Fifth

2.9K 811 77
                                    

❝ Out of breath
Out of time
Is it your turn?
Is it mine?
I can't sleep tonight❞

Hari-hari yang kulalui tidak pernah berhenti beranjak dengan cepatnya, nyaris bersamaan dengan kenangan-kenangan yang kuhabiskan bersama Taehyung—amat cepat berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari yang kulalui tidak pernah berhenti beranjak dengan cepatnya, nyaris bersamaan dengan kenangan-kenangan yang kuhabiskan bersama Taehyung—amat cepat berlalu. Tiga bulan dalam hidupku biasanya tak pernah sesingkat ini.

Selain bersama Taehyung, aku juga menghabiskan sebagian besar hariku bersama serangkaian pemikiran-pemikiran gila mengenai segala yang kiranya tengah berusaha ia sembunyikan di belakangku. Hal yang nampaknya ingin ia sampaikan, tapi tidak sanggup.

Asumsiku selalu sama sejak pertama kali Taehyung datang ke hadapanku dan memberanikan diri untuk bicara aneh di depan toilet sekolah. Bukankah mimpi tentang jatuh cinta terlalu sepele untuk disampaikan dengan tergesa-gesa? Ia jelas memimpikan hal lain.

Aku tidak paranoid kok. Aku punya alasan sendiri dimana setelah menghabiskan sebagian besar waktuku bersama Taehyung, aku mulai menyadari jika mimpinya tentangku adalah satu-satunya mimpi yang paling berbeda yang pernah ia ceritakan. Bukankah ia biasanya memimpikan bencana dan kematian?

Setelah merenungkan maksud tersembunyi Taehyung sepanjang waktu, sepertinya... Aku bakal mati. Oke, semua manusia akan mati. Tapi nampaknya sisa waktuku jauh lebih sedikit dari yang sanggup kubayangkan.

Tentu ini mengerikan, membuatku kerap mengalami gangguan kecemasan yang berlebihan. Seperti ketika aku akan pergi tidur, aku takut takkan terbangun lagi. Atau ketika aku mandi di kamar kecil, akan ada hal tak terduga terjadi dan membuatku mati telanjang di sana, serta hal-hal sepele lainnya sering mengejutkanku tanpa sebab.

Bagaimanapun, aku harus tahu rincian kematianku.

Bagaimanapun, aku harus tahu rincian kematianku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tae." Tegurku di tengah-tengah sesi kencan singkat kami di taman sepi pengunjung tak jauh dari komplek rumah, "Kau mungkin menyembunyikan sesuatu. Tapi aku terlalu pintar untuk tidak tahu." imbuhku sembari menggerayangi pemandangan langit malam dengan tatapan kosong, berusaha terlihat tenang yang nyatanya tidak sama sekali.

Saat itu Taehyung memutar-mutar kedua bola matanya, antara kebingungan dan gugup—berusaha mencari untaian jawaban yang dirasanya tepat. "Tidak ada yang kusembunyikan tuh."

Fine.

Aku diam-diam melihat Taehyung dari sudut mataku. Ia sedang bersedekap, masih berusaha keras memutar isi kepalanya. Dia manis seperti kemaren-kemaren; polos dan susah berkelit.

"Sebenarnya aku bakal mati 'kan?" Serangku lalu beralih mengamati raut wajahnya. Ia belum menyahut apapun tetapi satu bulir air mata jatuh menuruni pipinya dalam geming. Aku tetap bersikukuh, "Aku hanya ingin tahu, aku bakal mati dimana dan bagaimana."

"Itu tidak akan terjadi."

"Sederhananya aku hanya ingin tahu kapan dan mengap-"

Taehyung meraih dan mencengkram lenganku, menatapku geram dan tersakiti, seakan aku baru saja menorehkan luka di hatinya, "Aku bilang itu tidak akan terjadi dan aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi!"

Aku terkejut dan napasku tercekat,karena untuk kali pertamanya, Kim Taehyung membentakku di depan wajahnya.

Nyaris terjebak dalam keterkejutanku, aku berusaha menarik lenganku kembali, sedikit menyentak Taehyung dan berhasil. Pada detik selanjutnya aku merasakan cengkraman erat yang melemah dan telapak tangan yang kehilangan kehangatannya. Bodoh. Kim Taehyung benar-benar tidak tahu cara berbohong.

Sekarang wajah Kim Taehyung bak bocah 5 tahun yang ling-lung, lupa dimana jalan pulang. "Percayalah, kau akan baik-baik saja." Ungkapnya lirih.

Ucapannya membuatku jatuh dalam rengkuhannya. "Kau bukan Tuhan, Tae."

Pada malam musim gugur yang sibuk berhembus itu aku menghadiahinya ciuman pertama kami. Tepat bagaikan potongan film-film roman picisan yang kusaksikan di layar televisi, ia menciumku di bawah lampu taman yang pendar nan temaram. Di bawah langit malam yang bersih. Di payungi ratusan bintang-bintang. Di tengah semilir angin. Di ujung maut.

Taehyung tak kunjung melepaskan wajahku dari tangkupan tangannya, rembesan air mata di pipinya pindah ke wajahku, aku nyaris kehabisan napas hingga aku merasakan ia menggumam lirih di tengah ciuman romantis kami. "Maaf..."

TBC

A/N Bagian Taehyung ini emang short story yang tidak short. Akunya memohon maaf ya, masih ada part 6. terima kasih sudah berkunjung, jangan lupa vote dan commentnya ^^

Ilusm | Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang