Mark berjalan masuk ke wilayah sekolahnya dengan langkah berat. Berat, tentu saja. Berat dengan ujian-ujian harian yang ia lewati selama dua minggu, ditambah lagi dengan tugas-tugas yang pastinya tak kalah banyak dari ujian harian yang tidak ia ikuti. Rasanya Mark tidak ingin kembali ke sekolah dan menjadi atlet basket saja, namun mau bagaimana lagi. Ia juga dapat menjadi atlet basket yang diakui karena sekolahnya tercinta itu.
Untung saja turnamen kemarin berhasil ia akhiri dengan kemenangan. Ya setidaknya meskipun nantinya ia gagal dan mendapatkan nilai-nilai jelek untuk semester ini, ia masih dapat membanggakan sesuatu.
Sorakan riuh menyambut lelaki berambut hitam legam itu saat ia melangkah masuk ke kelasnya.
"Kapten kitaaaa!" Riuh sang ketua kelasnya, Park Woojin, yang biasanya tidak peduli pada Mark maupun teman-teman kelas yang lain. Ketua kelas yang lebih pantas disebut sebagai ketua diri sendiri.
Teriakan sang ketua kelas pun semakin mengundang respon dari teman-temannya yang lain. Semuanya bersorak dengan gembira, bahkan beberapa menghampiri Mark untuk sekedar menjabat tangannya sebagai ucapan selamat atau memberikan sebuah tos yang menurut Mark adalah tingkah sok akrab.
Hampir semuanya terlihat bahagia, bahkan sedikit berlebihan, kecuali gadis itu. Gadis bersurai legam sepunggung yang hanya tersenyum simpul kepada Mark ketika tatapan keduanya dipertemukan.
"Sepi ya gak ada gue?" Setelah suasana kelas sedikit lebih tenang karena suara bel masuk, Mark pun menempati bangku di samping sang gadis. Sebuah gelengan cepat menjadi jawaban dari pertanyaan sang kapten basket.
"Tenang. Bisa belajar gak ada gangguan." Jelas gadis itu sambil mengeluarkan buku catatan serta alat tulisnya dari tas yang berwarna oranye miliknya.
Mark dapat melihat gadis itu menahan tawanya. Tentu saja. Ia yakin betul kalau Mina merindukan keberadaannya selama dua minggu ia menghilang untuk berjuang demi gelar juara bagi almamaternya itu.
ℳℳ
"Nih." Tangan mungil itu menyodorkan sebuah catatan kecil yang berisi tulisan-tulisan. Diatasnya terdapat sebuah judul yang tertulis dengan besar:
'WHAT DID MARK MISS IN TWO WEEKS'
Mark merotasikan matanya dengan malas sembari mengambil buku catatan kecil yang barusan Mina sodorkan kepadanya. Rentetan tulisan yang sangat amat malas Mark baca satu persatu. Bukannya ia bodoh atau bagaimana, siapa sih yang suka dengan tugas menumpuk? Belum lagi harus mengejar ketertinggalan materi. Mark rasanya mau kembali ke Kanada saja.
1. PR matematika, buku cetak halaman 45-47. Rumusnya ditulis sama latihan soalnya dikerjain. Dikumpulin hari Rabu.
2. Biologi, rangkuman halaman 38-43. Dikumpulin hari Selasa.
3. Proyek seni musik grup (grupnya sama kayak proyek seni rupa) ditanyain progress.
4. Ujian harian matematika bab limit sama trigonometri
5. Praktikum golongan darah. (langsung ngomong ke ibunya aja)
6. Mina's first date with Woojin!! HEHHEE.
Kedua mata itu terbelalak saat melihat nomor terakhir dari catatan itu. Ia melontarkan pandangan kaget ke bangku sang gadis yang berada tepat di sebelah bangkunya. Sial, ia malah menemukan Mina sedang berbincang dengan si ketua kelas. Entah apa yang mereka bicarakan, namun sepertinya sesuatu yang menyenangkan. Beri tahu Mark kalau mereka sudah selesai.
Tak lama kemudian, Woojin pun pergi bersama teman-temannya untuk ke kantin. Mark berusaha untuk memasang wajah yang tenang dan ia yakin betul ia berhasil. Atau mungkin Mina menangkap ekspresi itu salah.
"Tenang aja, nanti aku bantuin ngerjain. Bawa bekel gak?" Tanya Mina sambil mengeluarkan kotak makan berwarna oranye yang ia bawa setiap hari. Mark menggelengkan kepalanya malas lalu segera berdiri dari bangku yang ia duduki.
"Makan di kantin aja." Ajak Mark. Gadis berpipi gempal itu pun mengangguk dengan cepat lalu mengikuti langkah Mark yang berjalan keluar dari kelas mereka.
Kantin cukup ramai, namun keduanya berhasil mendapatkan tempat duduk yang strategis menurut Mark. Tidak terlalu jauh dari stan makanan, tidak terlalu ramai, dan jauh dari jangkauan Park Woojin. "Bentar ya, gue ambil makan dulu." Mina pun mengangguk sebagai sebuah respon.
Gadis itu dengan antusias membuka kotak makanan yang ia bawa dan tersenyum tipis saat melihat sang ibu ternyata benar-benar memasukkan makanan kesukaannya pagi itu. Ia pun segera menutup kotak bekalnya lagi dan memutuskan untuk menunggu Mark sebelum menyantap makanan di dalam kotaknya.
"Jadi..."
Mina segera melontarkan pandangannya ke arah laki-laki itu. Mark duduk dengan santai di bangku yang bersebrangan dengan yang Mina duduki lalu meletakkan nampan yang berisi makanan di atas meja. "Datenya ngapain aja?"
Pertanyaan itu memancing sebuah senyuman tipis di bibir tipis sang gadis. Terlihat jelas terjadi sebuah perubahan emosi di dalam diri gadis itu.
"Cuman makan doang sih. Terus main ke book store." Jawab Mina, pipinya sedikit merona setelah selesai dengan kalimatnya. Mark mengangguk dengan malas, lalu mulai menyantap makanannya.
"Gak rame amat."
Sebelum makanan Mina sampai ke mulutnya, gadis itu lebih memilih untuk menaruhnya kembali ke kotak bekal dan menutupnya dengan segera.
"Enggak rame emang! Dibandingin waktu sama kamu, mainnya ke lapangan basket, terus diajakin main sampe keringetan! Terus kalo kalah diejekin! Gitu terus tiap minggu!"
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Mina menjulurkan lidahnya dengan sebuah pandangan mengejek sebelum berdiri dari bangkunya dan pergi meninggalkan meja yang ia dan Mark tempati sebelumnya. Figur kecil itu terlihat merajuk sembari menjauh dari arah kantin. Sepertinya kembali ke dalam kelas.
Mark menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung memikirkan langkah apa yang harus ia ambil untuk mengurangi amarah Mina nanti, di dalam kelas selama pelajaran.
Masalahnya, tidak mudah untuk merayu sang mantan kekasih kalau ia sudah mulai merajuk.
ℳ THE END ℳ
KAMU SEDANG MEMBACA
the love around us | mark lee x kang mina
Hayran Kurgushort stories with the cuties mc duo (nct's mark lee and gugudan's kang mina) as the main cast!