BlackBerryMessage - [ Awal Kenal ]

189 11 5
                                    

-Pesonamu tak kan pernah mereka pahami, kamu selalu salah, tak ada yang bisa dibanggakan sama sekali, bodohnya aku menikmatinya, Senjaku-


PART 1

"Hanna .. Bangun nak, udah shubuh loh ini, anak gadis kok bangunnya telat mulu, heran " Teriak Bu Susi Andari sahut-sahutan dengan suara adzan. Tapi yang diteriaki tak kunjung memberi balasan, atau sekedar tanda bahwa Ia akan segera bangun, paling tidak membuka pejaman matanya. Tidak, mimpinya malam tadi terlalu indah, hatinya menolak pindah dari satu episode yang membuat wajahnya merekah, bahkan saat tertidur seperti ini.


Hai readers :) ..

Namaku Hanna Fadhillah, kalian bisa memanggilku Hanna, Na, Hann, Dhilla, Lala, ah terserah. Asal jangan memanggilku Fadhil. Mengapa? mudah saja, aku perempuan asli, ku rasa Fadhil bukan panggilan yang pas untukku. Kau, aku, dan kita semua tau, hahaha (maaf ga lucu).

Tahun ajaran ini, aku akan pindah ke kelas baru, tentunya dengan materi pelajaran yang baru, semoga saja satu tahun ke depan bisa ku lalui dengan baik dan semangat.

Tak banyak yang menarik di hidupku, notabene yang ku lakukan dalam keseharian biasanya itu-itu saja. Sekolah sampai siang, mengikuti ekskul, ikut bimbingan belajar hingga malam, kemudian sampai di rumah langsung menuju kamar, setelah sebelumnya mandi agar raga ini segar, langsung ku beranjak ke kasur mencari alasan agar bisa cepat tidur. Besoknya, akan ku ulangi kegiatan seperti itu lagi, lagi dan lagi, sejak ku menempuh pendidikan sekolah dasar hingga sekarang sudah menjadi remaja SMA, tiada perubahan berarti yang ku alami, memang sedikit semu, apapun itu, keseharianku berhasil memenjarai kebebasanku. Anehnya, aku menikmatinya.

Jam dinding kamar ku menunjukkan pukul 07.15 WIB . Oh tidak, telat lagi, padahal ini hari pertama sekolah setelah liburan semester. Langsung saja ku pakai paksa tas ku yang ku letakkan tadi malam di meja belajar, mengambil kaus kaki dan jam tangan serta sedikit berdandan, ku kunci pintu kamarku karena bagiku kamar adalah bagian dari privasi yang tidak seorang pun berhak menguliknya tanpa izin dari ku, meskipun itu Bunda, Ayah, dan siapapun itu.

"Pagi Bunda, Pagi Ayah, Pagi Cio (adik laki-laki ku). Duh, telat lagi aku, Bunda sih ga ngebangunin" sapa ku pada mereka yang kini melahap sarapan di meja makan.

"Tuan putri Hanna mimpi apa semalam? Bunda bahkan sudah teriak-teriak sampai Ayahmu yang baik ini tutup telinga karena suara Bunda yang merdu" balas Bunda yang sepertinya tidak setuju dengan kalimat sapaan ku barusan.

"Hehehe, ah Bunda. Maaf deh Bun, enak banget mimpi Hanna tadi malam Bun, masa nih ya prince Morgan nyamperin Hanna pake sapu terbang, padahal biasanya pake kuda putih yang bisa ngomong, kan Hanna jadi bingung Bun, habis itu ya Bun, si nggmmhh" kalimat ku terpotong dengan tindakan Ayah yang memasukkan roti bakar ke mulut ku secara paksa.

"Sudah, makan dulu, lain kali saja ceritanya, Nak. Ayah tidak mau kamu telat sekolah hanya karena menceritakan hal bodoh seperti itu. Ayah juga punya praktek pagi di rumah sakit "

Ah, kalau Ayah sudah berbicara seperti itu, aku tidak bisa apa-apa lagi. Satu-satunya cara adalah dengan menuruti semua permintaannya, agar uang jajan tetap aman dan ke sekolah ada tebengan, hehehe


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di Sekolah

"duh, bakal sekelas lagi sama si Misterius itu, kayanya hidup ku ga bisa lepas dari dia, hhfftt" batinku kesal, bisa dilihat dengan bola mata ku yang melotot melihat daftar absen kelas yang di tempel di depan kelas, tentunya kelas baru ku, kelas XI IPA 1. Ayolah, ini masih pagi, haruskah mood-ku berubah hanya karena dia? Siapa yang tega mengatur semua ini? Sekelas lagi dengannya? Setelah, ah sudahlah. Lain kali ku ceritakan pahitnya kenangan dengan si Misterius itu.

Dewa SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang