Ini udah jam setengah lima pagi, alarm Sehun berbunyi. Dia nengok ke Sean yang masih tidur. Sebelum beranjak dari kasur, Sehun mencium pipi Sean lebih dulu. Semalam, Sehun udah packing perlengkapannya untuk ke Australia sekaligus baju-baju Sean untuk menginap di rumah Seulgi beberapa hari kedepan.
See? Hidupnya bahkan nggak enak seperti orang-orang menilainya. Dimata orang-orang Sehun si banyak duit yang hidupnya penuh santai. Padahal nggak. Dia harus beraktifitas seperti perempuan yang udah punya anak.
Kenapa nggak nyari babby sitter buat Sean, sih?Sehun nggak gampang percaya sama orang, jadi ya susah. Kadang juga Sehun ngerasa kalo Sean nggak nyaman sama salah satu babby sitter Sean atau sebaliknya. Ada juga yang pernah seenaknya aja sama Sean.
Sampai akhirnya Sehun nemu yang pas, udah cukup umur, Sehun liat Sean nyaman banget. Orangnya juga baik banget, Sehun langsung percaya pas baru seminggu jadi babby sitter Sean. Terus sekitar beberapa bulan, orang itu izin pamit pulang dan nggak bisa ngerawat Sean lagi karena anaknya sakit parah dikampung.
Sehun juga nggak ngerti sakit apa. Tapi, sampai sekarang biaya rumah sakit Sehun yang biayain. Kadang juga Sehun ngirim uangnya dilebihin buat biaya sehari-hari mereka. Sehun pernah bilang, "kalo emang udah waktunya ke dokter telpon saya aja." Nah, yang bikin Sehun bingung, kenapa orang itu udah nggak nelpon Sehun lagi? Atau udah sembuh?
Pokoknya yang Sehun inget, Sehun ke kampung halaman Bu Sumi dua bulan lalu. Anaknya terbaring gitu aja dikasur. Badannya kurus, mukanya juga pucat. Apa mungkin sekarang anaknya udah sembuh mangkanya Bu Sumi nggak nelpon Sehun lagi?
Sehun membuka bajunya, dia akan mandi lebih dulu sebelum sholat subuh.
Sehun si banyak duit yang nggak pernah lupa sama Tuhan yang memberi kenikmatan seperti sekarang. Dan nggak pernah lupa untuk berterimakasih setiap hari kepada-Nya.
Dia mandi sekitar lima belas menitan. Lalu dia sholat kemudian membuatkan sarapan untuk Sean. Selesai membuat sarapan, Sehun kembali kekasur menghampiri Sean, mengganggu Sean yang lagi tidur sambil terus menerus mencium bibir Sean.
Sean merasa terganggu dan akhirnya bangun. Sehun langsung tersenyum lebar yang dibalas senyuman juga sama Sean.
"Bangun, yuk?" Sehun mulai menggendong Sean keluar kamar. "Sean Papa anterin ke rumah aunty." Lanjut Sehun.
"Aunty?" Tanya Sean bingung, masih mengucek matanya.
"Hm, aunty Seulgi." Sehun menurunkan Sean kemudian membuka pempers Sean dan baju tidurnya. Sean mandi dengan kedinginan. Ini baru jam lima lewat. Sean nggak biasa mandi jam segini.
Sehun mengeringkan tubuh Sean, memakaikan Sean kemeja putih tangan panjang dan celana pendek selutut kemudian memakaikan Sean sepatu. Ganteng banget Sean, Sehun jadi inget foto kecil dia yang mirip banget sama Sean.
Sehun meninggalkan Sean dimeja makan sambil memakan roti berisi keju dan segelas susu karena Sehun ingin bersiap-bersiap.
Setelah selesai dengan semuanya, Sehun membawa kopernya dan tas yang berisi perlengkapan Sean. Kopernya diseret, tas Sean ia gemblok dan Sean ia gendong. Sampai akhirnya Sehun dan Sean memasuki mobil.
"Sean, daddy pergi ke Australia. Sean tinggal sama aunty Seulgi? Okay? Jangan nakal dan nggak boleh buat aunty capek. Nurut sama aunty, okay? Promise?" Ucap Sehun kepada Sean.
Sedih banget rasanya, biasanya Sean sama Mamanya Sehun atau sama adik perempuan Sehun. Tapi Mama dan Papanya lagi nggak di Indonesia. Dan adik perempuannya lagi liburan dan juga nggak di Indonesia. Ini Sehun mau ninggalin anaknya sama orang, sedih banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA
General FictionHidup Seulgi tidak lagi tenang ketika bertemu dengan duda anak satu ini. [seulhun stories]