Chapter 5 : Anehnya Remaja

2.1K 293 329
                                    

Hole in the Wall

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : SasuNaru

.

.

.

Wajah memerah, meski tak ada yang melihat. Menggigil sesosok manusia berambut pirang. Telah habis pikir dengan perubahan zaman. Tampaknya baru kemarin ia mengenal film biru dari teman, namun zaman sekarang segala film tanpa sensor terbuka lebar; beragam, penuh warna layaknya dunia tanpa batasan.

Dahulu, ingin berkata kasar saja harus dipendam. Jika ketahuan, akan langsung dihukum. Sanksi paling ringan paling hanya dicuci mulut menggunakan tangan, terberat mungkin ditampar bibir itu sampai jera.

Namun sekarang, mulut seolah tanpa saringan. Lisan ditutup, giliran jari mengetik kata kasar. Hukuman tak bisa menimbulkan efek jera. Segala serba bebas, serba terbuka lebar.

Contoh nyata adalah remaja di hadapannya kini yang bermulut bak comberan. Mengajak bercinta kok semudah menanyakan kabar cuaca? Naruto pening, padahal bukan mengerjakan soal ujian.

Tawa teredam oleh bunyi gebukan bantal. Sasuke memeluk perut yang kesakitan; sakit karena kebanyakan tertawa. Pasalnya, air muka sang tetangga sangat pantas dijadikan lawakan. Sungguh tak terbayangkan jika muka itu muncul sebagai meme di luaran sana.

Senyap dirasa kala tawa telah sepenuhnya tiada. Sisa-sisa euforia ditahan sedemikian rupa. Berusaha konsentrasi pada apa yang menjadi topik awal pembicaraan. Namun apa daya, tampang Naruto membuat tawa pecah tanpa terduga.

Menetralkan sikap, walau masih tersendat. Sasuke kali ini benar-benar konsentrasi. Tak mau ambil risiko perut mulas karena humor berlebih. Jaga image pasti. "Jangan pasang tampang serius seperti itu," lanjut cekikikan yang menyembur, "Enggak cocok, kayak lagi nahan poop saja."

Air mata mikroskopis dihapus dengan bujari. "Kamu mikir apaan?" Sekali lagi gelak tawa ditahan hingga muka memerah. "Percaya begitu saja kalau aku ajak ML-an?'

Naruto tak kuasa menahan merah menodai wajah. Malu tak terkira. Dipermainkan oleh remaja bau kencur. Sempat percaya dengan ajakan biadabnya. Ditambah jawaban gugup seperti kucing kebelet kawin.

Adakah yang mau membeli muka Naruto sekarang? Rasanya ia ingin menjualnya tanpa ongkos kirim, daripada mengubur itu muka dalam-dalam. Sungguh, apabila diberi keajaiban, dia ingin hidup tanpa muka biar enggak malu-maluin. Sekalian saja bermuka tembok, eh tapi jangan ding, kalau temboknya mudah runtuh seperti apartemen ini kan bahaya.

Intensitas tawa menyurut. Beruntung rahangnya tak sampai jatuh karena kebanyakan menggoyangkan mulut. Sasuke kembali memasang wajah sok keren, walaupun aslinya memang sudah keren, sih.

"Aku hanya ingin mencoba mengatakan hal itu kepada orang lain." Sasuke mengatakannya dengan tenang, seolah tak terganggu barang sedikit pun dengan badai imajiner yang diciptakan Naruto.

"Kata temanku yang sudah berpengalaman." Sasuke membentuk sebuah tanda petik menggunakan tangannya saat mengucap 'pengalaman'. "Reaksi orang yang diajak begituan itu beragam." Lagi-lagi tanda petik dibuat menggunakan dua jari telunjuk dan tengah yang digoyangkan saat berkata 'begituan'.

"Dari skala satu sampai sepuluh, nilaimu itu nol besar." Sasuke melukis bulatan menyerupai nol di udara. Naruto menyatukan alis sebab dahinya berkerut tak paham.

"Itu artinya, kamu orang yang mudah diajak mak-si-at."

Oh.

"Mudah diajak melakukan keburukan."

Hole in the Wall [SasuNaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang