the cure ' 1

1.1K 113 15
                                    

Mark berjalan masuk ke kamarnya dengan langkah yang gontai. Setelah menghabiskan waktu lebih dari lima jam berlatih di ruangan yang terkadang seperti neraka itu, seluruh energinya terkuras. Padahal ia harus berusaha untuk tetap terbangun malam itu untuk menepati janjinya. Iya, dia sudah berjanji untuk menelepon kekasihnya, 




Arin. 




Untuk mengurangi rasa kantuk dan lelahnya, lelaki bersurai kecokelatan itu memutuskan untuk mandi. Tanpa memperhatikan waktu yang tertera di jam dindingnya. 



ℳℳ



"Kenapa baru nelfon lagi!?" Suara yang biasanya terdengar lembut itu terdengar penuh dengan amarah. Mark hanya bisa menghela nafas panjang. Ia hanya tidak mengangkat telepon sang kekasih selama kurang lebih sepuluh menit hanya karena mandi, apakah ia salah? 

"Maaf, Rin. Kan aku udah bilang aku tadi mandi..." Ia tahu, ia harus menahan gejolak amarah yang mulai muncul di dalam dirinya daripada ia harus mengeluarkan energi lagi untuk marah. 

"Apanya! Aku udah tau loh Mark, semenjak kamu mulai ikut klub dance di luar sekolah, kamu tuh makin jauh sama aku!" 

Tuh, kan. Muncul lagi topik jelek itu. Topik menyebalkan yang seakan-akan menyalahkan keputusan Mark untuk ikut klub dance di luar sekolah mereka. Padahal sebisa mungkin Mark tetap menyisihkan waktu untuk sang kekasih. Tidak hanya waktu, pikiran Mark pun terkadang masih terbagi untuk Arin. 

"Terus gimana? Mau aku keluar?" Kata Jaehyun hyung, untuk menghadapi wanita yang sedang marah harus dengan menggunakan kepala dingin. Maka sekali lagi Mark mencoba menahan amarahnya, meski ia benar-benar merasa terganggu dengan omongan Arin tentang keputusannya. 

"Ya gimana, kamu sih selalu ngelak waktu aku ngelarang kamu masuk ke klub dance itu. Sekarang siapa coba yang kecapean? Kamu kan? Siapa yang gak ada waktu sama sekali? Kamu kan?" Pertanyaan-pertanyaan yang berupa luapan kekesalan pun muncul dari seberang telepon. 

Memangnya iya, dia benar-benar tidak memiliki waktu? Bukannya selama ini, Mark masih selalu menyempatkan waktu untuk mengantar Arin pulang hingga ke rumahnya, meluangkan waktu di akhir pekan untuk sekedar berkencan dengan Arin, dan setiap malam merelakan waktu tidurnya berkurang hanya untuk berbicara dengan sang kekasih baik melalui telepon biasa maupun video call. 

"Rin, kamu cape ya sama aku?" Tanya Mark. Tidak tahan lagi akan Arin yang selalu meminta dirinya untuk berlaku lebih. Sebenarnya, ia yang lebih capek. 

"Ngga gitu, Mark.. Aku cuman kasian aja sama kamu, keliatan cape gitu.." 

"Aku gak butuh dikasianin, Arin. Udah aku bilang ini pilihan aku buat terlibat sama kegiatan di luar sekolah, kamu ingat?" Nada bicara Mark mulai meninggi, pertanda bahwa ia sedang serius dengan ucapannya. 

"Kamu bilang kamu terima apa aja keputusan aku, asal aku bahagia. Sekarang aku udah bahagia nemu tempat yang aku nyaman, terus kamu selalu demand ini, itu. Aku emang cape sama klub dance, tapi aku makin cape kalo kamu terus-terusan kayak gini." Lanjut Mark lagi. 

Sang lawan bicara pun hanya terdiam. Tidak terdengar apa-apa dari seberang sana. Sepertinya sang gadis berponi itu sedang memikirkan, atau mungkin menebak apa yang akan Mark katakan selanjutnya. 

the love around us | mark lee x kang minaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang