyonya Oh berusaha menenangkan Luhan yang dipeluk oleh mama nya.
"Tapi hikss jika..."
"Shttt tenanglah... Ini bukan salahmu. Semua memang sudah direncakan Tuhan. Jadi lebih baik kita berdoa untuk kesembuhan Sehun di dalam sana." Ujar Nyonya Oh mencoba menenangkan Luhan meski rasa khawatir juga melandanya.
CKLEK
Tiba-tiba seorang dokter serta seorang perawat keluar dari ruang UGD. Kedua keluarga, keluarga Oh dan keluarga Xi langsung menghampiri dokter itu untuk menanyakan bagaimana kabar Sehun.
"Maaf, dok. Saya hanya ingin bertanya tentang anak saya. Bagaimana keadaan anak saya? Apa anak saya baik-baik saja?" Tanya Tuan Oh pada dokter berkacamata bulat itu.
"Keadaan anak anda cukup memprihatinkan. Ia banyak kehilangan darah karena luka benturan yang cukup besar di kepalanya dan sekarang ia sangat membutuhkan banyak darah. Namun sayang persediaan darah di rumah sakit ini sedang terbatas." Jelas dokter itu. Luhan semakin terisak. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Sehun di dalam sana.
-Sehun pasti merasa sangat kesakitan. Ya Tuhan... Aku tak berharap banyak. Aku hanya ingin... Engkau menyembuhkan Sehunnie... Untukku...- Batin Luhan.
"Saya ayahnya dok. Biarkan saya mendonorkan darah saya untuk anak saya." Ujar Tuan Oh.
"Baiklah. Tuan, bisa ikut saya?" Ujar salah seorang perawat dan membawa Tuan Oh ke sebuah ruangan untuk mendonorkan darahnya untuk Sehun.
"Lu... Sehun pasti akan sembuh. Sehun anak yang kuat... Uljima, ne..." ujar Nyonya Oh kembali. Luhan segera memeluknya dan menangis di dalam pelukan Nyonya Oh. Sungguh ia tak bisa membayangkan jika bagaimana Sehun tak bisa diselamatkan. Bagaimana jika Sehun... Ia sama sekali tak bisa membayangkannya dan tak mau membayangkannya.
.
.
Setelah operasi di lakukan dan transfusi darah di lakukan, keadaan Sehun semakin hari semakin stabil namun sudah 2 hari ini Sehun masih belum sadarkan diri. Dokter bilang Sehun mengalami koma sementara. Nyonya Oh selalu setia mendampingi Sehun begitupula dengan Sehan, adik Sehun. Meski Sehun dan Sehan kakak-beradik, namun mereka kurang begitu dekat. Mungkin karena Sehun lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Luhan ketimbang dengan adiknya sendiri. Namun yang Luhan tau Sehan sangat menyayangi kakaknya.
Setiap harinya meski Luhan harus bersekolah, ia selalu memaksa mama dan baba nya agar membolos dan mengantar dirinya untuk menjenguk Sehun. Ia tak ingin ketinggalan kabar tentang Sehun. Dan ia juga ingin agar Sehun cepat-cepat sadar. Tantu saja kedua orang tuanya menolak keinginan Luhan itu. Luhan hanya diijinkan jika ia sudah pulang sekolah. Jadi selama 2 hari ini Luhan bersekolah pun jadi kehilangan konsentrasinya dalam belajar. Ia lebih sering melihat jam dan berharap agar cepat pulang dan pergi ke rumah sakit sesegera mungkin.
"Annyeong Sehunnie... Aku datang..." ujar Luhan saat ia tiba di rumah sakit.
Ia memandang sekeliling ruangan yang bernuansa putih itu namun tak melihat siapapun disana. Padahal biasanya eomma Sehun selalu ada di sana. Selalu setia menunggui Sehun. Atau mungkin karena jam makan siang?
"Sehunnie... Kapan kau sadar? Aku merindukanmu, Sehunnie..." ujar Luhan dan mendudukan dirinya pada sebuah kursi yang ada di samping tempat tidur.
"Kau tahu? 2 hari ini tanpamu aku sangat merasa kesepian. Biasanya kau selalu ada di sampingku mengikutiku kemanapun aku pergi. Tapi selama 2 hari ini aku merasa bosan. Tak ada yang bisa aku marahi, tak ada yang bisa aku usili, tak ada yang bisa aku manjakan lagi... Kenapa dirimu begitu merindukan? Baru 2 hari saja aku sudah sangat merasa kehilangan sosokmu. Bagaimana jika nanti aku benar-benar pindah? Aku rasa selama itu aku pasti akan sangat sangat sangat bosan." Ujar Sehun panjang lebar mengeluarkan semua isi hatinya.
"Cepatlah sadar Sehunnie... Ayo kita habiskan waktu bersama-sama sampai aku pindah." Luhan tersenyum sendu saat mengingat kepindahannya yang sebentar lagi. Artinya waktunya bersama-sama dengan Sehun juga hanya sebentar.
"Hei Sehunnie aku ingin tahu. Apa kau merindukanku juga, Sehunnie?" Tanya Luhan pada Sehun yang masih belum sadar.
"Sehunnie?" Luhan melihat pergerakan pada jari-jari Sehun.
"Sehunnie sudah sadar? Sehunnie ini aku. Aku ada disini Sehunnie..." Perlahan-lahan Sehun mulai membuka matanya.
"Sehunnie... Bogoshipo..." Luhan memeluk tubuh Sehun. Tanpa di sadari air mata mulai turun membasahi pipinya. Ia bahagia karena Sehun akhirnya bisa sadar.
"Maaf... Kau siapa ya?" Tanya Sehun sambil melepaskan pelukan Luhan. Luhan hanya membulatkan matanya tak percaya dengan pendengarannya. But setelah benturan itu Sehun jadi gak cadel 's' lagi... Yeyeyyyy *ehh
"Ne? A-apa mak-maksud"
"Kau siapa ya? Aku tidak mengenalmu." Tanya Sehun lagi.
JGERRR
Bagai tersambar geledek di tengah hari yang cerah itulah ungkapan yang pas untuk Luhan. Ia begitu tercengan dan sangat tidak menyangka dengan pertanyaan Sehun barusan. Mengenal? Apa Sehun mengigau? Apa karena ia sudah tertidur terlalu lama?
CKLEK
"Loh ada Lulu toh... Ahh Sehun sudah sadar?" Ujar Nyonya Oh saat kembali dari kantin rumah sakit untuk makan siang.
"Kalian siapa? Aku dimana?" Tanya Sehun kini pada Nyonya Oh yang sama terkejutnya dengan Luhan.
"Dokter... Dokter..." Nyonya Oh segera bergegas memanggil dokter untuk memeriksa Sehun.
"Dok, bagaimana keadaan anak saya? Apa dia baik-baik saja? Kenapa ia sama sekali tidak mengenal kami?" Tanya Nyonya Oh pada dokter berkacamata yang menangani Sehun.
"Sehun mengalami amnesia. Ia sama sekali tidak bisa mengingat siapapun. Bahkan ia sama sekali tak bisa mengenal dirinya sendiri. Tapi tak perlu khawatir. Ia bisa mengingat semuanya jika ada yang mengenalkannya. Namun satu syarat, jangan terlalu memaksanya untuk mengingat sesuatu. Intinya buatlah ia kembali mengingat perlahan-lahan." Jelas dokter itu.
"Baik dokter. Terima kasih atas penjelasannya." Nyonya Oh membungkukkan badannya mengucapkan terima kasih. Dokter itu pun pamit.
"Ahjumma... Kenapa Sehun tidak ingat pada kita?" Tanya Luhan masih belum mengerti.
"Itu karena Sehun sedang sakit. Ia belum sembuh. Jadi kau harus terus mendoakannya ya." Bohong Nyonya Oh. Luhan hanya menganggukan kepalanya seolah ia mengerti.
"Hai Sehunnie... Cepat sembuh ya... Jadi kita bisa jalan-jalan dan minum bubbletea sama-sama lagi..." ujar Luhan pada Sehun yang hanya diam menatapnya tanpa ada respon apapun.
.
.
Sudah 2 minggu lamanya setelah kecelakaan itu, keadaan Sehun masih saja sama. Ia masih belum bisa mengingat apapun selain namanya sendiri dan keluarganya. Luhan merasa sedih. Ia sudah mencoba berbagai macam cara agar Sehun bisa mengingatnya namun gagal. Padahal waktunya berada di Seoul tak akan lama lagi. Seminggu lagi kelulusan Luhan dan saat itu Luhan harus pindah ke Beijing.
"Sehunnie... Aku ada hadiah untukmu." Ujar Luhan saat ia berkunjung ke rumah Sehun.
"Kau lagi? Ada apa ke rumahku? Apa tak pernah bosan datang ke rumahku? Dan kenapa sih kau sok akrab denganku? Aku saja tak mengenalmu." Ujar Sehun tak suka. Luhan hanya terdiam. Ia sudah cukup sabar menghadapi Sehun yang tak pernah menganggapnya.
"Se-Sehunnie..."
"Jangan panggil aku dengan nama menjijikan seperti itu! Kau pulang saja sana! Aku ingin tidur!" Usir Sehun dengan kasar.
Luhan masih terdiam di tempatnya saat Sehun mulai melangkah ke lantai atas untuk kembali ke rumahnya. Air mata Luhan menetes dari pelupuk matanya. Sakit hatinya saat Sehun berkata-kata kasar seperti itu. Seluruh kesabarannya yang dibangun runtuh seketika. Ia tak bisa lagi menghadapi sikap kasar Sehun. Ia lelah dan juga sakit. Luhan meletakkan bubbletea yang dibelinya tadi di meja ruang tamu rumah Sehun dan pulang ke rumahnya, untuk menangis sejadi-jadinya.
"Sehunnie... Kapan hikss kau bisa mengingatku? Hikss hikss..." isak Luhan di dalam tangisnya.
"Apa kau memang sudah benar-benar tak bisa mengingatku? Hikss Sehunnie..."
CKLEK
"Lulu sayang, ada apa hmm?" Tanya Nyonya Xi, mama Luhan.
"Mama... Hikss hikss Sehunnie... Hikss kenapa dia masih tidak mengingatku? Hikss..." Luhan menangis di dalam pelukan mamanya.
"Tenanglah. Keadaan Sehunnie kan masih belum pulih sepenuhnya. Bersabarlah... Pasti nanti ia bisa kembali ingat padamu..." Nyonya Xi mencoba menenangkan Luhan yang masih terisak.
"Tapi mama... Sudah tak ada waktu lagi. Sebentar lagi kita akan pindah dan tak bisa bertemu lagi dengannya... Bagaimana jika Sehun benar-benar tak bisa mengingatku?"
"Bukankah malah bagus jika seperti itu? Kau bisa pergi dengan tenang. Sehun tak akan menangis karena kepindahanmu."
"Tapi eomma..."
"Percayalah pada mama. Sehun pasti akan hidup dengan baik. Kau tak perlu khawatir."
"Baiklah ma... Lulu mengerti..."
-Sehunnie mianhae... Mungkin dengan begini memang akan lebih baik, seperti apa yang mama katakan. Aku akan pergi dan meninggalkanmu tapi yang harus kau ingat, aku tak akan pernah melupakanmu. Semoga kau bisa hidup lebih baik meski tanpa ada aku. Selamat tinggal Sehunnie...- batin Luhan.
# FLASHBACK OFF#
"Hikss" satu isakan lolos dari bibir Luhan. Luhan menutup mulutnya saat ia sadar. Ia buru-buru menghapus air matanya secara kasar.
"Selamat malam, Sehunnie..." Luhan mengecup pucuk kepala Sehun.
"Terima kasih untuk malam ini..." Luhan kembali mengecup kedua mata Sehun bergantian.
"Selamat tidur Sehunnie..." Luhan mengecup ujung hidung Sehun.
"Mimpi indah..." Luhan mengecup kedua pipi Sehun bergantian.
"Saranghae..." Luhan mengecup bibir Sehun lama. Merasakan bibir merah tipis yang sangat disukainya.
Luhan mulai memejamkan matanya dan tertidur. Bibirnya tak luput menampilkan sebuah senyuman. Ia berharap esok hari akan lebih baik dan ada keajaiban yang terjadi baginya. Ya semoga saja...
Tanpa Luhan sadari sebenarnya Sehun masih belum benar-benar tertidur saat Luhan menciumnya bahkan saat Luhan menangis. Sehun kembali membuka matanya. Ia tatap wajah Luhan lurus-lurus seolah sebuah benda yang sangat berharga. Entah kenapa saat Luhan memanggil dirinya 'Sehunnie', ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat seolah ia sangat merindukan panggilan itu.
-Apa kita memang benar-benar saling mengenal sebelumnya, noona?- batin Sehun.
# LEEHUNHAN947#
Pagi hari pun tiba. Sinar matahari pagi memaksa masuk ke dalam sebuah ruangan, mengganggu tidur seseorang karena sinarnya yang menyilaukan mata. Seorang yeoja yang tak lain adalah Luhan membuka matanya. Tidurnya semalam benar-benar sangat nyenyak, tak seperti biasanya. Ia menutup mulutnya saat menguap dan mengerjap-ngerjapkan matanya lucu.
"Ohh ternyata sudah pagi. Sehunnie selamat pagi... Tidurlah yang nyenyak ya... Aku akan membuatkan sarapan untukmu." Luhan mengecup bibir Sehun sekilas, morning kiss dan menyibakkan selimutnya namun ia merasakan ada sesuatu yang mengganjal.
"Oh God... Aku lupa..." Luhan menggigit bibir bawahnya menahan rintihan sakit yang pasti akan keluar dari mulutnya saat ia mencoba untuk mengeluarkan junior Sehun yang masih tertanam di dalam 'lubang' nya.
"Shhh akhhh..."
Luhan merasakan sakit di sekitar bagian bawahnya. Ia sedikit sulit untuk bergerak. Ia mencoba bangkit perlahan-lahan. Ia takut membangunkan Sehun yang masih tertidur nyenyak. Luhan mencari-cari sesuatu di sekitar kamar Sehun. Ia sedang mencari underware dan pakaiannya yang entah sekarang berada dimana.
Setelah mendapatkan bajunya dan Luhan segera memakainya. Masa bodo dengan underware dan hotpants miliknya yang tak kunjung ditemuinya. Untung saja baju Luhan besar dan sedikit panjang menutupi sebagian pahanya sehingga tak terlihat aneh meski tak mengenakan bawahan.
Setelah berpakaian, Luhan berjalan perlahan menuju ke dapur Sehun. Ia berencana untuk membuat sarapan. Baru kemarin Sehun bilang jika eommanya sedang tak berada disini sehingga Sehun harus rela tak sarapan sampai eommanya kembali.
"Oh Tuhan... Kenapa tak ada sama sekali bahan di dalan kulkas ini? Lalu apa yang akan aku masak? Bahkan ramen pun tak ada." Keluh Luhan. Ia bingung karena tak mendapat bahan apapun yang bisa ia masak.
"Oh iya aku ingat! Kemarin malam aku kan membawa kimbap dan belum sempat dimakan. Aku panaskan kembali saja kimbap itu..." ujar Luhan dan menuju ruang tengah Sehun mengambil kotak bekalnya yang untung saja masih berada disana.
Luhan memasukan kimbap-kimbap itu ke dalam oven, memanaskannya. Luhan juga memasak air untuk membuat teh hangat untuk mereka, Sehun dan dirinya. Setelah selesai, Luhan meletakannya di meja yanga da didapur sekalian menunggu kimbapnya yang masih dipanaskan di dalam oven.
"10 menit lagi. Lama juga. Ahh aku ingat! Akan aku bersihkan ruang tengah yang penuh sampah itu. Pasti itu semua karena ulah Sehunnie..." Luhan kembali berjalan ke ruang tengah. Mengambil sampah bungkusan dan kaleng-kaleng kosong cola dan membuangnya. Luhan juga membersihkan remah-remah snack yang berceceran di meja dan lantai ruangan itu.
Tringg
Suara oven berbunyi menandakan jika kimbap nya sudah selesai dipanaskan. Luhan mengeluarkan kimbap itu dan menaruhnya dipiring dan meletakkan piring itu di meja bersamaan dengan dua cangkir teh yang sebelumnya telah di buatnya.
"Dimana ya ahjumma meletakannya nampannya?" Luhan mulai membuka satu persatu lemari dapur, mencari nampan yang ia butuhkan.
"Nah ini dia... Akan aku bawa sarapan ini ke atas." Luhan meletakkan 2 cangkir teh dan sepiring kimbap di atas nampan dan membawanya ke lantai atas, tepatnya ke kamar Sehun.
CKLEK
Luhan masuk ke dalam kamar itu dan mendapati Sehun yang masih tertidur pulas. Sebenarnya Luhan tak tega membangunkan Sehun namun karena hari sudah semakin siang dan Sehun harus sarapan, ia memaksa untuk membangunkan Sehun. Luhan meletakkan nampan itu di meja belajar Sehun dan ia segera berjalan menuju ke tempat tidur Sehun, bermaksud membangunkannya.
"Sehunnie... Ireona... Sudah pagi..." Luhan menepuk pelan lengan Sehun, mencoba untuk membangunkannya. Namun tak ada tanda jika Sehun akan bangun.
"Sehunnie... Ireona... Ppalli... Sudah pagi..." ujar Luhan yang kini menepuk-nepuk pipi Sehun. Tak ada jawaban dan tak ada pergerakan sedikitpun dari Sehun. Luhan menghela nafasnya. Namun ia tak kehabisan akal untuk membangunkan Sehun.
"Sehunnie... Ireona..." Luhan melumat bibir Sehun. Dan Sehun sedikit bergerak dari tidurnya. Tapi...
"Ya! Bangun Sehunnie... Sudah pagi..." Sehun kembali tertidur. Luhan mencari ide lain.
-Kali ini harus berhasil!- batin Luhan.
Luhan menyibakkan selimut yang masih menutupi tubuh naked Sehun. Matanya menyorot pada sesuatu yang ada di area selangkangan Sehun. Sebelah tangan Luhan mencengkram 'benda' itu dan meremasnya.
"Sehunnie... Ireona... Ppalli ppalli..." Ujar Luhan seduktif di telinga kiri Sehun sementara satu tangannya meremas junior Sehun.
"Ahhh shhh morehhh ahhh..." Lenguh Sehun saat merasa juniornya yang kembali di remas.
"Ya! Cepat bangun, pemalas!" Bentak Luhan dan langsung melepaskan junior Sehun dari tangannya.
"Noo-noona? W-wae? A-apa yang-"
"Cepat bangun! Pakai bajumu! Lihat aku sudah menyiapkan sarapan untukmu!" Ujar Luhan sambil menunjuk ke arah meja belajar Sehun tempat dimana ia meletakkan nampan.
Luhan berjalan perlahan ke arah meja belajar Luhan. Ia berjalan sambil menggigit bibirnya seperti menahan sesuatu. Cara berjalannya pun terlihat aneh karena mengangkang. Sehun hanya menaikkan alisnya melihat perbedaan yang ada pada Luhan.
-Akh! Apa sebegitu sakitkah? Mianhae noona... Aku tak bermaksud menyakitimu...- batin Sehun, ia merasa bersalah atas kejadian semalam.
"Mianhae..." Sehun bangkit dan mengambil pakaian baru dari dalam lemarinya.
Sehun mengenakan kembali underwarenya dan boxer. Namun ia sama sekali tak berniat mengenakan kaus nya. Ia merasa gerah.
"Kenapa kau tak mengenakan bajumu, Sehunnie... Ahh mak-maksudku Sehun-ah..." Luhan terlihat salah tingkah.
"Aku kegerahan noona. Tak apa kan?" Balas Sehun.
"Baiklah... Terserah padamu saja... Nah ini makanlah. Aku sengaja menyiapkannya untukmu. Maaf hanya ada kimbap semalam. Tapi aku sudah memanaskannya tadi." Jelas Luhan sambil meletakkan nampan berisi makanan itu di meja nakas di samping tempat tidur Sehun.
"Gomawo noona... Aku kira aku tak akan sarapan lagi pagi ini." Canda Sehun dan memasukan sepotong kimbap ke dalam mulutnya.
"Bagaimana rasanya? Apa terasa aneh?" Luhan sangat penasaran dengan rasa kimbap yang dibuatnya.
"Mashita... Enak sekali noona!" Puji Sehun dan memasukan kembali potongan lain kimbap ke dalam mulutnya.
"Noona emphh kenapa tak makan emphh juga?" Tanya Sehun sambil menguyah karena mulutnya kini sudah penuh dengan kimbap.
"Aishh makan dulu baru bicara. Nanti kau bisa terse-"
"Uhuk uhuk uhuk" Sehun tersedak makanannya. Luhan segera memberikan cangkir teh Sehun agar Sehun cepat meminumnya.
"Benar kan... Makanlah dulu baru bicara. Jangan bicara sambil makan. Inilah akibatnya..." ujar Luhan sambil menepuk-nepuk punggung Sehun perlahan.
"Mianhae noona..."
"Sudah lanjutkan makanmu. Ingat jangan berbicara sambil makan. Atau kau bisa tersedak lagi." Luhan kembali mengingatkan Sehun.
"Ne, noona. Tapi noona juga harus makan. Masa aku makan sendiri?" Pinta Sehun.
"Ani. Aku tak biasa sarapan. Jadi kau makan saja. Aku tak apa-apa kok." Balas Luhan.
Sedari kecil ia memang sama sekali tak biasa untuk sarapan. Setiap Luhan memaksa sarapan, pasti belum ada 5 menit makanan yang baru masuk itu sudah di muntahkan kembali oleh Luhan. Tubuhnya seolah menolak makanan apapun untuk sarapan. Karena itu sampai sekarang pun Luhan tak pernah sarapan.
"Wae? Sarapan itu baik, noona. Apa kau tak merasa lapar?" Tanya Sehun. Ia sama sekali tak tahu jika ada orang yang tak pernah mengisi perutnya pada pagi hari sebelum beraktifitas.
"Lapar sih... Tapi aku cukup kuat menahannya sampai jam makan siang. Aku kan mengganjalnya dengan segelas susu ataupun teh seperti ini." Jelas Luhan sambil menyeruput tehnya.
"Aigoo... Jangan memaksa menahan rasa laparmu, noona. Noona harus belajar untuk sarapan dari sekarang. Aaaa~ buka mulutmu, noona..." Sehun mengangkat sepotong kimbap dan memberikannya pada Luhan.
"A-ani Sehun-ah..." tolak Luhan.
"Noona makanlah... Aku tak terima penolakan apapun! Aaaa~"
Hammm
"Nah makanlah..." Ujar Sehun saat Luhan mulai mengunyah kimbapnya.
"Hoekk..." Luhan merasa mual. Ia merasa kimbap itu akan keluar sebelum ia sempat menelannya.
"Noona... Jangan seperti itu... Makanlah kimbap itu..."
Luhan tak bisa menahan rasa mualnya. Ia segera berlari sedikit pincang ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamar Sehun. Ia rasa kimbap itu benar-benar akan keluar. Luhan memuntahkan kimbap itu sebelum ia benar-benar menelan semuanya.
"Noona? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Sehun yang tiba-tiba menyusul Luhan masuk ke dalam kamar mandinya. Ia merasa khawatir dan bersalah pada Luhan. Ternyata Luhan memang benar-benar tak bisa sarapan.
"Mianhae Sehun-ah. Aku memang benar-benar tak bisa sarapan. Mianhae..." balas Luhan sambil membersihkan mulutnya dari sisa-sisa kimbap tadi dengan air dari wastafel.
"Mianhae... Aku yang harusnya minta maaf karena aku memaksamu untuk sarapan, noona..." Sehun mengelus pipi Luhan menghapus titik-titik air yang ada.
Jatung Luhan berdegup kencang saat Sehun menghapus titik-titik air yang membasahi sekitar mulutnya. Sehun menatap lekat-lekat bola mata kecokelatan Luhan. Sehun mulai memajukan wajahnya, memperpendek jarak di antara keduanya. Luhan hanya terdiam, tak bisa melakukan apapun. Mata teduh Sehun seolah menghipnotisnya untuk diam. Luhan memejamkan matanya saat wajah Sehun hanya beberapa berjarak beberapa centi saja dari wajahnya. Bahkan deru nafas Luhan semakin terasa di wajahnya.
Sehun menempelkan bibirnya pada bibir plum Luhan dan melumatnya perlahan. Luhan memiringkan kepalanya ke kanan dan Sehun memiringkan kepalanya ke arah sebaliknya untuk semakin memperdalam ciuman itu. Tangan Sehun kini memeluk erat pinggang Luhan dan mendekatkan tubuh mereka. Kedua tangan Luhan kini juga sudah berada pada tengkuk Sehun. Perlahan Sehun melumat bibir atas dan bawah Luhan bergantian dan mengigitnya membuka cela agar lidahnya bisa masuk ke dalam mulut Luhan.
Lidah Sehun mulai bermain-main di dalan mulut Luhan. Mengabsen deretan gigi-gigi dan gusi Luhan. Tak lupa menggelitik langit-langit Luhan membuat Luhan kegelian. Lidah Sehun mulai mengajak lidah Luhan untuk bertarung. Sesekali lidah Sehun membelit dan mendorong lidah Luhan sehingga mendapat perlawanan dari lidah Luhan. Dan terjadilah French Kiss. Decak saliva mulai terdengar memenuhi kamar mandi itu. Ciuman mereka semakin lama semakin memanas bahkan tangan Sehun semakin lama semakin masuk ke dalam baju Luhan.
"Enggg" lenguh Luhan saat Sehun menyentuh breast polos Luhan membuat sengatan-sengatan kecil pada sekujur tubuh Luhan.
Sehun mulai jahil meremas breast Luhan membuat desahan tertahan dari Luhan. Luhan merasa dirinya semakin lemas karena perbuatan Sehun. Ia sudah hampir jatuh jika saja Sehun tak menariknya. Sehun menyandarkan tubuh Luhan pada wastafel tanpa melepaskan tautan bibir mereka barang semenitpun.
Sehun semakin gencar terus menerus meremas breast Luhan dan sesekali memainkan nimple Luhan yan sedikit menegang.
"Shhh Sehunnie ahhh jangan menggodaku..." desah Luhan akhirnya lolos saat tautan bibir mereka terlepas.
"Akhhh aku semakin merasa panas, noona..." ujar Sehun sambil terus meremas-remas breast Luhan.
"Sehunnie ahhh emphh cukuphhh" Mohon Luhan. Ia sudah tak tahan. Tubuhnya jadi sangat sangat lemas.
"Haaa haaa haaa..." Luhan mengatur nafasnya yang sempat tertahan saat Sehun berhenti dari kegiatannya.
"Noona... Mandikan aku, jebal... Panas sekali noona..." Sehun tiba-tiba merengek meminta Luhan untuk memandikannya. Luhan hanya membulatkan mata tak percaya akan pendengarannya.
"Sehun-ah?"
"Jebal... Aku mohon..." Ujar Sehun sambil menunjukkan aegyeo nya. Luhan pun menangguk. Ia tak bisa menolak permintaan Luhan apalagi saat Sehun menunjukkan aegyeonya sama seperti dulu.
"Baiklah... Aku akan mengisi bath tub nya dulu dengan air." Luhan berjalan tertatih menuju ke bath tub untuk mengisinya dengan air.
"Sedang apa kau disana? Kemarilah. Kau bilang kau ingin mandi..." Sehun pun segera berjalan mendekati Luhan.
"Tanggalkan pakaianmu dan masuklah ke dalam bath tub." Titah Luhan dan Sehun pun menurutinya. Sehun kini sudah berada di dalam bath tub yang sudah terisi air setengahnya. Luhan segera meneteskan sabun ke dalam bath tub dan muncullah busa-busa yang banyak dan memenuhi bath tub itu.
"Baiklah... Apa Sehun-ah sudah siap untuk mandi?" Tanya Luhan berbasa-basi dan menjongkokan dirinya di samping Sehun yang sudah siap di dalam bath tub.
Sehun hanya mendengus mendengar pertanyaan konyol dari Luhan itu. Luhan hanya terkekeh. Ia mengambil spons dan sabun menggosokannya pada leher dan lengan Sehun.
-Aishh kenapa begini? Seperti memandikan bayi saja!- Batin Sehun.
SPLASH
Dengan usil Sehun mencipratkan air dari bath tub ke arah Luhan membuat baju yang dikenakan Luhan basah. Luhan hanya mengerjap-ngerjapkan matanya lucu karena terkejut tiba-tiba Sehun mencipratkan air padanya.
"Karena noona juga sudah basah seperti itu, kenapa tak sekalian masuk ke dalam sini saja? Daripada noona kedinginan." Usul Sehun. Luhan hanya terkekeh mengerti maksud kata-kata Sehun barusan.
"Bilang saja sedaritadi jika kau mau aku masuk juga ke dalam sini." Ujar Luhan sambil menunjuk bath tub yang bisa menampung dua sampai tiga orang itu.
"Baiklah Tuan Oh Sehun. Sebagai permintaan, aku akan menurutinya."
Luhan pun bangkit dari posisinya kini. Ia melepaskan bajunya yang sudah basah itu tepat di hadapan Sehun. Luhan naked membuat Sehun menegak salivanya saat melihat breast berisi Luhan dan 'sesuatu' di selangkangannya yang terekspos. Luhan hanya tersenyum melihat ekspresi yang di perlihatkan Sehun.
"Wae? Kenapa memandangiku seperti itu Tuan Oh Sehun?" Goda Luhan. Sehun langsung memalingkan wajahnya yang memerah dari Luhan.
"Aigoo kyeoptta..." Luhan langsung memasukkan dirinya ke dalam bath tub itu dan berhadapan langsung dengan Luhan.
SREK
SREK
SREK
Luhan menggosok-gosok lengan Sehun dengan spons. Tak ada pembicaraan. Luhan fokus pada pekerjaannya sementara Sehun? Entahlah ia hanya menatap ke satu arah tanpa berbicara apapun.
"Kau akan membayarku berapa memandikanmu seperti ini, hmm?" Tanya Luhan memecah keheningan.
"Ba-bayar? Ma-maksudnya?" Jawab Sehun tergagap karena tiba-tiba Luhan menggerakan tubuhnya membuat breast besarnya juga jadi ikut bergerak.
"Wae? Kenapa kau terdengar gugup begitu, hmm?" Tanya Luhan heran. Sehun hanya diam tak menjawab.
Luhan mencondongkan tubuhnya ke depan membuat dirinya semakin dekat dengan Sehun. Tangan kirinya memegangi bahu Sehun sementara tangan kanannya diangkat ke atas seperti ingin mengambil sesuatu. Karena posisinya seperti itu, otomatis breast Luhan berada tepat di hadapan Sehun. Sehun menegak salivanya berkali-kali saat breast Luhan semakin dekat dengan wajahnya.
"Akhhh" Tanpa sengaja Luhan terpeleset. Ia jatuh tepat di tubuh Sehun. Nimple Luhan tepat mengenai hidung Sehun.
"Shh Sehunnn shh ahhhh..." desah Luhan saat merasakan nimplenya di kulum oleh Sehun.
"A-andwae emphhh..."
Sehun terus mengulum nimple Luhan seperti seorang bayi rakus. Nimplenya yang lain sudah dijamah dengan tangan Sehun yang setia memelintir dan menekan-nekannya. Luhan mendesah hebat.
"Stophhh shhh please stophh ahh..." Desah Luhan lagi dan sedikit mendorong tubuh Sehun.
"Haaa haaa haa... Jangan lakukan itu. Kapan aku akan selesai memandikanmu jika kau masih nakal seperti itu, hmm?" Luhan memegangi kedua tangan Sehun, mencengkramnya.
"Atau jika kau masih nakal, kita sudahi saja? Bagaimana?" Tawar Luhan. Sehun pun menjauhkan tangannya dan wajahnya. Tanda ia menyerah.
"Baiklah anak pintar... Sekarang akan aku lanjutkan pekerjaanku. Sampai mana tadi?"
Luhan kembali menggosok-gosok dan menyabuni tubuh Sehun mulai dari leher, bahu, dada, perut, punggung, lengan hingga kaki. Namun ada satu yang kurang, yang belum dibersihkan olehnya.
"Nah sudah selesai... Dan sekarang aku akan menagih bayaranku. Mana?" Luhan membuka kedua telapak tangannya tepat di depan dada Sehun.
"Eyyy belum selesai. Kau masih melupakan satu area yang belum kau bersihkan." Ujar Sehun dengan seringaian evil.
"Kau melupakan ini noona..." Sehun meraih tangan Luhan dan menunjukkannya pada area yang sama sekali tak disentuh oleh Luhan.
"Ohh iya... Aku melupakan 'adik kecil' ini. Mianhae..." Luhan mengelus pelan junior Sehun membuat sengatan sengatan pada tubuh Sehun.
"Baik akan aku bersihkan. Setelah itu jangan lupakan bayaranku, Tuan Oh Sehun..." Luhan mengambil spons itu dan menggosok serta menyabuni junior Sehun. Sesekali Luhan mencengkramnya dan sedikit meremasnya bermaksud menggoda Sehun demi membalaskan dendamnya yang sedaritadi terus menerus menggodanya.
"Ohoo kenapa 'adik kecil' ini mengeras, Sehun-ah." Tanya Luhan sok polos.
"Ya! Noona jangan menggodaku!" Sehun mempoutkan bibirnya karena terus di goda oleh Luhan.
"Hehehe mianhae... Sebagai permintaan maaf, akan aku berikan hadiah." Ujar Luhan membuat Sehun penasaran.
"Shhh ahhh noonaahhh..." Desah Sehun saat juniornya yang sudah hard digesekan dengan 'milik' Luhan membuat kenikmatan tersendiri.
"Bagaimana ahh... Apa emphh kau menyukainya?" Tanya Luhan sambil menahan desahannya karena kenikmatan yang juga dirasakannya.
"Ten-tentu sajah ahhh..." Sehun meresapi kenikmatan itu. Matanya berpejam dan bibirnya tak berhenti mendesah.
CROTTT
Tiba-tiba ada sesuatu yang keluar dari junior Sehun. Sehun orgasme karena perbuatan Luhan. Luhan tersenyum puas. Sehun terdiam dan mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
"Nah pekerjaanku sudah selesai kan, Tuan? Keringkan dirimu dan hmm kembali sarapanlah. Sekarang giliran aku yang mandi." Ujar Luhan dan mendorong tubuh Sehun keluar dari bath tub.
"Oh ya pinjamkan aku handuk dan bajumu dulu ya..." lanjut Luhan pada Sehun yang kini berjalan keluar dari kamar mandinya. Yang dibalas anggukan oleh Sehun.

special lesson Where stories live. Discover now