Papa

1.8K 110 24
                                    



Kami terkejut sekaligus kalut menerima kenyataan bahwa..



Bahwa..



Bahwa papa ... hiks



Papa ... hiks



Papa udah ... hiks



Papa udah meninggal!!

Huaaaaaaaaa..





Papa udah meninggalkankan kami..





















tanda-tanda kalo dia siuman, tadi aku melihat jarinya bergerak.

"Ponsel kamu cahayanya nyalain dong Win! Om gabisa lihat apa-apa nih, sebenernya Om bisa nerangin ruangan ini dengan aura pangeran Om, Cuma Om takut kalo rumah sakit ini hancur saking dahsyatnya pesona Om" suara om Baek memecah keheningan

"waduh maaf Om, tangan aku lagi gendong (Y/N). Ponselnya ada di saku celana belakang, nih Om ambil aja sendiri atau aku yang ambilin tapi Om gendongin (Y/N) dulu? Tapi kan ini kewajiban aku sebagai suami. Aku juga udah janji ke Papa bakalan jagain dia, yaudah Om ambil sendiri nih" Winwin membalikkan badan

"Eh tapi percuma, Om Baek kan ga bisa lihat aku lagi dimana sekarang. Aku ambilin aja ya Om, tapi ntar (Y/N) jatuh. Udah lah ambil sendiri aja nih Om... Tapi ntar aku ga sopan dong nyuruh-nyuruh orang tu"

"lanjutin terus! aku cium kamu!" potongku..









Jelas bukan aku, itu Om Baek yang ngomong.

Winwin kicep, aku mengalungkan tanganku di lehernya menutup mataku rapat-rapat. Jantungku berdetak kencang dan udara di sekitarku searasa menghilang.

Jujur saja aku ini seorang achluophobia-takut akan kegelapan.

"udah balik badan, om ambil sendiri" setelah itu Om Baek menyalakan lampu ponsel menuju ke luar ruangan.

Beberapa menit kemudian lampu menyala kembali. Winwin mendudukkanku di samping papa, mengambil air minum dan memberikannya padaku.

Ia mengusap peluh di dahiku. "aku di sini chagiya"

Aku menatap winwin yang sedang menatapku.

Kami bertatapan cukup lama lalu ia mendekatkan wajahnya perlahan menyapu jarak diantara kami, terus mendekat hingga kurang dari sejengkal ia berhenti.

Menatap kedua bola mataku dalam lalu kembali mendekatkan wajahnya, bisa ku rasakan hembusan napas hangatnya.

Aku memejamkan mata dan..

"EKHEM!!"

Tiba-tiba suara deheman keras mengalihkan tatapan kami ke sumber suara.

Baik aku maupun Winwin terkejut melihat siapakah gerangan yang mengganggu momen romantis suami istri.







Ke-5 suamiku yang lain berdiri di dekat pintu sambil melipat tangan di depan dada dan melirik sinis ke arah Winwin.

"kami butuh penjelasan!" seru Taeyong dengan nada sarkas menekan setiap kata yang diucapkannya.

"a-ah i-i-itu anu.. hemmm a-a-anu itu..." gagap winwin sambil menggigit bibir bawahnya. Ia menjambak rambutnya frustasi melihat raut wajah suami lainnya.

Aku hendak mengeluarkan suara, namun suara geraman Papa membuatku menghentikan niatku dan menoleh ke arahnya.

"(Y/N)" ucap Papa seperti gumaman.

PoliandriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang