#2

34 3 2
                                    

"Selamat pagi Tuan, apa kau menikmati tidurmu? " sapa Chen.

Heizel hanya meliriknya. Ia baru saja selesai berburu, karena sudah hampir 10 tahun dia menahan diri untuk meminum darah segar.

Chen berjalan menghampirinya. Dia memiringkan kepalanya menyelidiki apa yang telah dilakukan tuannya.

"Tuan ini apa?" Chen mengusap cairan merah dipipi Heizel, dia mencium bau cairan merah itu.

"Eh ini darah rusa, tuan apa kau—" Chen tak melanjutkan ucapannya dia memilih menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Tuan..." ucap Chen.

"Apaa?" Jawabnya ketus. Sambil bergerak membelakangi Chen, Heizel melepaskan pakaiannya yang kotor karena habis berburu. Bermaksud untuk membersihkan diri.

"Mungkin nanti saja tuan." Chen tersipu malu melihat tuannya yang sedang bertelanjang dada itu.

"Kau...kau berhentilah memanggilku Tuan, aku bukan tuanmu."

"Dan untuk namamu, aku tak suka ,ganti saja. Namamu itu sangat kuno." Tambahnya

"Taapi Tuan, menurutku itu nama yang bagus. Nama mu juga menurutku sangat kuno." ledeknya.

"Jeslin, kau kunamai Jeslin."

"Jeslin? Tuan sungguh kau memberikanku nama yang itu?" Jawab Chen gembira.

"Kau ini kan rubah, dan kau ku pelihara. Jadi aku memberikanmu nama sesuai keinginanku." Jawanya dingin.

"Oh baiklah, mulai sekarang namaku Jeslin." Tersenyum riang, karena sudah diakui sebagai peliharaan . Memang konyol tapi dia tak punya pilihan, di dunianya sekarang dirinya sebatang kara.

Tring.

Chen—maksudnya jeslin, dia melakukan perubahan pada penampilannya. Bergaya seperti para bangsawan. Yang membuatnya semakin cantik dan elegan.

"Jadi kau sudah pulih?" Tanya Heizel

"Hmmm sepertinya belum sepenuhnya, aku merasakan sedikit demi sedikit kekuatanku kembali padaku, tapi waktunya lambat." Ucap Jeslin sambil mengeryitkan bibirnya.

"Tuan, kau tahu kan aku ini Huli Jing, walaupun aku lemah aku takkan mati begitu saja."

"Aku bukan tuanmu." tambah Heizel.

"Emm ya maksudku Heizel, aku ini Huli Jing yang kejam. Aku bahkan bisa menghancurkan sebuah kerajaan kalau aku mau, meskipun wanita aku ini sangat kuat." tegasnyaa bangga.

"Aku tahu, kau ini Huli jing. Makhluk mitologi terkuat yang kemudian tersesat di hutan kematian karena tersandung dan terlilit tanaman duri. Kau memang kuat." jawab Heizel mengejek.

"Ahh haha Heizel kau tak perlu cerutakan yang itu, aku jadi malu." Benar saja, pipi gadis rubah itu memerah karena malu.

"Dulu...Aku sering menggoda para lelaki tampan di istana dan mengajaknya menikah. Dan tanpa sengaja aku slalu berakhir dengan membunuh mereka. Hahahaaa. " jelasnya bangga.

"Lalu kenapa kau bisa sampai disini gadis rubah? "

"Hmm itu, mungkin karena kenakalanku. Seingatku waktu itu aku memainkan sebuah cermin, dan di dalam cermin itu aku melihat pancaran merah terang. Aku menyentuhnya, setelah itu mungkin aku terhisap." Ucapnya sambil mengingat-ngingat kejadian sebenarnya, karena ia sendiri pun tak yakin kejadian yang sebenarnya.

"Hmmm begitu ya" jawab Heizel menimbang.

"Heizel" tanya Jeslin hati-hati.

"Apa?"

"Mungkin kau ini makhluk berdarah dingin, tapi sebenarnya kau ini baik."

"Baik?" Jawab Heizel bingung.

Seketika manik yang ada di kepala Jeslin mengeluarkan cahaya, mata coklatnya berkilauan."Suatu saat kau akan menyadarinya, dan akan ada seseorang yang mampu membimbingmu. Dia akan menghancurkanmu tapi dia juga yang akan mencintaimu."

"Apa yang kau bicarakan?" Tanya Heizel mencoba memahami ucapan gadis rubah itu.

Cring.

Cahaya itu seketika padam.

"Maafkan aku Heizel, sepertinya tadi Qurem berbicara padamu."

hening——

Heizel pergi meninggalkan Jeslin, menatap keluar jendela membiarkan hembusannya angin membelai pipinya. Ia teringat masalalunya di Kingdom Plox.

Ingat akan dirinya yang sering membuat masalah dengan Sang Lord dan para bangsawan. Masalah yang slalu dibawanya, yang membuat kaum warewolf mempertanyakan perjanjian mereka. Yang sangat berpengaruh terhadap perdamaian keduanya.

Shhhhhh. Wushhhhhhh

🌙🌙🌙🌙🌙🌙

○●○

SnowdropTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang