the cure ' 3

732 105 21
                                    

Sudah jelas gadis itu habis menangis. Mungkin durasinya cukup lama karena kedua mata membengkak itu terlihat lelah. Mina mungkin kekurangan tidur juga. 

Isakan pelan tersebut berubah menjadi sebuah tangisan. Tidak kencang, sih. Namun berhasil membuat Mark panik, tak pernah menghadapi gadis yang menangis sebelumnya. Kalau membuat gadis menangis sih, sepertinya sering. 

"Hey, hey." Dengan ragu, lelaki itu merangkul tubuh mungil Mina dan mengusap lengan itu dengan hangat. Tangisan Mina sedikit berkurang dan gadis itu terlihat mengusap kelopak matanya dengan salah satu tangannya. 

"Ma- maaf, aku tiba-tiba datang seperti ini. Aku aneh ya, maaf-" 

Belum sempat Mina melanjutkan perkataannya yang masih tersendat-sendat karena isakkan, Mark dengan nalurinya secara tiba-tiba menuntun Mina agar menyandarkan kepalanya ke dada Mark. 

"Jangan minta maaf, kalo mau nangis, nangis aja dulu." 

Tangisan Mina pun kembali pecah di dalam pelukan Mark, membasahi kaus berwarna hitam yang Mark kenakan saat itu. Sedangkan Mark, sibuk mengusap rambut Mina dengan gerakan yang lembut sembari memikirkan cara agar membuat Mina setidaknya berhenti menangis. 


ℳℳ


Setengah jam gadis itu sudah berhenti dengan tangisannya, namun belum mengeluarkan sepatah kata apapun. Mark pun menyajikan secangkir cokelat hangat yang biasa ia minum kalau sedang mengerjakan tugasnya. 

"Makasih, Mark." Jawab Mina sambil mengambil cangkir tersebut dari atas meja, dan sedikit menyesap cokelat hangat tersebut untuk mengetahui suhunya. Setelah cocok, gadis itu pun kembali menyeruput minuman hangat tersebut dengan pelan. 

Netra sang lelaki hanya sibuk memandang gadis yang berada di depannya sembari bertanya-tanya di dalam benaknya sendiri. Apapun yang terjadi pada Mina, Mark harus tetap berada di samping gadis itu, setidaknya sampai ia merasa lebih baik sekarang. 

"Aku patah hati." Mina akhirnya membuka suara setelah ia menaruh cangkir yang masih berisi setengah itu ke meja yang berada di hadapannya. 

"Sama... Haknyeon oppa yang kamu ketemu kemarin?" Tanya Mark sambil menoleh untuk melihat wajah gadis yang sedang berada di sampingnya ini. Yah, setidaknya wajah manis itu sudah tidak semuram barusan, meskipun belum secerah biasanya. 

Mina mengangguk, lalu menangkup kedua pipinya sendiri sambil menghela nafas panjang. "Kemarin, sebenarnya. Dia datang tidak sendirian kemarin." Jawab Mina sambil tertawa miris. Seperti ingin menangis, namun ia takut merasa bodoh jika kembali menangis di depan Mark. Lagipula Mark terlihat sangat bingung barusan, ketika Mina menangis. 

"Mereka udah lama ternyata. Semenjak aku jarang kembali ke Jeju." Lanjut Mina lagi, lalu menyandarkan tubuhnya di bantalan sofa yang ia duduki. "Aku bodoh banget ya, Mark? Aku bukan nangisin dia yang pergi sama orang lain, tapi aku nangisin diri aku sendiri. Aku bodoh." 

Mark hanya menggelengkan kepalanya, lalu menepuk puncak kepala Mina dengan satu tangannya. "Enggak bodoh. Dia gak pantes nerima kamu kok." Jawab Mark sambil terus menepuk puncak kepala Mina dengan pelan. 

"Temen-temen aku di sekolah kemarin gak ada yang bisa aku temuin. Mereka pada sibuk sendiri. Ya udah deh, jadi dari kemarin aku nangisnya sendirian. Rasanya aku ngga kuat kalo nangis sendirian terus."

"Ya udah nih, aku ikutan nangis aja apa sekarang?" Tanya Mark dengan nada jenaka. 

Mina menoleh untuk melihat pemuda itu, lalu tersenyum kecil melihat ekspresi wajah Mark yang sedikit berlebihan. 

the love around us | mark lee x kang minaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang