part 9

195 12 1
                                    

Jangan lupa vote and comment ya💖

Seketika lamunan gue buyar.

"Iya, knp mang?" tanya gue.

"Dari tadi saya perhatiin non ngelamun terus, ada masalah?"

"Eng- itu mmm enggak kok. Aku gak kenapa-napa mang."

Mang Yono hanya mengangguk pertanda mengerti.

Gue memutuskan untuk main hp daripada ngelamun gak jelas lagi. Ternyata, banyak banget spam chat dan telepon tidak terjawab dari Dinda. Gue tau dia pasti cemas karena takutnya gue marah.

Setelah sampai di sekolah, gue langsung pergi ke kelas, walaupun gue tau nanti pasti canggung banget.

"M-man" sapa Dinda.

Gue mencoba untuk terlihat biasa saja di depan Dinda. Gue memutuskan untuk bersikap seolah-olah kemarin tidak pernah terjadi apapun.

Gue tersenyum. "Haii" sapa gue balik.

"Yang kemarin itu--"

"Udahlah Din, gue udah gak mikirin kok."

"Tapi lo harus tau sesuatu Man."

Gue hanya diam, menunggu apa selanjutnya yang akan Dinda katakan.

"Gue sama Bimo it---" ucap Dinda terpotong karena Bu Diah, guru bahasa sunda udah datang untuk ngajar kelas gue.

Bu Diah adalah guru bahasa sunda yang paling peka. Gimana gak peka, setiap ada muridnya yang bisik-bisik aja waktu dia ngejelasin, pasti dia tau dan langsung nyuruh murid itu ke depan kelas.

Gue hanya bisa memendam rasa penasaran gue. Gue mau nanya ke Dinda tapi gue gengsi, nanti disangkanya gue kepo banget. Dan juga gue yakin Dinda gaakan berani ngomong di jam pelajaran Bu Diah.

Pelajaran Bu Diah pun selesai. Sekarang adalah jam pelajaran Pa engkos, guru matematika. Tapi katanya Pa engkos lagi sakit. Jadi ia hanya memberi tugas.

"Man ke kantin yuk" ajak Dinda.

Loh? Bukannya tadi dia mau bilang sesuatu ya? Kok malah ngajak ke kantin sih-_-
-batin gue.

"Malah ngelamun dia, buruannn" Dinda langsung narik tangan gue keluar kelas menuju kantin.

"Din, lo yang pesen ya. Gue mau mie ayam sama jus jeruk."

Dinda mengacungkan jempolnya.

Sekarang, gue ngerasa semua nya baik-baik aja. Dan juga gue ngerasa Dinda pun begitu. Dia udah seperti biasa. Walaupun gue masih penasaran apa 'sesuatu' yang mesti gue tau.

"Nih pesanan lo Man."

"Makasihhh Din."

"Iya. Udh buruan dimakan."

Gue dan Dinda pun memakan pesanan masing-masing. Hening. Tidak ada yang bersuara diantara kami. Gue paling gasuka moment awkward kayak gini.

Pada akhirnya, gue harus melupakan gengsi dan ngalah untuk menanyakan 'sesuatu' itu. "Bukannya tadi lo mau bilang sesuatu ya ke gue?"

"Ish! Kenapa lo ga bilang dari tadi sih. Gue lupa tau."

Lupa katanya?-_-

"Tapi gue bingung harus mulai dari mana Man."

"Mulai dari mana aja yang lo bisa Din."

"Okey. Pertama, gue kemarin itu sama Bimo di mall, Bimo curhat tentang lo ke gue. Kedua, Bimo bilang dia suka sama lo." jelas Dinda dengan cepat.

"Tapi, bukannya dia pacaran sama Bunga ya?" tanya gue.

"Katanya sih itu hubungan bisnis. Jadi, orang tua mereka tuh kerja sama gitu. Nah anak-anak nya ya dijodohkan. Lo tau lah orang kaya itu gimana."

Gue hanya meng-angguk anggukan kepala pertanda mengerti. Lebih tepatnya, supaya Dinda gak sadar kalau gue salting.

Bimo yang selama ini gue suka akhirnya suka juga ke gue? Akhirnyaaaaa -batin gue

Vomment for next part👌

AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang