"A shot of tequilla. Lo mau apa Lis?"
Kenzo yang sedang berdiri di depan bar menoleh ke arah Lisa yang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Martini!" Lisa menjawab dengan setengah menjerit, berusaha mengalahkan berisiknya rooftop bar yang mereka datangi malam ini.
Kenzo kembali duduk di sebelah Lisa dengan tequilla dan martini di tangannya. Seharusnya sekarang Lisa sudah berada di rumah. Kalaupun tidak belajar untuk ujian besok, setidaknya dia sudah bergelung di dalam selimut sambil nonton netflix. Tapi ia tidak sengaja bertemu Kenzo di store Gucci, dan double trouble itu memutuskan untuk menghabiskan malam di rooftop bar favorit mereka.
Lisa meletakkan ponselnya lalu menyesap martini miliknya. Kakinya menghentak-hentak mengikuti irama musik yang diputar kelewat kencang.
"Tumben gak vodka?" Lisa melirik Kenzo.
"Kalo gue mabok siapa yang nyetir nanti?"
"Gue." Jawab Lisa pendek.
"Terakhir kali lo yang nyetir jam dua pagi, kita hampir nabrak pagar jalan tol dan hampir mati." Kenzo menatap Lisa datar, membuat gadis itu terbahak.
"I WAS DRUNK TOO KENZO, WE HAD NO CHOICE AT THAT TIME!"
"YA GUE GAK MAU MATI KONYOL, ANNALISE!" Kenzo balas berteriak sambil menoyor kepala gadis itu.
Selesai menertawakan segala macam kekonyolan yang mereka perbuat, Lisa dan Kenzo kembali terdiam. Mata Kenzo terpaku pada DJ yang memainkan piringan hitam dan dikerubungi manusia-manusia malam seperti mereka. Sementara Lisa menatap langit luas di atas kepalanya yang malam itu bersih tanpa bintang. Gadis itu menghela nafas berat.
"Tumben stres lo mau ujian?" Ledek Kenzo, melihat wajah muram Lisa.
"Siapa juga yang mikirin ujian!" Lisa mendengus.
"Kenapa lagi cowok lo?" Tanya Kenzo, seperti menebak isi pikiran Lisa.
"Bukan cowok gue, Zo."
"Oh iya, kan belom ditembak."
Lisa menatap Kenzo sinis, lalu menoyor kepala lelaki itu.
"I feel lost, Zo."
Pandangan Lisa kembali kosong, dengan pikirannya yang melayang entah ke mana. Sementara itu, Kenzo hanya menatap gadis itu tanpa suara. Ia tahu tanpa bertanya, Lisa akan menceritakan sendiri kegelisahannya.
"I keep questioning myself, 'what are we?'. We're more than friends, but less than a lover. Kalau kata Armada, mau dibawa ke mana hubungan kita."
"Sempet-sempetnya ya Lis." Kenzo tergelak mendengar Lisa mengutip lirik lagu band metal alias melayu total itu.
"Lagu Armada tuh lebih relatable daripada Kodaline." Kata Lisa.
"DIH APAAN!" Kenzo sebagai penikmat lagu-lagu Kodaline garis keras protes.
"Lo baru setengah tahun aja udah gegana gini. Lo liat tuh si June udah kayak fakir cinta dibuat Febhy, dari jaman SMP." Celetuk Kenzo.
"Ya beda! They state their relationship as 'best friend'. In me and Dika's case, I can't call our relationship in 'friendzone' phase either." Lisa berdecak.
"Masih enam bulan, Lis. There's still a long time. Mungkin Dika gak mau buru-buru." Kata Kenzo.
"Ditambah lagi dia udah jarang bareng gue belakangan ini. Kayaknya dia ada masalah, tapi tiap gue tanya kenapa, dia selalu jawab gak apa-apa. Gue pengen bantu dia seenggaknya jadi merasa lebih baik, sama seperti dia yang selalu bantu gue. Tapi dia terlalu tertutup, Zo. Gue gak tahu harus gimana. Kalau gini ceritanya gue jadi mikir gue pernah salah apa sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Barium Beryllium; Donghyuk x Lisa
Fanfiction"You must be a compound of barium and beryllium because you're a total BaBe." - Ketika ensiklopedia berjalan bertemu dengan speaker angkot. - [2/4] of Problematic Princesses Series 🌹