*1*

4.5K 214 6
                                    


INGGRIS

Suara gemuruh badai salju tak menyurutkan sedikitpun niat lelaki itu untuk terus bersimpuh di samping pusaran mendiang adiknya. Mengusap nisan yang bertuliskan 'Ameera Jackson Styles' dan membersihkannya dari gumpalan salju yang terus turun. Tak peduli dengan kencangnya angin yang berhembus, derasnya salju yang terus turun, pucat dan beku kulitnya karena udara yang sangat dingin, dan naungan serigala di hutan yang letaknya hanya beberapa kilometer dari istana.

Sudah menjadi kebiasaannya, bukan, tapi hal yang wajib untuknya mengunjungi pusaran adiknya hampir setiap malam terutama setiap musim salju tiba. Satu tahun lamanya, ia kehilangan adik tercintanya, perubahan yang sangat drastis terjadi padanya, mulai dari kebiasaan, ucapan, sikap, bahkan bisa dikatakan semuanya berubah. Pangeran itu telah kehilangan siapa dirinya dan separuh hidupnya.

Hal itu bukan tanpa alasan. Sang Pangeran selalu mengingat betul kejadian dimana hari paling berat dalam hidupnya, hari kematian adiknya yang sangat ia sesali karena ia yakini semua itu adalah akibat dari kesalahannya yang lalai dalam menjaga sang Putri.

"Jika saja saat itu aku kembali tepat waktu, kau tak akan pergi secepat ini Putri. Aku.. Aku sangat merindukannmu Putri Amy. Maafkan aku. Tenanglah disana.". Suara sang Pangeran bergetar, antara tangisan dan kedinginan.

Bagaimana bisa ia meminta sang Putri tenang disana sementara ia setiap hari selalu meratapi kematian adiknya itu.

"Pangeran Harry. Hari sudah semakin larut dan badai semakin kencang. Yang Mulia Ratu memerintahkan hamba untuk...".

Merry, Sang dayang menghentikan kalimatnya ketika tangan sang Pangeran diangkat keatas. Sudah menjadi ultimatum Pangeran, tidak ingin diganggu oleh siapapun ketika ia sedang berada di pusaran adiknya. Tapi Merry terpaksa, karena ini adalah perintah sang Ratu.

Pangeran masih tak berpindah tempat. "Pangeran.". Panggil kembali Merry. Meskipun kesal, pangeran tidak ingin berlaku kasar pada dayang setia kerajaan yang sudah mengabdi selama puluhan tahun ini. Dan lagipun, kasar apalagi dengan wanita bukanlah sifatnya. Dia lebih memilih diam ketika sedang marah atau kesal. Dia sangat mewarisi sifat bijaksana ayahandanya, Raja Peter Phillips.

Akhirnya iapun berdiri. Marry tersenyum lega melihat sang Pangeran akhirnya mau berjalan masuk kedalam istana. Meskipun ia seorang dayang, ia sangat menyayangi Pangeran Harry sebagaimana putranya sendiri karena ia telah merawatnya dari kecil.

Pintu istana terbuka, sang Pangeran berjalan dengan lesu dan kepala tertunduk. Sungguh berbeda dengan dirinya yang sesungguhnya, dirinya yang murah senyum, ramah, sopan dan santun. Meskipun hingga kini ia masih menjaga wibawanya sebagai seorang putra mahkota tapi tidak dengan kewajibannya yang lain.

"Putraku. Aku tau kau akan mengunjunginya.". Suara derap langkah kaki menghampiri sang Pangeran, membuatnya berhenti dan menoleh.

Sang Pangeran membungkuk memberi hormat pada sang Ratu, yang tak lain adalah ibundanya. Ratu Elizabeth.

"Kau merindukannya? Begitupun denganku Pangeran.". Sang Ratu memeluk putra mahkota dan menangis dalam pelukannya. Sang Pangeran ikut meneteskan air mata seolah merasakan hal yang sama. Merindukan sosok tercinta yang tak mungkin bisa kembali ke hadapannya bahkan ke dunianya.

"Berhenti menyiksa dirimu sendiri Pangeran. Karena kami juga merasakan hal yang sama. Jangan terus menyalahkan dan menghukum dirimu sendiri atas kesalahan yang sama sekali tak kau lakukan. Kami merindukanmu yang dulu, kami membutuhkanmu, kerajaan dan semua rakyatmu merindukanmu. Kembalilah. Bangunlah.".

Tutur sang Ratu seakan mencambuk tepat di dada sang Pangeran. Benarkah ia selama ini sudah berlebihan dan terlalu larut dalam kesedihan dan rasa berduka? Apakah itu sangat berpengaruh terhadap kelangsungan kerajaan dan rakyatnya?

Tentu saja. Raja Peter sudah lanjut usia, kemampuan dan kekuatannya sudah tak sama seperti dulu meskipun dari luar tubuhnya masih terlihat gagah dan tampan, bahkan untuk mendatangi pertemuan di kerajaan lain yang berada di seberang pulau pun Pangeran Harry yang selalu menggantikannya. Dan sekarang? Setelah apa yang Pangeran alami, siapa yang akan menggantikannya?

Diam. Begitulah yang selalu Pangeran lakukan. Setiap lawan bicaranya menuturkan sapaan atau pertanyaan atau pernyataan ia hanya menjawab dengan anggukan, gelengan atau bahkan hanya tatapan tajamnya.

Terbesit didalam benaknya untuk mencoba bangkit dan kembali menjadi Pangeran Harry yang dulu, tapi bayang bayang sang adik selalu berhasil menggoyahkan niatnya itu. Bahkan sang Raja dan Ratu pun tak sanggup mengubah keadaannya menjadi seperti semula meskipun segala cara telah diupayakan. Termasuk mendatangkan beberapa sahabat bahkan teman masa kecil Pangeran dari berbagai kerajaan lain. Tapi hasilnya nihil. No effect No changed.

Tunggu! Sepertinya masih ada satu cara yang belum dilakukan oleh Raja dan Ratu, yaitu mencarikan Pangeran Harry seorang permaisuri atau istri. Mengingat putra mahkota kerajaan Inggris itu sangat tampan dan berbakat dalam berbagai hal, dan yang terpenting usianya sudah matang untuk menikah. Bahkan tak sedikit berbagai Putri dari kerajaan lain yang memohon agar dinikahi oleh Pangeran Harry, tapi ia menolaknya dengan alasan dua wanita dalam hidupnya saja sudah cukup. Yaitu Ratu Elizabeth dan Putri Ameera, adiknya.

Begitu besar rasa sayangnya pada Putri Ameera sehingga Pangeran Harry tak ingin perhatiannya terbagi pada wanita lain yang mungkin akan menjadi permaisurinya nanti. Tapi kini sang Putri sudah tiada, tak ada lagi alasan untuknya menolak wanita yang akan menjadi permaisurinya kelak.

"Beristirahatlah Pangeran. Besok akan ada pertemuan penting yang akan disampaikan oleh yang mulia Raja.".

Pangeran menatap sang Ratu mengisyaratkan sebuah penolakan. "Tidak. Untuk kali ini kau harus hadir putraku. Karena ini adalah tentang masa depanmu dan masa depan kerajaan kita.".

Pangeran Harry mengangguk pasrah. "Kehidupan terus berjalan, waktu terus beputar, dan masa depan bukanlah permainan yang bisa kau hentikan dan mainkan sesukamu, kau harus menghadapinya Pangeran.".

Pangeran tersentak, wajahnya tak bisa berpaling dari tatapan penuh harap sang Ratu. Kini ia sadar, apa yang dilakukannya delama ini adalah suatu kesalahan, tidak, bukan, tapi sesuatu yang sia sia.

Masa depan? Apa kiranya yang hendak direncanakan oleh Raja Peter untuknya? Jika memang itu sesuatu yang besar, siapkah ia kembali meninggalkan dunia kelamnya dan menjadi sosoknya yang seperti sedia kala? Mustahil. Batin sang Pangeran bergulat.

*****
Short part I know. Sengaja. Buahaha. Gaje pula hem. Pengen aja first part nya khusus tentang Pangeran HARRY. Tapi next part bakal random ya, bisa juga mix beberapa cerita ttg cast yg lainnya.
So... Be patient!

Sekedar info. Ga penting juga sihh cuman pen ngasih tau aja, ini cerita ketiga gw. Gak jauh abal abal dan amatir dari cerita yg sebelumnya 'Life or Love' dan 'Cause My Greatest Strength is You'. Yg belon baca silakan cek di bio. Promosi eakk.... Tapi gak maksa kok. Ceritanya sama ttg Hendall, actually. I love them so much. I ship them always!! Huraahhhh.....

Tetep aja gw butuh bgt vomment kalian guys! Silent readers sih udah biasa, pasti ada, kalo nyari dipasaran dimana2 juga banyak. Tapi ya tolong lah klik left corner icon ga bakal bikin rugi ato kantong kering elahh... Wkwkwk

Banyak ba*** lu thor. Okelah lgsg saja.
Happy reading stylers!

All The Love MF.

(Oh ya, jgn lupa vomments) 😂✌😘

The Prince of SNOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang