DUDA-1

3.2K 356 17
                                    

"Atas nama siapa, kak?" Tanya orang yang sedang di hadapannya sekarang.

"Seulgi."

Setelah beberapa menit menunggu pesanan, Seulgi memilih duduk di pojok dekat pintu masuk. Karena menurutnya itu spot paling pw.

Seulgi Aidyn, si penikmat hidup

bersama dengan kesendiriannya.

Kira-kira udah tiga tahun Seulgi nggak pacaran. Dia bener-bener sangat menikmati hidupnya menjadi teller bank dengan gajih yang terjamin.

Seulgi itu perantau, dia anak pertama dari dua bersaudara. Orang tuanya tinggal di Bandung sedangkan dia di Jakarta.

Sang Ayah adalah dosen di salah satu kampus negeri di Bandung, adiknya Daniel masih duduk di bangku SMA bekas sekolah Dilan dan Milea dulu. Sedangkan Ibu nya hanya sebagai Ibu rumah tangga.

Dulu Seulgi sempat ingin menjadi seorang dosen mengikuti jejak Ayahnya, tapi ia merasa kalo dia bener-bener nggak sanggup.

Maksudnya, Seulgi takut kena karma. Seulgi pernah jadi mahasiswa dan selalu menjelek-jelekan dosen atau guru di belakang. Memanggil mereka dengan sebutan yang aneh-aneh. Gimana kalo Seulgi mau jadi dosen? Mau di panggil apa dia?

Guru kucing? Soalnya matanya kaya kucing? fuck!

Setelah satu jam dia duduk di sana. Seulgi ingat, di rumah kontrakannya nggak ada apa-apa. Kol di kulkas pun nggak ada sama sekali.

Seulgi berjalan ke Giant untuk berbelanja bulanan. Kebutuhannya semua dia beli, nggak takut buat merasa kekurangan uang, karena kemarin dia baru saja mendapatkan gajih di bulan ini.

Seulgi menghela napas panjang saat melihat kasir mengantri cukup panjang. Tidak heran kenapa dari jejeran kasir sebanyak ini ramai di karenakan awal bulan.

Sekarang gilirannya, Seulgi mulai menggesekan kartu ATM-nya untuk membayar semua belanjaannya.

Dia melihat ada es krim Baskin Robbins di tengah sana. Kayak orang latah, Seulgi segera melangkah untuk membeli es krim tersebut. Seulgi berdiri beberapa menit sambil melihat menu yang terpampang di situ.

"Double scoop. Rasa vanilla aja deh."

Are you serious, Seulgi? Berdiri lama ujung-ujungnya vanilla?

Seulgi mulai menjilat es krim miliknya, enak banget. Dia juga sangat menikmati, seperti dia menikmati hidupnya.

Sampai akhirnya Seulgi menduduk karena dia merasa blazer yang dia pakai seperti ada yang menarik-nariknya.

"Aunty, i want ice cream!" Ucap anak kecil tersebut. Masih menarik-narik blazer Seulgi.

"Eh?" Seulgi berjongkok, menyamaratakan tingginya kepada anak tersebut. "Where's your mommy, boy?" Tanya Seulgi. Menggunakan bahasa inggris juga. Ketara sih, anak kecilnya keliatan banget bule.

"I don't have a mommy." Jawab anak tersebut.

"Wah, lawak nih anak." Seulgi bergumam kecil. "Mas, satu lagi. Hm..... value scoop rasa cokelat." Ucap Seulgi. "Nih.." Seulgi berjongkok kembali.

"Thankyou, aunty!" Ucap anak tersebut.

"Sean, where are--- Oh my god!"

Seulgi langsung menoleh saat mendengar suara tersebut.

"Sean, duh.. no!" Laki-laki itu berusaha mengambil alih es krim yang ada di tangan anak kecil tersebut.

"Dad! It's from aunty!" Ucap anak tersebut. Seulgi langsung nggak enak gini di liatin sinis sama laki-laki itu.

"Iya, nggak masalah. Tapi Sean, kamu kan tau kalo nanti kamu bakalan batuk?" Ucap laki-laki tersebut.

"Mmm pak, tadi dia tiba-tiba dateng dan minta es krim sama saya terus----" Belum selesai Seulgi ngomong tapi udah di potong aja. Keliatannya sih boss.

"Iya, nggak apa-apa." Ucap laki-laki itu sedikit menoleh kepada Seulgi lalu menatap kembali anak laki-laki itu. "Let's go home, Sean!" Kata laki-laki itu. "By the way, makasih ya." Lanjutnya. Sudah mengambil dompetnya dan mengeluarkan selembar uang.

"Lah? Bapak mau ngapain ini?" Tanya Seulgi kebingungan saat tiba-tiba laki-laki itu memberinya uang seratus ribu rupiah.

"Buat gantiin uang kamu." Jawabnya.

"Eh, nggak usah pak, nggak apa-apa juga." Tolak Seulgi.

"Saya nggak enak sama kamu. Sudah ambil aja ini." Laki-laki ber-jas tersebut malah menaruh lembaran uang tersebuat ke dalam kantong plastik belanjaan Seulgi tadi kemudian pergi meninggalkannya.


* * *

T

bc


DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang