*25*

588 63 7
                                    

Bocah kecil itu menuntun Putri Amoora untuk mengantarnya ke pasar desa yang tak jauh dari gubuknya.

"Kuda itu milikmu Jenny?". Tanya Chan.

"Ya, dia yang menemaniku sejak kecil".

"Waw itu sangat keren. Sudah lama aku ingin memiliki seekor kuda. Tapi harganya sangat mahal. Nenekku tak sanggup membelinya.". Putri Amoora sedikit terenyuh mendengar tutur polos bocah ini. Raut wajah Chan berubah masam.

"Kau bisa memakainya jika kau ingin.".

"Hey, benarkah? Kau bercanda?". Tanyanya girang.

"Tidak. Aku sungguh, tapi ingat, jangan sesekali menyakitinya, jika tidak kau akan ditendang. Hahaha.".

"Ahahaha tentu. Aku akan menyayanginya seperti aku menyayangi nenek. Oh tidak, nenek pasti marah jika tau aku menyamainya dengan kuda, maksudku aku akan menyayanginya seperti dirimu.". Kening Putri Amoora mengkerut tidak mengerti.

"Diriku? Jadi kau menyamakanku dengan seekor kuda begitu?". Candanya. Dia menunjuk dirinya sendiri.

"Haha tidak, aku becanda. Jenny, kau sangat cantik seperti seorang putri. Andai saja aku bisa bertemu dengan seorang putri, aku ingin memeluk dan menikahinya ketika dewasa nanti.". Putri Amoora pun tak sanggup menahan tawanya.

"Kenapa kau ingin menikahi seorang putri? Kau ingin menjadi seorang Raja?".

"Tidak, aku tidak ingin menjadi Raja. Raja terlalu kaku dan susah tersenyum. Aku ingin menikahi seorang putri kelak karena aku ingin memiliki pasangan yang paling cantik di dunia.".

"Aku setuju denganmu, itu bagus jika kau memiliki mimpi seperti itu, tapi tidaklah penting kecantikan seseorang apabila hatinya tidaklah baik, bukan begitu?".

"Tentu Jenny. Memangnya ada seorang putri yang berhati jelek?". Tanyanya polos.

"A..aku tidak tau. Hanya saja, kita tidak pernah tau isi hati seseorang bukan?".

"Lalu bagaimana aku bisa memilih putri yang berhati baik? Apakah aku harus bertanya padanya dia berhati baik atau tidak?". Putri Amoora terkekeh.

"Tidak Chan. Bukan begitu. Baik atau tidaknya seseorang tergantung apa yang ia lakukan dan pada siapa ia melakukannya. Terkadang seseorang berbuat buruk hanya untuk menutupi kebaikannya. Tidak bisa diukur dengan sesuatu yang single parameter saja.".

"Aku sungguh tidak mengerti dengan perkataanmu Jenny.". Putri Amoora terkekeh. Ia lupa bahwa lawan bicaranya ini masih bocah berusia 10 tahun yang belum mengerti apapun tentang kehidupan apalagi tentang cinta.

"Sudah lupakan. Suatu saat nanti kau juga akan mengerti. Sekarang ini belum saatnya untukmu memikirkan hal semacam itu. Oh ya, apa pasarnya masih jauh?".

"Begitu ya, baiklah. Oh Tidak, itu dia. Kau lihat patung kepala kerbau itu? Disanalah pasar desanya.".

"Ow, ya, aku bisa melihatnya. Ya sudah. Ayo.".

Mereka berdua berjalan dengan bersemangat hingga sampai di tempat tujuan.

"Aku akan ke kedai nenek. Ikutlah bersamaku Jenny!". Ajak Chan.

"Tentu. Aku juga ingin mengenal nenekmu. Bolehkah?".

"Tentu saja. Nenek pasti akan senang melihatmu. Sudah lama ia mendambakan cucu perempuan. Terkadang aku merasa nenek memperlakukanku seperti anak perempuan. Sungguh menjengkelkan. Tapi aku menyayanginya hehe.". Putri Amoora tersenyum kaku. Charlie benar benar sangat polos namun dia juga cerdas, pikirnya.

Merekapun tiba di kedai milik nenek Charlie. Nenek Chan menjual beberapa sayuran hasil kebun mereka sendiri. Sang nenek terkejut melihat kedatangan cucunya yang menggandeng seorang wanita cantik.

The Prince of SNOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang