Perangkap 1

8.5K 106 0
                                    

Jumat 14 November Pagi tadi, aku terpaksa naik taksi ke sekolah, soalnya mobilku ngadat tidak mau jalan. Entah kenapa mobilku rewel seperti itu hanya supir Android ku yang tau. Tapi ya udahlah pikirku, daripada telat, mendingan pake taksi. Awalnya taksi yang ku naiki jalan seperti biasa, tapi ditengah jalan, taksi tersebut tiba-tiba salah belok dan malah ngambil jalan yang berlawanan arah dengan sekolah aku. Akupun lalu menepuk bahu si supir, kulihat ID- nya si supir diatas dashboard, namanya Paroxia, kelihatannya model Android zaman pertengahan, mungkin baru awal 2700-an, jadi aku memanggilnya mas. "Mas, salah jalan nih, kalo mau ke sekolah aku, barusnya tadi belok ke kanan, bukan ke kiri" kataku "Iya dek, tapi jalan tadi masuk kategori three in one, jadi gak bisa masuk" katanya "eh masa? Biasanya tiap hari lewat situ kok mas, kayaknya bukan ah" kataku tak percaya. "Ya baru semalem diresmikannya dek" katanya tanpa mengalihkan pandangan. Dalam hati aku merasa ada yang salah, aku sudah sering mendengar tentang penculikan dan perampokan yang dilakukan oleh para supir taksi Android yang terinfeksi virus yang membuat mereka memiliki pikiran dan emosi manusia yang bernama neo cogito Virus mungkin supir taksi ini salah satunya. "Kalo gitu berhenti di sini aja mas" kataku. "Tunggu bentar dek, saya berhentinya di depan dikit" katanya. Dan benar saja, tak lama kemudian laju taksi itupun melambat, hingga akhirnya berhenti total di pinggir jalan yang tidak aku kenal. Debar jantungku agak menurun, tampaknya aku salah sangka. Akupun mengeluarkan dompetku, dan hendak membayar ongkos taksi, tapi tiba-tiba, pintu taksi tersebut terbuka, dan seorang pria masuk dan duduk di sebelahku. Pria itu bertubuh tinggi kekar dan besar, berkulit putih dan memakai kaos tanpa lengan. Wajahnya sangat menyeramkan dan sinis. Aku benar-benar merasa takut melihatnya. "Ehh..permisi mas...saya mau keluar dulu" kataku berusaha setenang mungkin. Tapi ia malah mengeluarkan pisau dan menempelkannya ke perutku. "Gak usah buru-buru dek, mendingan kita jalan-jalan sebentar, jalan xi!" ujarnya memerintah si supir Android yang ternyata telah terinfeksi neo cogito virus, dan lebih parahnya lagi, mereka berdua saling mengenal, mereka pasti menjebak ku. Meskipun ketakutan setengah mati, aku berusaha berbicara. "Ehh...mas..ini kalo mau uang atau Terminal device silahkan ambil, tapi biarkan saya turun, tolong mas" iba ku. Tapi ia tidak menjawab. "Mas... tolong.." ibaku lagi "Berisik! Banyak bacot lu yah! Mau gue beri nih?!" ancamnya sambil makin menekankan pisaunya keperutku. Akupun terpaksa diam, tubuhku gemetaran menahan rasa takut. Aku mengamati jalan untuk melihat kemana mereka membawaku. Tak lama kemudian taksi berhenti didepan sebuah gerbang tua yang sudah berkarat. Paroxia si supir taksi membunyikan klakson, dan gerbang itupun terbuka. Seorang pria botak yang tinggi dan kekar yang memakai celana hitam dan bertelanjang dada membuka pintu gerbang tersebut. Di tengah jalan aku mengetahui ternyata pria itu adalah mutan Zombie yang telah berhasil menguasai tubuh nya sendiri, wajahnya rusak dan sekujur tubuh nya di penuhi luka menganga dan terdapat organ menyerupai tentakel di sekujur leher lengan dan bahunya. Taksi itu kemudian berjalan melewati gerbang tersebut dan memasuki tempat, yang sepertinya merupakan bekas sebuah pabrik atau mungkin komplek gudang tua yang amat luas. Di depan sebuah bangunan yang agak kecil, taksi itupun berhenti. Si kekar segera membuka pintu dan menarikku keluar. Aku berusaha meronta melepaskan diri, namun apa artinya tenaga seorang bocah sekolah menengah atas yang baru beranjak usia sepertiku, dibandingkan tenaga dari seorang dewasa yang kekar begitu. Akupun diseret memasuki bangunan tersebut, di dalamnya nyaris tidak terdapat apa-apa, di ruangan yang luas tesebut, hanya terdapat sebuah kasur matras yang cukup besar, sebuah lemari, meja kecil, sebuah sofa tua yang sudah bolong- bolong, dan sebuah radio tua yang tergeletak disudut ruangan. Tampaknya bangunan ini merupakan rumah jaga dari komplek gudang atau pabrik ini. Dengan kasar, si kekar mendorongku ke tengah ruangan, pintu terbuka, dan Robot Android si supir taksi memasuki ruangan bersama dengan mahkluk yang membukakan pintu gerbang tadi. "Bang, tolong bang, lepasin saya, ini dompet dan terminal device saya, silahkan buat abang-abang, saya janji gak akan bilang sama siapa-siapa" kataku sambil mulai menitikkan air mata. "Gile Xi, cakep banget mangsa kita kali ini. Bisa banget lu nyarinya" kata si Kekar tak menghiraukan kata- kataku. "Pasti nya, makanya hari ini gue yang dapat giliran pertama oke?" jawab android itu sambil tertawa- tawa layaknya manusia. "Iya deh, silahkan garap duluan pantatnya" jawab si kekar, si zombie hanya berdiri di samping robot terinfeksi itu dan terlihat penisnya ereksi membuat tenda kecil di celananya, matanya kosong dan mulut nya mulai membuka, menjulurkan lidah yang sangat panjang dan meneteskan liur yang kental. Wajahku langsung pucat pasi mendengar obrolan mereka. Ternyata mereka berniat memperkosa aku. "To-tolong jangan bang, saya kan sama-sama laki-laki seperti abang, dan pasti tidak ada rasanya" aku langsung menyesal mengatakan itu, karena kulihat mereka justru makin bernafsu mendengar bahwa aku anak cowok yang masih sekolah pula. "Ah yang bener! Masa ada Bocah laki-laki nan cantik kalahin perempuan macam lu ga doyan laki-laki ? Waah.. Masih perawan dong pantatnya gak pernah disodok ? mesti gue coba nih..he..he..he" kata Paroxia sambil mulai menghampiri dan berusaha memelukku. Aku pun meronta-ronta, melawan sekuat tenaga sambil menjerit-jerit. Tiba-tiba si Kekar yang saat itu sedang duduk diatas sofa berkata. "Meronta lah sekuat tenaga, makhluk itu selain suka sekali ngentot dia juga suka terhadap perlawanan" ancamnya Aku langsung terdiam, tubuhku kaku, firasatku mengatakan bahwa ini bukan hanya ancaman kosong belaka. Paroxia menggunakan kesempatan ini untuk menciumiku dan meremas-remas dada ku yang masih tertutup seragam sekolah. Sementara si monster menghampiriku dari belakang, tangannya meremas remas pantat ku dan lidah nya menjalar masuk kedalam punggung dan tengkukku melalu kerah baju ku. Sementara satu tangannya mengelus dan meremas-remas pantatku. Paroxia masih asyik melumat bibirku, dan lidahnya mulai bergerak-gerak mencari jalan masuk kedalam mulutku. Hingga akhirnya ia berhasil, dan lidahnya menelusuri sudut mulutku dan memijati lidahku. Cukup lihai juga ia dalam berciuman, meskipun lidah sintetis nya dingin seperti silikon. Dalam hati aku sudah pasrah, bila harus diperkosa, daripada nanti disiksa, atau bahkan dibunuh. "Ngghhh", "Bang, saya akan menuruti kemauan abang, tapi jangan sakitin saya bang" kataku lagi ditengah serangan gencar mereka. "Ya elah, mana mungkin kita tega nyakitin bocah secantik lu, dan hampir seperti wanita, kita justru mau nyenengin lu" kekeh si kekar. Tapi si monster yang paling aku takuti justru tidak menjawab, ia hanya tersenyum sambil menggerak gerakan tentakel dan lidahnya itu. Tiba-tiba aku kaget karena merasakan seperti tersengat listrik. Tentakel si monster yang berlendir itu rupanya telah menyelusup ke retsleting celana ku, dan mulai melingkar lingkar mencekik Tititku yang masih dilindungi celana dalam. Sementara tangan si Android membuka dua kancing atas seragamku, dan menyelusup ke dalam Singlet ku untuk memilin punting susuku. Menerima rangsangan seperti itu, aku merasakan lututku melemah. Apalagi ketika jari-jari Paroxia menyelusup masuk ke balik celana dalamku dan meremas serta berusaha mengeluarkan Tititku dari dalam sarungnya. Jari-jari itu seperti ular yang memasuki sarangnya, menggesek-gesek pelan Tititku dari balik celana dalam yang aku kenakan, hingga akhirnya Tititku berhasil dikeluarkan dari celana dalam dan seperti sudah ada sedikit precum yang menempel di ujung kepala Tititku ini. Si monster makin bergairah, ia membuka seragam sekolah dan singlet ku, dan melemparkannya kesudut ruangan, hingga aku akhirnya berdiri tanpa baju atas. Dengan gemas ia meremas-remas dada ku, dan memutar-mutar puting ku yang berwarna coklat kemerahan. "Angkut aja bro" kata si Android sambil menunjuk kearah matras yang terhampar di lantai. aku pasrah karena aku tidak ada pilihan lain . Akupun menurut dan berbaring diatas matras yang kotor dan berbau itu. Begitu aku berbaring, si Android langsung menarik celana seragam ku beserta celana dalamku. diapun lalu membuka lebar-lebar kedua kakiku dan menatap pangkal pahaku. Diapun kemudian bersiul pelan. "Wuiih bagus banget pantatnya, belahannya masih rapet banget, wangi pula pantatnya, Pantat Ideal nih" katanya sambil kemudian mengelus-elus pantat ku, lalu ia mengocok-ngocok lubang pantat ku dengan satu jari, aku kaget dan sedikit menjerit, "aaah! Pelan pelan bang!" Mendengar itu ia malah kemudian menambah dua jari. "Aaahh" jeritku, tiba tiba salah satu tentakel dan tangan si monster mengelus elus bibir ku dan sekali kali si monster memasukan jari nya ke mulutku ia tersenyum kecil sambil berjongkok disamping kepalaku. Setelah puas memainkan mulutku dengan tangan nya Ia menyodorkan Tititnya yang besar tapi proporsional itu. Aku ragu untuk memasukan penis besar itu ke mulutku, aku takut tertular virus yang ada di tubuh si monster, tapi kepala ku di dorong dorong oleh tentakel nya mengisyaratkan aku harus memasukan Tititnya itu ke dalam mulutku. Selain aku takut akan apa yang akan mereka lakukan padaku jika aku tidak menuruti perintahnya, aku juga mulai penasaran dengan hal seperti ini. Jadi akupun meraih Titit kekar tersebut. Tiba-tiba aku merasakan gumpalan dingin dan licin menyapu belahan pantat ku, rasanya geli dan nikmat sekali Penis panjangnya mungkin sekitar 18 cm, sementara kepala penis itu sendiri berwarna keunguan dan berdenyut-denyut layaknya mahluk hidup. Paroxia pun tertawa melihat wajahku memucat melihat penis si Zombie. "Lho, Dek, katanya mau diisep, kok cuman diliatin doang", kata Paroxia tidak sabar. Tidak tahu bagaimana memulainya, karena aku belum pernah melakukannya aku pun memajukan wajah dan menempelkan bibirku yang katanya kecil ini ke kepala Titit tadi, dan mulai menciuminya. Sementara Paroxia sambil memegang kedua pahaku, merentangkan nya lebar-lebar, dan membenamkan kepalanya di antara kedua pahaku. Mulut dan lidahnya menjilat- jilat penuh nafsu di sekitar tititku yang sudah tegang itu. Aku hanya bisa memejamkan mata menahan rasa aneh yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Bahwa aku menghisap Titit, seperti aku mengisep alat kelamin ku saja pikirku dalam hati, namun naluriku yang lain berkata lain aku seperti menikmatinya. "Ooohh...,kenapa ini...? Kok nikmat ..., ooohh!", aku menguman dalam hati, mulai bisa menikmatinya, sampai- sampai tubuhku bergerak menggelinjang kegelian. Akupun terpaksa menggigit bibir untuk menahan erangan yang memaksa keluar dari mulutku. Aku telah diliputi nafsu birahi, aku sungguh tersiksa antara rasa malu karena telah ditaklukan oleh pemerkosaku itu dengan gampang, namun perasaan nikmat yang melanda di sekujur tubuhku itu sungguh tak tertahankan. Tangan Paroxia kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua puting ku dengan sangat bernafsu. Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Paroxia ini, aku benar-benar sangat kewalahan, bahkan secara tidak sadar, aku mengangkat pantatku lebih tinggi dan menutup kedua kaki ku untuk menjepit kepala Paroxia untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangku, aku bahkan sempat lupa akan kenyataan bahwa lelaki itu sebenarnya sedang memperkosaku. "Eehhmmm aahhh hhmmpp" aku sudah lepas kendali aku menjilat dan mengulum kepala kontol Zombie itu. Aku terus mengulum selama beberapa saat, kemudian mengeluarkan lidahku untuk menjilati batang Titit Si Zombie, Sambil menelan ludah, aku membuka mulut lebar- lebar dan memasukan kepala Titit itu ke dalam mulutku, sedangkan lidahku terus menjilati. Nafas si Zombie sekarang semakin berat dan terengah-engah, sementara aku terus menjilati kepala tititnya, sesaat aku merasakan sesuatu yang asin di ujung penisnya, tetapi aku berusaha melupakannya, dan sambil menutup mata erat-erat, mulutku sekarang penuh dengan Titit si Zombie. 10 menit lamanya aku melayani Titit si zombie, sesekali aku menggelinjang antara geli dan nikmat karena hisapan Paroxia, belum lagi ketika dua jarinya menyelusup masuk menembus lobang pantatku. Kedua jari itu lalu bergerak keluar masuk, dan kadang ia mendiamkannya, sepertinya menikmati lobang pantatku yang masih amat sempit. Paroxia pun terkadang memasukkan lidahnya kedalam lubang ku dan menggerakkanya dengan liar, merasakan benda basah dan kenyal itu bergerak-gerak dalam pantatku, sungguh memberikan sensasi yang luar biasa. Si zombie sekarang semakin keras mengerang, aku ketakutan mendengar erangannya kukira aku telah berbuat salah dan menyakitinya. Tapi Zombie tersebut tiba-tiba memegang rambutku dan mendorong kepalaku hingga hidungku bersentuhan dengan bagian bawah pusarnya!  pun menyemprotkan sperma masuk ke dalam mulutku. Aku belum pernah merasakan sperma sebelumnya, mulanya aku hendak memuntahkan cairan tersebut, namun entah mengapa, aku justru malah menelan semua cairan kental asin agak manis yang memenuhi mulutku itu. "Hnngghhh!", si zombie mendengus, "ugghh" si zombie memaju mundurkan pinggulnya mengentoti mulutku ketika ia klimaks. Lalu pegangannya pun perlahan mengendor dan aliran sperma yang keluar melambat dan akhirnya berhenti. Selama beberapa saat aku masih mengulum Titit si Zombie, takut akan berbuat salah jika mengeluarkan Titit si zombie ini, Tapi ia akhirnya menarik keluar Tititnya dari mulutku. Aku pun berusaha menelan sisa- sisa sperma yang masih menempel di lidah dan langit-langit mulutku untuk segera menghilangkan bau menyengat yang memenuhi mulutku, Tiba-tiba Paroxia langsung menindihku. Tangan kanannya menggenggam batang Tititnya dan kepala Tititnya yang membulat itu digesek- gesekkannya pada bibir pantat ku, akan tetapi masih sangat sempit untuk dimasuki Titit. Pelahan-lahan kepala Titit Paroxia menerobos masuk membelah lobang pantatku. suatu perasaan geli yang segera menjalar ke seluruh tubuhku. Dengan pelan Paroxia memajukan pinggulnya, sambil ia menciumi mulutku, Tititnya perlahan amblas ke dalam lobangku. Entah sejak kapan ketika kepala penis itu sudah masuk,bibirnya lihai menciumi mulutku, satu tangan nya lagi menahan kaki ku agar tetap mengangkang dan satu tangan nya yang tadi di pakai untuk mengarahkan penisnya "hnggghhh aahh~" aku hanya bisa merintih. Tapi Paroxia terus bergerak makin cepat dan keras, makin lama makin dalam penisnya masuk ke dalam lobangku , hingga 18 cm penisnya masuk! "Ehhhgggh! AH! ", jeritku. Namun jeritanku rupanya hanya menambah semangat mereka menikmati lubang pantatku. Paroxia makin keras menghentak-hentak pinggulnya menikmati lubang pantatku, hingga pinggul dan pantatku terbanting- banting di lantai. Titit itu bergerak keluar dan masuk pantatku yang masih sempit. Rasanya bagian bawah diriku seperti tersobek-sobek, sampai rasanya lelah untuk bisa berteriak. Tubuhku bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan Titit Paroxia di atas kasur. Aku mencoba memaksa kelopak mataku yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajah seram robot Android yang sedang memperkosaku. Namun lama-kelamaan, aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Paroxia menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding lobang pantatku, mulai memberikan sensasi kenikmatan yang hampir tak tertahankan. Setiap kali Paroxia menarik Tititnya keluar, Aku merasa kosong di lobangku, dan ketika Paroxia menekan masuk Tititnya ke dalam lubangku, maka terasa semakin nikmat batang Titit itu, menimbulkan suatu perasaan nikmat yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badanku menggeliat dan terlonjak, sulit rasanya menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata- kata. Lalu tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhku, sesuatu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya, membuat dirinya meledak dalam kenikmatan. Dan aku pun juga ikut mengalami orgasme tanpa perlu dikocok Tititku karena saking nikmatnya ! "Ooooh..., ooooooh..., aahhmm..., ssstthh!". kedua kaki kurenggangkan serta menjepit dengan kencang batang Tititnya Paroxia aku menjerit serak dan..., akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandaku, aku memuncratkan sperma ku untuk pertama kalinya. seluruh tubuhku rasanya lemas seakan- akan seluruh tulang terlepas dan berantakan. Sementara pahaku terkangkang lebar-lebar dengan lubang pantat yang penuh dengan Titit Paroxia yang masih tetap menggenjot ku dengan dashyatnya. Lelaki tersebut terus menyetubuhiku dengan cara itu. Sementara tangannya yang lain tidak dibiarkan menganggur, dengan terus meremas-remas kedua puntingku yang indah secara bergantian. Aku dapat merasakan putingku sudah sangat mengeras, runcing dan kaku, sementara batang penis yang hitam dan besar serta bergerigi lembut milik Paroxia keluar masuk dengan sangat cepat dan kasar. Setelah bergumul sekitar puluhan menit, akhirnya Paroxia menghentakan penisnya dengan keras disertai lenguhan panjang. Aku merasakan semprotan hangat di lobang pantatku,. Hujaman Paroxia makin lemah, diapun lalu menarik lepas Tititnya dan terasa lah spermanya keluar dari pantatku mengalir ke belahan pantatku. Paroxia menciumi bibirku lagi lalu ia mengecup pipi ku lalu ia menegakkan tubunya menghirup nafas dalam- dalam dan menghembuskannya lagi. Wajahnya menunjukkan kepuasan setelah hasrat liarnya terpenuhi. "Hebat...pantat lu bener- bener top, bikin ketagihan deh !" komentarnya.

"Udah xi? Kalo gitu giliran gue nih" kata si kekar yang rupanya sudah telanjang bulat, berjalan menghampiriku. "Silahkan Bos, sempit banget deh bos, gak bakalan kecewa" Paroxia mempersilahkan si kekar untuk menikmati tubuhku. Aku berusaha untuk tidak menanggapi komentar tersebut. Lagipula aku masih terlampau lelah. Si kekar lalu memposisikan tubuhnya diantara kedua kakiku, kelihatannya ukuran Tititnya sama dengan Paroxia, jadi mungkin tidak terlalu masalah denganku. Si kekar mengusap-usap dulu pantatku yang sudah basah itu dengan ujung kemaluannya hingga aku kegelian dan terangsang kembali dan dengan dengan mudah ia memasukan titit nya yang sudah sangat keras itu kedalam lobang ku.

Bersambung

Elfin's FantasyWhere stories live. Discover now