part four

1.7K 28 0
                                    

CROTTT
Tiba-tiba ada sesuatu yang keluar dari junior Sehun. Sehun orgasme karena perbuatan Luhan. Luhan tersenyum puas. Sehun terdiam dan mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
"Nah pekerjaanku sudah selesai kan, Tuan? Keringkan dirimu dan hmm kembali sarapanlah. Sekarang giliran aku yang mandi." Ujar Luhan dan mendorong tubuh Sehun keluar dari bath tub.
"Oh ya pinjamkan aku handuk dan bajumu dulu ya..." lanjut Luhan pada Sehun yang kini berjalan keluar dari kamar mandinya. Yang dibalas anggukan oleh Sehun.
"Noona bisa mengambil handuk baru di lemari itu. Dan untuk baju, nanti aku siapkan di luar ya." Ujar Sehun sambil berjalan keluar dari kamar mandi meninggalkan Luhan yang masih berada di dalam bath tub.
"Akhh kenapa sakit sekali sih? Ck" keluh Luhan karena merasa bagian bawahnya masih terasa perih saat ia mencoba keluar dari bath tub. Ia kini sudah berdiri di bawah shower.
CURRRRR
Luhan mengatur suhu air shower agar menjadi hangat. Ia biarkan air hangat yang mengalir itu membasahi seluruh tubuhnya menikmati setiap titik kehangatan di seluruh tubuhnya. Lalu ia membasuh seluruh tubuhnya dengan liquid soap dan shampoo Sehun yang memang ada di rak dekat shower.
"Wangi khas Sehunnie... Mint dan Citrus." Ujar Luhan saat mencium wangi shampoo dan soap yang digunakannya.
Setelah membasuh seluruh tubuhnya dengan air, Luhan segera mengambil handuk di dalam lemari yang di beritahukan Sehun, mengeringkan tubuhnya dan melilitkan handuk itu di sekitar dadanya, menutupi tubuh nakednya. Rambut cokelat panjangnya dibiarkan tergerai dan terlihat masih basah. Setelahnya Luhan keluar dari kamar mandi.
CKLEK
"Omona! Sehunnie ah maksudku Sehun-ah kau mengagetkanku..." Teriak Luhan terkejut saat mendapati Sehun yang berdiri di depan pintu kamar mandi. Sebelah tangannya memukul lengan kiri Sehun.
"Mianhae noona... Aku tidak bermaksud untuk mengagetkanmu..." Balas Sehun sambil mempoutkan bibirnya pura-pura kesal.
"Habis kau sendiri berdiri di depan pintu begini seperti penguntit." Balas Luhan tak mau kalah.
"Aku hanya ingin memberikan ini untuk noona. Milikmu kan noona? Dan ini aku pinjamkan bajuku." Sehun menyerahkan pakaian Luhan yang semalam berserakan di dalam kamar Sehun.
"Gomawo Sehun-ah.." ujar Luhan mengambil pakaian itu.
"Tapi lebih baik noona tak perlu menggunakan kedua benda ini." Sehun menunjuk bra dan underware hitam Luhan dengan senyum yang sulit dijelaskan.
"Aishh kau ini!" Lalu Luhan buru-buru masuk kembali ke dalam kamar mandi untuk mengenakan pakaian.
"Wae? Ada apa lagi, Sehun-ah?" Tanya Luhan karena Sehun yang menahan pintu kamar mandi agar tetap terbuka.
"Kenapa tak pakai disini saja? Kenapa harus di dalam sana, noona? Toh aku kan juga sudah tahu luar dalam noona..." Ujar Sehun dengan wajah innocent nya. Sehun meraih tangan kanan Luhan dan menggenggamnya.
"Mwo? Aishh kau ini!"
Tanpa banyak basa-basi lagi Sehun langsung mengambil kembali pakaian yang di pegang oleh Luhan dan meletakannya di meja dekat tempatnya berdiri. Sehun mendekatkan tubuh Luhan agar lebih dekat dengan dirinya. Luhan hanya terdiam dan memperhatikan wajah Sehun. Tak mengerti apa yang diperbuat oleh Sehun. Perlahan Sehun melepaskan handuk yang melilit di dada Luhan, memperlihatkan tubuh naked Luhan kembali.
"Se-Sehun-ah..." Luhan spontan menutupi 'area pribadi' nya.
"Shttt aku tak akan macam-macam, noona. Aku hanya ingin membantu noona mengenakan pakaian ini. Jadi diamlah..." Sehun melepaskan tangan Luhan yang menutupi 'area' itu.
Sehun mengambil bra hitam Luhan dan mengenakannya tanpa bermaksud lain meski dirinya sendiri harus menelan salivanya berkali-kali karena melihat bra berisi Luhan.
1 langkah Sehun berhasil mengenakan bra Luhan. Kedua tangannya kini turun ke bagian pinggang Luhan. Luhan menggigit bibirnya untuk menahan desahannya karena sentuhan tangan Sehun. Sehun mengambil underware Luhan yang ada di antara pakaian Luhan yang lain. Underware hitam tipis Luhan yang membuat Sehun berkeringat.
Sehun mendudukan tubuh Luhan di atas meja di dekat kamar mandinya. Dirinya tak kuat untuk berjongkok dan menatap 'kemaluan' Luhan yang begitu menggoda. Sehun memalingkan penglihatannya dari selangkangan Luhan yang sedikit mengangkang. Ia mengambil underware Luhan dan buru-buru mengenakannya. Luhan menaikan sedikit tubuhnya agar Sehun lebih mudah memakaikannya.
"Sehun-ah waeyo? Kenapa wajahmu memucat begitu?" Tanya Luhan saat menyadari wajah Sehun yang memucat dan berkeringat hebat.
"Aniyo... Nan gwenchana, noona..." balas Sehun sambil mengambil hoodie berwarna merah miliknya.
"Kau yakin kau baik-baik saja?" Tanya Luhan pada Sehun yang menundukkan kepalanya.
"Ne, aku baik-baik sa- ochhhh" desah Sehun keluar saat tanpa sengaja lutut Luhan menyentuh junior Sehun yang mulai hard.
"Ahh mianhae Sehun-ah... Aku tak bermaksud un-" Luhan berhenti berbicara saat matanya fokus pada satu area.
"Mian noona... Aku baik-baik saja." Sanggah Sehun.
"Sudah... Biar aku saja Sehun-ah. Kau, duduklah. Aku tau kau sedang tak baik. Apalagi 'adik kecil'mu itu." Ujar Luhan sambil menatap bergantian antara junior Sehun dan mata Sehun.
"Ba-baiklah... Mi-mianhae noona... A-aku tak bermaksud un-untuk..."
"Ya aku mengerti. Gomawo Sehun-ah..."
CUP
Luhan mengecup sekilas bibir tipis Sehun sebelum Luhan turun dari posisinya itu.
"A" ujar Luhan tiba-tiba membuat Sehun mengerutkan kening.
"Nilaimu A. Kau lulus. Dan mulai dari sekarang Special Lesson kita berakhir." Ujar Luhan sambil tersenyum ke arah Sehun. Sehun hanya diam. Ada perasaan tak terima jika Special Lesson itu berakhir begitu saja. Ia masih ingin menyentuh dan melakukan lebih pada Luhan.
BRUKK
Luhan terpeleset dan nyaris saja jatuh ke lantai jika Sehun tak menahannya. Beruntung ada Sehun yang menahan tubuh Luhan agar tak langsung terjatuh ke lantai.
"Noona gwenchana?" Tanya Sehun pada Luhan yang kini ada di pelukannya.
"N-ne... Gomawo Sehunnie... Ah an-ni... Maksudku-"
"Gwenchana. Aku tak masalah jika noona memanggilku Sehunnie. Aku suka panggilan itu." Balas Sehun sambil tersenyum lembut pada Luhan. Pipi Luhan jadi memanas karena perkataan Sehun tadi.
"Wae? Kenapa noona terus menatapku seperti itu? Aku serius." Sehun mengelus pipi Luhan dengan lembut membuat jantung Luhan berdegup tak menentu.
"Wae?" Tanya Luhan tanpa mengalihkan pandangannya dari Sehun, tak perduli jika wajahnya sekarang sudah benar-benar memerah.
"Hmm molla... Aku suka dengan panggilan yang noona berikan padaku itu. Apa itu salah?" Sehun balik bertanya pada Luhan.
-Bukan itu maksud pertanyaanku, Sehunnie. Kenapa baru sekarang kau memintaku memanggilmu Sehunnie? Kenapa tak dari dulu saja? Apa sampai sekarang pun kau masih tak mengingat satupun tentangku?- batin Luhan.
"Noona?" Panggil Sehun menyadarkan Luhan dari lamunannya.
"A-ni... Hanya saja... Ha- Hatchiii"
"Ck lebih baik noona segera kenakan baju ini. Nanti noona bisa sakit. Akan aku buatkan minuman hangat untuk noona." Sehun segera pergi meninggalkan Luhan ke dapur.
.
.
.
Sehun bermaksud kembali ke dalam kamarnya karena sudah hampir 15 menit Luhan juga tak kunjung turun ke lantai bawah. Sehun segera melangkahkan kakinya ke lantai atas tepatnya ke kamarnya. Sehun membuka pintu kamarnya perlahan. Ia mengintip Luhan yang sedang duduk di atas tempat tidurnya sambil memegang sesuatu.
"Noona... Ini minuman untuk noona..." Sehun kembali masuk ke dalam kamarnya dengan segelas hot chocolate untuk Luhan.
"Go-gomawo Sehunnie..." balas Luhan sedikit terkejut karena kedatangan Sehun. Luhan segera menyembunyikan sesuatu yang sempat di pegangnya.
Cringg
Sayangnya sesuatu yang dipegang oleh Luhan itu terjatuh kelantai menimbulkan bunyi yang membuat Sehun penasaran. Luhan berjongkok bermaksud mengambil barang miliknya itu. Ia meraba-raba bawah tempat tidur Sehun.
"Ahh dimana sih? Ck... Tapi... Apa ini?" Luhan belum juga mendapati barang miliknya itu namun matanya menatap sesuatu yang lain. Ada sebuah buku bersampul kulit di bawah tempat tidur Sehun. Ia mengambilnya dan penasaran akan buku apa itu.
"Andwae noona! Ja-jangan dili-"
Belum selesai Sehun berbicara, Luhan sudah terlebih dulu membuka buku itu. Berkali-kali ia mengucapkan kata-kata pujian atas apa yang dilihatnya. Ia begitu takjub akan karya indah dari guratan-guratan tangan Sehun. Mata Luhan berbinar akan setiap karya yang dilihatnya lembar demi lembar. Bibirnya terus mengukirkan senyuman. Namun semuanya berubah saat ia menatap lembar terakhir.
-Oh My God!- batin Sehun.
Sehun buru-buru mengambil buku itu dari tangan Luhan dan melemparnya sejauh-jauhnya dari Luhan. Luhan hanya bisa mengerutkan alis atas tindakan tiba-tiba Sehun itu.
"Se-Sehunnie... Lukisanmu ke-kenapa..." Tanya Luhan takut-takut karena melihat semburat marah di mata Sehun.
"Karena itu!" Teriak Sehun. Luhan terkejut karena suara Sehun yang tiba-tiba meninggi.
"Karena itu aku tak mau noona melihatnya. Sungguh aku juga tak tau kenapa aku bisa melukis hal seperti itu." Jelas Sehun sambil mengacak rambutnya frustasi. Luhan hanya terdiam mencerna semua perkataan Sehun.
"Mianhae noona... Aku tau noona pasti akan menilaiku buruk sekarang." Sehun menundukkan wajahnya.
PUK
Luhan menepuk bahu Sehun membuat Sehun menatap Luhan. Luhan memberikan senyuman tulusnya untuk Sehun.
"Shhttt tak perlu kau pikirkan. Sudah lupakan saja. Aku suka lukisanmu. Terlihat sangat elegant." Ujar Luhan sambil mengelus punggung Sehun perlahan.
"Tapi..."
CUP
Luhan buru-buru mengecup bibir Sehun sebelum Sehun melanjutkan kata-katanya. Ia tak ingin berdebat dengan Sehun dan hanya dengan cara itulah Sehun akan berhenti berbicara.
Luhan memiringkan kepalanya ke kiri dan Sehun ikut memiringkan kepalanya ke kanan, berlawanan arah dengan Luhan untuk memperdalam ciuman mereka. Tak ada lelehan dan decakan saliva yang ada hanya ciuman lembut penuh perasaan. Mereka berdua sama-sama memejamkan mata, menikmati ciuman itu tanpa ada niat untuk mengakhirinya.
CKLEK
Tiba-tiba pintu kamar Sehun terbuka saat mereka berdua masih asik saling menautkan bibir. Terlihat seorang namja membulatkan matanya lebar-lebar dengan apa yang dilihat di hadapannya.
"EOMMAAAAAAA" Teriak namja itu sambil berlari ke lantai bawah. Sehun dan Luhan yang mendengar teriakan itu pun terkejut dan buru-buru melepaskan tautan bibir mereka. Wajah keduanya terlihat memerah.
"Ya Oh Sehan! Kenapa teriak-teriak seperti itu? Ada apa? Apa hyungmu menjahilimu lagi?" Tanya Nyonya Oh saat mendapati Sehan yang berlari sambil berteriak histeris.
"Eomma... I-itu... Hyung eomma.. Hyung..." Ujar Sehan terbata-bata.
"Waeyo? Ada apa dengan hyungmu?" Tanya Nyonya Oh penasaran.
"Itu eomma... Hyung..." Sehan tak tahu harus menjelaskannya bagaimana. Ia hanya bisa menunjuk kamar Sehun dengan jari telunjuk kanannya.
"Aishh ada apa sih?" Nyonya Oh langsung melangkah ke atas tepatnya ke kamar Sehun karena ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi.
"Oh Sehun, sebenarnya apa yang ter- Kau?" Nyonya Oh membulatkan matanya saat ia melihat sosok Luhan yang berdiri berdampingan dengan Sehun.
"Eomma mungkin belum mengenalnya ya. Kenalkan eomma, ini Luhan noona. Noona, ini eommaku." Dengan polosnya Sehun memperkenalkan Nyonya Oh dan Luhan bergantian.
"Eomma... Tadi aku melihat hyung dan noona ini sedang hmphhhh" Sehun buru-buru membekap mulut Sehan sebelum Sehan memberitahukan kejadian yang di lihatnya tadi pada Nyonya Oh. Sehun hanya memberikan cengirannya pada Nyonya Oh membuat Nyonya Oh memutar bola matanya malas.
"Luhan? Bisa berbicara sebentar?" Tanya Nyonya Oh pada Luhan yang dibalas anggukan oleh Luhan.
"Lulu? Kau Lulu? Xi Luhan?" Tanya Nyonya Oh dengan mata berbinar-binar pada Luhan saat mereka berdua sudah berada di depan pintu kamar Sehun.
"Ne, ahjumma. Aku Lulu. Aku kira ahjumma lupa denganku karena sudah lama tak bertemu..." Balas Luhan dengan senyum manisnya.
"Ahh Lulu... Mana mungkin eomma melupakanmu, Lu. Kau kan sudah seperti anak eomma sendiri, sayang. Sekarang kau tambah cantik dan dewasa saja, Lu." Puji Nyonya Oh melihat Luhan dari atas sampai ke bawah.
"Ahjumma bisa saja." Balas Luhan sambil tersenyum malu-malu.
"Ahh jeongmal bogoshipoyo Lulu...Kapan kau datang? Mama mu memang sempat cerita pada ahjumma kalau kau ingin kembali ke Seoul. Tapi kenapa kau sendiri tidak bilang ahjumma kapan pastinya kau datang, hmm? Aigoo..." Nyonya Oh langsung memeluk tubuh Luhan.
"Mian ahjumma... Sebenarnya aku memang sengaja bilang pada mama agar jangan memberitahu ahjumma kapan pastinya aku akan datang." Balas Luhan sambil membalas pelukan Nyonya Oh.
"Waeyo? Kenapa kau tidak mau memberitahu kami kedatanganmu, hm? Lalu kau tinggal dimana?" Tanya Nyonya Oh sambil melepas pelukannya.
"Aku ingin memberikan kejutan saja hehehe... Hmm sebenarnya aku ini tetangga baru kalian, ahjumma hehehe..."
"Aigoo... Ini benar-benar kejutan untuk ahjumma. Aigoo aigoo... Lalu bagaimana dengan mama dan baba mu? Bagaimana kabar mereka? Apa mereka kembali tinggal disini juga?"
"Mama dan baba selalu sehat kok ahjumma. Tapi mereka tetap tinggal di Beijing. Sepertinya mereka memang sudah jatuh cinta dengan kota kelahirannya, berbeda denganku hehehe... Aku sengaja kembali kesini karena ingin bertemu dengan Sehunnie." tiba-tiba wajah Luhan berubah sendu.
"Tak terasa ya. Sudah 5 tahun berlalu. Dan yah beginilah keadaannya. Tak banyak yang berubah." Nyonya Oh jadi ikut sedih juga.
"Gwenchana, ahjumma. Aku melihat Sehun sehat-sehat saja aku sudah cukup senang. Tak banyak perubahan dari dirinya. Ia masih saja jadi anak yang pemalu, manja dan of course kekanak-kanakan." Ujar Luhan membuat kekehan dari Nyonya Oh.
"Ya begitulah dia. Masih kekanak-kanakan meski usianya sudah hampir memasuki 20 ckck... Oh ya Lu... Tapi bagaimana bisa kau ada disini? Dengan Sehun? Apa ia sudah sedikit-sedikit ingat padamu?" Tanya Nyonya Oh penasaran.
"Ani. Ia masih belum mengingat apapun tentangku. Tapi kami bisa dekat karena hubungan seorang guru dan murid." Jelas Luhan membuat Nyonya Oh sedikit bingung.
"Maksudmu?"
"Aku menjadi guru pengganti sementara di sekolah Sehun, ahjumma. Hanya untuk beberapa bulan saja sih."
"Jinjja? Wah ini benar-benar sangat mengejutkan ahjumma. Semuanya seperti sudah di rencanakan membuat ahjumma terkejut ya. Lu, ahjumma minta tolong padamu. Awasi Sehun selama di sekolah ya. Karena selama ini ahh ahjumma lelah sekali dengan dia. Nilai tak pernah bagus bahkan beberapa kali hampir tak naik kelas."
"Tentu saja ahjumma. Aku akan mengawasinya sebisaku. Aku janji. Tapi hmm ahjumma... Aku punya satu permintaan. Bolehkah?"
"Ne?"

special lesson Where stories live. Discover now