part 11

229 17 5
                                    

Jangan lupa vote and comment💖

"Kakak?"

"Iya. Gue juga mau sedikit cerita ke lo tentang diri dan kehidupan gue yang sebenernya."

Gue menganggukan kepala.

Setelah gue dan Bimo mendoakan almarhum kakaknya. Bimo ngajak gue ke bangku sekitar makam.

"Man"

"Iya?"

"Sebenernya, gue gak sebahagia seperti yang terlihat. Gue bener-bener gak bahagia sama hidup gue Man."

Gue mengelus-elus pundak Bimo. Gue gak tega ngeliat Bimo kayak gini.

"Cerita yang mampu lo ceritain aja Bim."

Bimo tersenyum. Senyuman yang tidak bisa diartikan. "Kakak gue meninggal sewaktu dia kabur dari rumah. Dia kabur karena gamau dijodohin sama orang tua kami. Jdi waktu itu ada orang yang tabrak lari dia. Dan kakak gak bisa tertolong."

Bimo meneteskan air matanya. Gue dapat merasakan dengan jelas kesedihan yang tengah ia rasakan.

"itu yang membuat gue sampai sekarang benci sama orang tua gue sendiri. Mereka malah melakukan hal yang sama ke gue. Mereka menjodohkan gue sama Bunga. Wanita yang gak gue suka sama sekali."

Bimo memeluk gue erat. "Gue sayang sama lo Man. Gue tau lo juga sayang sama gue kan?"

Gue terdiam. Entah kalimat apa yang pantas keluar dari mulut gue.

"jawab Man"

Gue mengangguk pelan. Hanya itu yang bisa gue lakulan.

Bimo melepaskan pelukannya.

"Gue mau lo jadi milik gue Man. Gue gamau hidup bersama seseorang yang gak gue cinta sama sekali. Gue gasuka sama Bunga."

"Tapi lo harus inget Bim. Biar bagaimana pun, lo itu udah jadi milik Bunga."

"Gue gak perduli. Gue cinta sama lo. Gue bakal memperjuangkan itu. Lo mau kan?"

Jujur gue emang mau. Gue bahagia. Tapi gue cukup munafik untuk mengakui semuanya. Gue terlalu takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Cinta memang paling bisa membuat seseorang menjadi pribadi yang sangat egois. Apa-apa yang tidak mungkin harus menjadi mungkin.

Walau begitu, gue gak bisa membohongi diri gue sendiri. Gue sayang sama Bimo. Gue ingin jadi milik dia. Ada di samping dia. Walau bukan untuk selamanya.

"Gue gatau Bim. Gue terlalu takut."

"Ada gue disini Man. Lo gak perlu mikirin hal yang sebenernya gak perlu lo pikirin."

Gue memandang lekat mata coklat Bimo.

"Gue mau."

Bimo meluk gue. Berbeda dengan tadi. Pelukan kali ini sangat hangat dan menenangkan.

"Aku janji akan selalu ada buat kamu Man. Kapan pun dan dimanapun. Tapi, kita gabisa mengumbar semuanya Man. Kita harus pacaran diem-diem."

Bimo mengubah gaya bicara lo-gue jadi aku-kamu.

"Bim, sesuatu itu gak harus selalu diumbar. Terkadang, sesuatu yang sering diumbar itu lama-lama akan menjadi hambar."

Gue melepaskan pelukan Bimo.

"Udah ah balik yuk" ajak gue.

"Gamau ah"

"Udah sore Bim"

"Yahh, belum juga jalan-jalan juga ihh" rengek Bimo.

"Ih apa sih lo Bim" gue terkekeh geli melihat kelakuan Bimo yang seperti anak kecil yang tidak dituruti kemauannya.

"Bilangnya jangan 'lo' dong" ucap Bimo.

"Terus apa dong?"

"Terserah kamu aja. Sayang boleh, ay boleh, honey boleh, cinta juga boleh."

"Ih jiji banget."

Gue dan Bimo tertawa geli menertawakan ucapannya yang alay bin lebay itu.

"Yaudah yuk pulang."

Berbeda dari biasanya. Kali ini Bimo tidak hanya memberikan helm, tapi juga memakaikannya di kepala gue.

Setelah itu gue pun naik ke motor. Bimo narik tangan gue supaya melingkar di perutnya.

"Biar gak jatoh" ucap Bimo.

Gue hanya bisa tersenyum, menyembunyikan rasa gugup gue.

Gue gak pernah menduga sebelumnya. Bimo yang notabenya cowok yang paling gue suka, menyatakan perasaannya di makam. Ya, pasti menurut banyak orang, menyatakan perasaan di makam bukanlah hal yang romantis. Tapi, bagi gue, mau dimanapun tempatnya itu sudah cukup. Apalagi, ini makam kakaknya, orang yang ia amat sayangi.

VOMMENT FOR NEXT PART YA👌
Jangan lupa follow juga;)

"Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!" - Ir. Soekarno

Dirgahayu ke-73 Indonesiaku!

🇮🇩🇮🇩🇮🇩

AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang