*5*

1.3K 103 5
                                    

SWEDIA

Sang Raja tengah dibuat geram karena ulah Sang Pangeran, putra mahkotanya. Sejak kecil Pangeran Zayn selalu saja membantah apa yang Raja Carl titahkan dan tidak pernah benar benar menjalankan kewajibannya sebagai putra mahkota.

"Jika kau terus seperti ini, bagaimana bisa kau ku percaya untuk menjadi penerusku Pangeran?". Ujar Raja Carl tanpa memandang putranya.

"Aku bahkan tidak pernah berharap menjadi seorang Raja. Aku lebih suka hidup bebas diluar sana tanpa aturan dan titah titah membosankan itu.".

"Jaga bicaramu Pangeran!". Bentak Sang Ratu Sylvia.

"Itulah mengapa aku tak pernah mau mengajakmu pergi ke pertemuan penting kerajaan. Kau selalu membuatku malu!". Sang Raja berdiri dari singgahsananya diikuti Sang Ratu yang terus mengelus lengan suaminya dengan lembut.

"Heh, terserah kau yang mulia.". Pangeran Zayn hendak berbalik tapi Raja Carl memanggilnya.

"Pangeran Zayn Malik. Baiklah, akan ku berikan kau kebebasan memilih jalan hidupmu.". Sang Ratu menatap suaminya dengan terkejut. Raja Carl mengangguk mengisyaratkan bahwa semua akan baik baik saja.

"Apa maksud yang mulia?". Tanya Pangeran Zayn.

"Aku akan membebaskanmu dari kewajibanmu sebagai putra mahkota tapi dengan satu syarat.". Ada perasaan puas dalam hati Pangeran. Sebelum akhirnya sang Raja melanjutkan kalimatnya. "Kau harus bisa melumpuhkan kerajaan Luxembourg.". Mata Pangeran Zayn melebar. Syarat macam apa itu. Perang?

"Yang mulia ingin aku berperang?". Raja Carl mengangguk.

"Tidak harus berperang, kau bisa menggunakan akalmu Pangeran. Semua itu pilihanmu. Aku hanya memberi pilihan dan keduanya cukup menguntungkanmu kurasa. Tapi jika kau menolak, kau harus bisa menerima kenyataan untuk ku nobatkan menjadi Raja dalam waktu dekat.". Pangeran Zayn menggeleng tidak setuju.

"Hamba sanggup yang mulia. Hamba pamit untuk pergi.". Pangeran Zayn menunduk memberi hormat lalu pergi meninggalkan singgahsana Sang Raja dan Ratu.

"Kau yakin dengan keputusanmu itu? Bagaimana jika putra kita berhasil? Kau tidak akan memiliki penerus yang mulia.". Ujar Sang Ratu Sylvia ketika Pangeran Zayn sudah menghilang.

Raja David menatap istrinya dengan teduh dan santai. "Itu tidak akan terjadi Ratuku. Aku hanya ingin membuatnya sadar akan pentingnya posisinya di kerajaan kita. Dengan berjuang mempertahankan dan merebut kekuasaan. Aku juga tidak ingin semua sahabatku terus meremehkan kehebatan putra kita.".

"Jadi, ini hanya siasatmu? Kau tak benar benar akan melepaskan gelar putra mahkota ataupun penerusmu padanya?". Tanya Ratu Sylvia.

Raja Carl menggleng singkat lalu tersenyum. "Tentu saja tidak, aku tidak seceroboh itu sayang. Dia adalah penerusku. Harapan kerajaan Swedia satu satunya. Entah dia berhasil atau tidak, dia akan tetap menjadi Raja.". Sang Ratu tersenyum lega mendengarnya. Meskipun cara yang dilakukan Raja David menurutnya tidak benar tapi tujuannya baik, dan mungkin inilah yang terbaik untuk putra semata wayangnya.

GEORGIA

Hari ini kerajaan Georgia akan kedatangan kunjungan dari kerajaan lain, yang tak lain adalah kerajaan Inggris Timur. Karena kerajaan Inggris Timur itu baru diresmikan, belum seluruh wilayah yang tau akan keberadaan kekuasaan kerajaan tersebut. Oleh karena itu Raja Harry melakukan beberapa kunjungan ke kerajaan lain yang dianggap potensial untuk melakukan kerjasama. Salah satunya adalah kerajaan Georgia ini. Selain bertujuan untuk memperkuat kekuasaan, ini juga titah langsung dari sang Ayahanda, Raja Peter Phillips Styles.

Melihat kesibukan para pengawal dan pelayan di kerajaan membuat Putri Amoora penasaran untuk bertanya.

"Ashley. Ada apa ini? Mengapa semua orang sibuk?". Sang pelayan menoleh lalu membungkuk memberi hormat pada sang tuan Putri.

The Prince of SNOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang