*36*

591 65 24
                                    

PLAAKKK

Satu tamparan mendarat di pipi Pangeran Harry.

"Apa kau sadar dengan keputusan yang telah kau ambil itu Harry?". Bentak Raja Inggris. Ayahnya.

"Maaf Ayah. Tapi Harry bersungguh sungguh.". Jawab Pangeran Harry tak gentar.

"Tidak. Sekali ayah bilang tidak. Maka tidak akan ada yang terjadi.".

"Ayah. Harry mohon. Ijinkan Harry menyerahkan wilayah Timur pada mereka. Harry sangat mencintai Amoora. Harry tak mau kehilangan dia.". Pangeran Harry berlutut. "Harry mohon Ayah.". Kepalanya tertunduk.

"Aku mendidik dan membesarkanmu untuk menjadi penerusku. Menjadi Raja Inggris. Menjadi penguasa. Mensejahterakan rakyat dan membangun kemajuan kerajaan kita. Bukan justru membuat wilayah kita diambil orang lain Harry. Ayah kecewa padamu. Cinta sudah mengubahmu. Kau bukan lagi putra mahkotaku yang tegas dan lugas.".

Sang Raja berjalan meninggalkan Pangeran Harry.

"Harry akan tetap melakukannya ayah.". Sang Raja berhenti. "Harry lebih baik mati daripada harus kehilangan cinta Harry untuk kedua kali.". Sang Raja memejamkan matanya merasa paham dengan maksud Pangeran Harry. Ia masih ingat bagaimana depresi nya Pangeran Harry ketika kehilangan Putri Ameera, adiknya.

"Apa yang kau katakan? Secara tidak langsung kau lebih memilih putri itu daripada keluarga dan rakyatmu?". Seru Raja.

Pangeran Harry bangun dan menghampiri ayahnya.

"Tidak ayah. Harry mencintai kalian semua. Apapun akan Harry lakukan untuk membuat kalian bahagia dan sejahtera. Setelah pernikahanku dan Amoora, Harry janji akan merebut kembali hak Harry dari mereka. Harry janji. Meskipun nyawa Harry taruhannya. Asal Amoora dan kerajaan kita tidak dimiliki oleh mereka.". Sang Raja terdiam. Ia seperti masih menimbang nimbang. "Percayalah ayah.".

Tanpa di sangka Sang Raja justru memeluk putranya itu.

"Apalah artinya semua kekuasaan itu. Kau adalah putraku satu satunya. Apapun yang membuatmu bahagia maka lakukanlah. Tapi ingat selalu kewajibanmu sebagai seorang Raja Harry. Mereka tetap menjadi tanggung jawabmu.". Pangeran Harry menitihkan air matanya. Air mata lega dan bahagia.

"Harry janji ayah. Kebahagiaan keluarga dan rakyatku adalah diatas segalanya galanya bagiku.".

**
Pangeran Harry dan Raja Georgia tengah mengadakan pertemuan pribadi yang hanya dihadiri oleh mereka berdua. Pangeran Harry akan mengatakan niatnya untuk melamar Putri Amoora. Such a gentleman.

"Ada apa pangeran?". Raja David mengawali.

"Sebelumnya saya sampaikan mohon maaf. Bukan maksud saya lancang. Tapi kedatangan saya kemari adalah untuk melamar Putri Amoora.".

"Pangeran... Kau sungguh.. Sedang bergurau bukan?". Raja David menyelingi dengan canda.

"Saya bersungguh yang mulia. Saya sangat mencintai Putri Amoora begitupun sebaliknya. Saya berjanji akan membahagiakannya dan menjaganya.". Raja David menepuk bahu Pangeran Harry.

"Saya tau itu. Putriku memang sepertinya tidak menginginkan pernikahan ini. Tapi ketahuilah pangeran. Tidak ada yang bisa kami lakukan. Kami terpaksa..". Suara Raja David sedikit melemah.

"Pernikahan itu takkan pernah terjadi. Pernikahan antara Putri Amoora dengan Pangeran Mendes.".

"Apa maksudmu?".

"Saya telah melakukan negosiasi dan mereka mau mengabulkan untuk membatalkan pernikahan itu.". Raja David membenarkan posisi duduknya agar lebih fokus.

The Prince of SNOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang